tirto.id - Karya ilmiah merupakan karya tulis yang dibuat berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah, serta berbasis pada data dan fakta. Definisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia itu menegaskan bahwa proses penyusunan karya ilmiah melibatkan metode observasi, eksperimen, atau kajian pustaka.
Karya ilmiah (scientific paper) juga sering disebut sebagai academic writing. Sebab, biasanya karya ilmiah juga dihasilkan oleh mahasiswa dan dosen, baik sebagai tugas akhir maupun publikasi rutin.
Beberapa sifat yang melekat dengan karya ilmiah, mengutip Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia (2020) terbitan Kemendikbudristek, yakni sistematis, logis, objektif, dan faktual.
Sistematis artinya susunan teks memiliki pola yang baku dan teratur. Logis artinya dapat dipahami dan dibenarkan oleh akal sehat.
Objektif berarti pernyataan-pernyataan didasarkan pandangan umum, jauh dari pandangan pribadi penulis (subjektif). Adapun faktual berarti kebenaran di dalam karya tulis berdasarkan kenyataan atau temuan yang sesungguhnya.
Selama ini ada beberapa jenis karya ilmiah. Secara umum, ada dua kelompok kategori dari karya ilmiah, demikian mengutip e-modulMembuat Karya Tulis Ilmiah, Yuk! (2017) dari Kemendikbud.
Kategori pertama adalah karya ilmiah sebagai laporan hasil penelitian, dan yang kedua adalah hasil pemikiran yang bersifat ilmiah. Keduanya dapat disajikan dengan beragam bentuk laporan, seperti buku, modul, makalah, artikel jurnal, hingga artikel di media massa.
Dari segi bentuk publikasinya, ada setidaknya 8 jenis karya ilmiah, yakni artikel, makalah, kertas kerja (work paper), paper, skripsi, tesis, disertasi, dan artikel ilmiah populer.
Lantas, apa yang menjadi pembeda antara karya ilmiah lain dengan ilmiah populer, selain ditinjau dari medium publikasinya?
Apa Itu Karya Ilmiah Populer?
Karya ilmiah populer sebenarnya bagian dari karya ilmiah itu sendiri. Ilmiah populer lahir tidak lain sebagai sarana diseminasi informasi kepada masyarakat awam yang tetap didasarkan pada proses pengamatan, riset, dan pengumpulan fakta.
Karena sasarannya pembaca awam, dibutuhkan sudut pandang yang unik dan menarik, sekaligus menggugah rasa keingintahuan khalayak, dalam penyusunan karya ilmiah populer.
Mengingat karya ilmiah populer ditujukan untuk dibaca oleh khalayak umum, publikasinya selama ini lebih sering melalui media massa, baik cetak maupun online. Dengan begitu, masyarakat umum pun lebih mudah mengaksesnya.
Meski begitu, karya ilmiah populer tidak mereduksi kualitas informasi yang juga didasarkan pada prinsip-prinsip ilmiah. Hanya saja, ada penyeseuaian dari segi bahasa sehingga lebih menarik dan mudah dipahami. Maka itu, ada penyematan kata "populer" setelah istilah "karya ilmiah."
Perbedaan Karya Ilmiah dan Ilmiah Populer
Perbedaan karya ilmiah dan karya ilmiah populer pada dasarnya dapat dilihat dari dua hal, yakni struktur tulisan dan penggunaan bahasa. Perbedaan paling jelas ada di struktur tulisan.
Struktur karya ilmiah memiliki susunan yang pasti. Struktur itu, secara berurutan, biasanya terdiri atas Pendahuluan atau Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Menelitian, Manfaatnya, Kajian Pustaka, Metode Penelitian, Pembahasan, Kesimpulan dan Saran, serta Daftar Pustaka.
Sementara itu, karya ilmiah populer pada umumnya tidak memiliki komponen struktur yang pasti. Akan tetapi, struktur tulisannya minimal dapat menjawab komponen 5W + 1H (What, Why, When, Where, Who and How), dan disertai analisis berdasarkan pengamatan penulis.
Perbedaan yang lebih banyak terlihat dari segi bahasa. Berikut ini sejumlah perbedaan karya ilmiah dan karya ilmiah populer dari segi bahasa, dikutip dari artikel bertajuk "Pemakaian Bahasa Dalam Karya Ilmiah Populer" yang diterbitkan Jurnal Arbitrer (Vo. 1, No. 1, 2013).
1. Kalimat pendek dan panjang
Umumnya karya ilmiah cenderung menggunakan kalimat-kalimat panjang untuk mengungkapkan proposisinya. Sementara itu, dalam karya ilmiah populer, kalimat panjang dan kalimat pendek bisa dikombinasikan untuk menghasilkan ulasan yang menarik bagi pembaca. Dengan begitu, kalimat-kalimat kompleks yang sulit dipahami bisa diminimalisir keberadaannya di karya ilmiah populer.
2. Penggunaan kutipan langsung
Dalam karya ilmiah populer, temuan atau fakta akan ditulis dengan gaya bercerita dan penuturan langsung dari narasumber atau informan. Karena itu, bisa muncul kutipan langsung dari sumber.
Sebaliknya, di karya ilmiah, penulis cenderung akan mendeskripsikan dalam kalimat tak langsung dan ditutup dengan sitasi sumber yang digunakan.
3. Pemakaian kata ganti
Jika diperhatikan, pemakaian kata ganti dalam karya ilmiah dan ilmiah populer jelas berbeda meski tujuannya sama-sama menggambarkan posisi penulis dengan pembacanya.
Di karya ilmiah populer, penulis cenderung menggunakan kata ganti orang pertama jamak seperti, kita. Akibatnya, ada kesan interaktif.
Lain halnya di karya ilmiah, penulis akan sebisa mungkin menghindari kemunculan identitas atau sudut pandang pribadinya. Sebagai gantinya, karya ilmiah akan cenderung menggunakan kalimat-kalimat pasif.
4. Penggunaan metafora dan simile
Metafora dan simile jarang sekali muncul dalam karya ilmiah. Namun, keduanya bisa bertebaran di karya ilmiah populer.
Sebab, untuk memudahkan pembaca mengimajinasikan permasalahan yang dipaparkan, penulis karya ilmiah populer cenderung akan menggunakan analogi-analogi sederhana.
Analogi-analogi tersebut dalam ilmu sastra kerap disebut dengan metafora dan simile. Penggunaan kata indah atau majas yang tidak bermakna sebenarnya bisa menarik perhatian pembaca.
5. Pemakaian kata-kata ragam percakapan
Tulisan yang interaktif adalah karakteristik utama dari karya ilmiah populer. Maka itu, penulis karya ilmiah populer kerap menggunakan kata-kata dari ragam percakapan untuk menciptakan suasana keakraban.
Penggunaan kata-kata dari ragam percakapan tidak akan ditemui dalam karya ilmiah. Hal tersebut karena fokus penulisan karya ilmiah adalah penyajian laporan secara formal yang menggambarkan hasil kajian.
6. Pemanfaatan anekdot dan permainan bahasa
Anekdot dan permainan bahasa pasti susah ditemukan di karya ilmiah. Kedua hal itu lebih sering muncul dalam karya ilmiah populer.
Untuk memikat mata pembaca, banyak penulis karya ilmiah populer gemar menyertakan anekdot, kalimat-kalimat jenaka, atau bahkan pantun di bagian pembuka dan penutup. Penggunaan teknik penulisan esai yang luwes juga umum terjadi dalam penyusunan karya ilmiah populer.
Penulis: Galih Ayu Palupi
Editor: Addi M Idhom