tirto.id - Teks anekdot adalah cerita atau kisah yang mengandung lelucon, tetapi menyimpan maksud memberikan kritikan. Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring, anekdot adalah cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan, biasanya mengenai orang penting atau terkenal dan berdasarkan kejadian yang sebenarnya.
Taufiqur Rahman, dalam buku Teks dalam Kajian Struktur dan Kebahasaan menyatakan, teks anekdot biasanya berisi topik tentang layanan publik, politik, lingkungan dan sosial. Berdasarkan pengertiannya, teks anekdot juga dapat berupa dialog singkat antara dua tokoh.
Selain memberikan kesan humor, teks anekdot juga menyimpan amanat atau pesan moral dan kebenaran secara umum. Teks anekdot juga memiliki tujuan untuk membangkitkan tawa, untuk menghibur sekaligus untuk mengkritik.
Tomi Rianto dalam CMS Bahasa Indonesia SMA/MA Kelas X, XI, XII menyatakan, teks anekdot memiliki kaedah kebahasaan sebagai berikut:
1. Menggunakan kata keterangan waktu lampau.
2. Menggunakan kata penghubung.
3. Menggunakan kata kerja.
4. Menggambarkan urutan peristiwa berdasarkan waktu.
5. Menggunakan jenis pertanyaan retoris, yaitu kalimat pertanyaan yang tidak mengharuskan untuk dijawab.
Sementara itu, ada lima macam struktur yang wajib dimasukan ke dalam teks anekdot, berikut adalah daftarnya:
Struktur Teks Anekdot
1. Abstrak
Abstrak menggambarkan isi teks secara umum agar pembaca bisa mendapatkan ilustrasi isi cerita.
2. Orientasi
Orientasi adalah awal kejadian sebuah cerita atau bagian yang menjelaskan latar belakang mengapa peristiwa utama itu bisa terjadi.
3. Krisis
Krisis adalah bagian dari cerita yang menjelaskan tentang pokok masalah utama.
4. Reaksi
Reaksi adalah bagian yang melengkapi sebuah cerita, terutama terkait dengan penyelesaian masalah.
5. Koda
Koda adalah bagian penutup dari cerita dari teks anekdot.
Ciri-ciri Teks Anekdot
Berikut adalah ciri-ciri teks anekdot:
1. Mampu menghibur dan membuat tertawa.
2. Mengandung kritik halus, tetapi tidak menyinggung pembaca atau pendengar, bahkan orang yang diceritakan.
3. Menjadi media untuk menyampaikan pandangan dan aspirasi positif, tetapi dikemas dengan cara humor.
4. Bisa menginspirasi pembaca atau pendengar dalam menyampaikan protes atau ketidaksetujuan terhadap sesuatu dengan cara yang tidak vulgar.
5. Memiliki sifat humoris, lucu dan lelucon, tetapi menyindir.
6. Menampilkan tokoh yang dekat dengan sehari-hari atau juga orang penting.
Editor: Iswara N Raditya