tirto.id - Donald Trump resmi memenangkan Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) 2024, setelah meraup 277 suara elektoral pada Rabu (6/11/2024). Dengan kemenangan tersebut, Bank Indonesia (BI) melihat bahwa kebijakan penurunan suku bunga acuan Bank Sentral AS, The Federal Reserve atau The Fed (Fed Fund Rate/FFR) akan berjalan makin lambat.
Pasalnya, dalam kebijakan yang diusulkan dalam kampanyenya, Trump berjanji memangkas pajak (tax cut) perusahaan dari 21 persen menjadi 15 persen untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestiknya. Namun, sebaliknya Trump bakal menambah pajak pada barang-barang dari mitra dagang yang masuk ke negaranya.
“Kepada negara mitra yang mengalami surplus besar, itu akan dikenakan tambahan tax. Ini disebut fragmentasi perdagangan. Dampaknya tadi adalah bahwa terjadi kecenderungan perlambatan ekonomi dunia dari 3,2 persen tahun ini menjadi 3,1 dan ini terjadi khususnya di negara-negara tadi, yang nanti akan terkena tarif oleh Amerika Serikat,” kata Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur BI November 2024, di Kantor BI, Jakarta Pusat, Rabu (20/11/2024).
Beberapa negara yang sudah dapat dipastikan bakal mendapat tambahan tarif antara lain, Cina, Uni Eropa, maupun Inggris.
Berbagai kebijakan tersebut memang dapat mengerek pertumbuhan ekonomi AS, namun pada saat yang sama akan memperlambat proses penurunan inflasi di negara itu. Hal ini praktis membuat penurunan suku bunga The Fed lebih terbatas.
“Perkiraan kami terkini, kemungkinan Fed Fund Rate masih akan turun 25 basis poin di Desember. Tapi untuk tahun depan, yang kami perkirakan semua turun 75 sampai 100 basis poin, perkiraan kami terkini hanya turun 50 basis poin. Dua kali tahun depan,” ujar Perry.
Padahal, pada Rapat Dewan Gubernur Oktober 2024, Bank Indonesia memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga acuan secara berturut-turut pada November dan Desember 2024, dengan masing-masing penurunan sebesar 25 basis poin (bps).
“Fed Fund Rate November (turun) sekali, Desember sekali (masing-masing) 25 bps. Jadi, total tahun ini 100 bps,” ungkapnya, saat Pengumuman Hasil RDG Bulan Oktober 2024, di Kantornya, Jakarta, Rabu (16/10/2024).
Tak berhenti di tahun ini saja, BI juga melihat ruang penurunan suku bunga masih dibuka sampai tahun depan. Adapun pada tahun 2025 The Fed diprediksi bakal menempuh kebijakan penurunan suku bunga sebanyak 3-4 kali sebesar 75-100 bps.
“Tahun depan bisa 3 atau 4 kali ya, 75 bps atau 100 bps. Itu updatenya masih seperti itu,” ujar Perry.
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Bayu Septianto