tirto.id - Puluhan ribu orang melakukan aksi unjuk rasa di Ankara, Turki, pada Minggu (14/9) lalu. Mereka turun ke jalan untuk menuntut pengunduran diri Presiden Recep Tayyip Erdoğan.
Demo di Turki tersebut merupakan respons anggota Partai Rakyat Republik (Cumhuriyet Halk Partisi "CHP") atas persoalan yang belakangan ini muncul. Mereka menentang keputusan pengadilan yang diklaim dapat menggulingkan pihak oposisi.
Berdasarkan video dan gambar yang beredar di media massa, tampak masyarakat menggelar demo dengan membawa spanduk Partai CHP dan bendera Turki. Beberapa orang terlihat mengibarkan barang bawaannya sambil meneriakkan tuntutan.
Ada Demo di Turki, Penyebabnya Apa?
Melansir The Guardian, ada kasus pengadilan yang dianggap bisa menggulingkan pihak pemimpin oposisi pemerintah Turki. Tepatnya pasca tindakan keras hukum yang terjadi dalam satu tahun terakhir.
Adapun pengadilan berencana memutuskan pembatalan kongres CHP tahun 2023 yang diduga menyimpang secara prosedural. Pihak oposisi pun menganggap keputusan ini bisa mengguncang pasar, mengubah struktur partai, dan memengaruhi waktu pemilihan umum (pemilu).
Perlu diketahui juga bahwa Turki sudah menahan lebih dari 500 orang dalam setahun terakhir. Para anggota CHP ini diduga terlibat dalam berbagai kasus korupsi hingga dugaan terorisme.
Selaku Ketua CHP, Ozgur Ozel menerangkan bahwa pemerintah Turki sedang mempertahankan kekuasaannya dengan mengeliminasi asas demokrasi. Bahkan, Erdogan yang telah menjabat tiga periode ini dianggap menekan perbedaan pendapat lawan politiknya.
Özel menganggap tindakan ini sebagai bentuk fitnah politik karena kawan-kawannya tidak melakukan kesalahan. Pemerintah yang memenjarakan pihak CHP dianggap melakukan kudeta terhadap Presiden masa berikutnya.
"Kasus ini politis. Tuduhannya fitnah. Rekan-rekan kami tidak bersalah. Apa yang sedang dilakukan adalah kudeta-kudeta terhadap presiden mendatang, terhadap pemerintahan mendatang. Kami akan melawan, kami akan melawan, kami akan melawan," kata Ozel dalam rapat umum pada Minggu (14/9).
Pihak CHP sendiri memang sedang dalam masa puncaknya dalam waktu belakangan ini. Partai oposisi pemerintahan Turki ini telah memperoleh kemenangan dalam sejumlah pemilihan lokal.
Seperti dilaporkan Reuters, Wali Kota Istanbul Ekrem Imamoglu telah ditangkap sejak Maret lalu. Pasca penangkapan itu, ratusan ribu lebih warga dan pendukung CHP turun ke jalanan.
Dia memiliki pendapat yang sama dengan Ozgur Ozel. Sesuai surat yang dikirim oleh rival Erdogan setelah dipenjara, ia mengatakan bahwa pemerintah ingin menentukan hasil pemilu berikutnya dengan cara menyingkirkan pesaing.
Mengutip Nordic Monitor, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan ternyata sudah melakukan pembatasan terhadap aksi oposisi. Ia melarang demo berskala besar serta mencantumkan aksi protes sebagai ancaman terhadap otoritas pemerintahan.
Adapun Ozel juga menerangkan bahwa pemerintah Turki sedang menutupi kejahatan dan mencegah oposisi menang pemilu, sebagaimana dikutip dari Hawar News. Dengan begitu, penyebab demo di Turki adalah banyaknya anggota CHP yang ditangkap oleh pemerintah dalam satu tahun terakhir.
Kendati demikian, pihak pemerintahan yang dipimpin oleh Presiden Turki Erdogan menyatakan bahwa lembaga peradilan mereka memiliki prinsip independen. Erdogan pun menyangkal adanya motif perpolitikan dalam proses penangkapan belakangan ini.
Berita terbaru tentang demo Turki, Filipina, Nepal, Prancis, dan sebagainya dapat dilihat melalui tautan sebagai berikut:
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Syamsul Dwi Maarif
Masuk tirto.id


































