Menuju konten utama
Bahasa Indonesia

Apa Contoh Majas Metafora, Fungsi dan Bagaimana Ciri-cirinya?

Berikut penjelasan mengenai majas metafora, termasuk fungsi, contoh dan ciri-cirinya.

Apa Contoh Majas Metafora, Fungsi dan Bagaimana Ciri-cirinya?
Ilustrasi Kamus. foto/IStockphoto

tirto.id - Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang ekspresif dan memiliki banyak gaya bahasa atau majas. Gaya bahasa amerupakan susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul atau hidup dalam hati penulis, yang menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati pembaca.

Pengertian itu dikutip dari Slamet Muljana dalam bukuKumpulan Majas, Pantun, dan Peribahasa Plus Kesusastraan Indonesia. Majas-majas dapat ditemui dalam banyak karya sastra seperti puisi, cerpen, novel, dan drama.

Seorang penulis menggunakan majas dalam karya sastra untuk mengungkapkan suatu maksud atau menyampaikan suatu perasaan dengan cara lain atau tidak langsung. Pilihan kata atau gaya bahasa yang dipilih disesuaikan dengan efek yang diinginkan penulis kepada pembaca atau audiens.

Secara umum, majas terbagi menjadi empat jenis yaitu Majas Pertentangan, Majas Perbandingan, Majas Penegasan, dan Majas Sindiran. Masing-masing dari kelompok majas tersebut terdiri dari beberapa majas yang spesifik.

Dalam majas perbandingan misalnya, terdapat Metafora, Sinestesia, Simile, Alegori, Alusio, Metonimia, Antonomasia, Antropomorfisme, Hiperbola, Personifikasi, dan lain sebagainya. Salah satu majas perbandingan yang sering sekali muncul dalam karya sastra terutama puisi adalah metafora.

Apa Itu Majas Metafora?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), metafora adalah pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan, misalnya tulang punggung dalam kalimat pemuda adalah tulang punggung negara.

Oleh karena itu, sebagaimana dikutip dari Perangkat Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pasundan Bandung, majas metafora sering juga disebut sebagai jenis majas perbandingan itu sendiri.

Perbedaannya dengan majas simile, metafora tidak menggunakan kata penghubung untuk menunjukkan persamaan atau perbandingan antara dua hal seperti layaknya, ibarat, bagaikan, seperti, bagai, atau umpama.

Metafora langsung membandingkan dua hal yang memiliki kesamaan sifat dengan kata kiasannya. Penggunaan gaya bahasa atau majas metafora selain membantu penulis atau penyair menyampaikan pesan dan perasaannya dengan indah juga bisa ditujukan untuk mengatasi keterbatasan pilihan kata dalam menulis.

Ciri-Ciri Majas Metafora

Seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya, majas metafora menggunakan kata atau frasa yang bukan makna sesungguhnya sebagai kiasan atau penggambaran terhadap objek lainnya. Ciri-ciri umum majas metafora adalah sebagai berikut:

  • Tidak menggunakan kata konjungsi atau penghubung dalam membandingkan dua objek/kata.
  • Membandingkan suatu objek dan kondisi menggunakan perbandingan langsung tanpa menggunakan kata perbandingan (laksana, bagaikan, bak, dan lain-lain).
  • Menggunakan frasa atau kelompok kata yang memiliki makna kiasan untuk membandingkan atau menyamakan satu objek dengan objek lainnya.

Contoh-Contoh Majas Metafora

1. “Puluhan rumah di kelurahan itu dilahap si jago merah

Metafora dalam kalimat di atas adalah frasa "si jago merah" yang bermakna api besar yang menyala.

2. “Kita harus bisa lapang dada dalam menyikapi cobaan”

Metafora dalam kalimat di atas adalah frasa "lapang dada" yang melambangkan ketabahan dan kesabaran. Sebab, ketika dihadapkan dengan cobaan atau masalah, biasanya dada terasa sesak/sempit.

3. “Sejak ayahnya meninggal, ia terpaksa menjadi tulang punggung keluarga”

Metafora dalam kalimat di atas adalah frasa "tulang punggung". Frasa tersebut bermakna seseorang yang memberi nafkah dan menghidup keluarganya. Perbandingannya dengan tulang punggung sungguhan adalah sama-sama menjadi penopang dan tumpuan.

4. “Sejak dulu ia sudah jadi anak emas ibunya”

Metafora dalam kalimat di atas adalah frasa "anak emas" yang berarti anak yang paling disayang dan dibanggakan oleh keluarga. Keberhargaan anak tersebut dibandingkan dengan kata emas yang juga melambangkan benda yang berharga.

5. “Ayahnya tak kenal lelah banting tulang demi keluarganya”

Metafora dalam kalimat di atas adalah frasa "banting tulang" yang berarti bekerja dengan sangat keras.

Baca juga artikel terkait PENDIDIKAN atau tulisan lainnya dari Muhammad Iqbal Iskandar

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Muhammad Iqbal Iskandar
Penulis: Muhammad Iqbal Iskandar
Editor: Alexander Haryanto