tirto.id - Bank Indonesia (BI) mencatat hingga 18 November 2024 aliran modal asing yang keluar dari Indonesia mencapai 1,9 miliar dolar AS atau sekitar Rp30,02 triliun (kurs Rp15.800 per dolar AS). Ini berbanding terbalik dengan bulan sebelumnya saat aliran modal asing masuk sebesar 1,1 miliar dolar AS.
“Ketidakpastian pasar keuangan global yang meningkat mendorong terjadinya aliran modal keluar investasi portofolio, hingga 18 November 2024 yang tercatat net outflows sebesar 1,9 miliar dolar AS, setelah pada Oktober 2024 tercatat net inflows sebesar 1,1 miliar dolar AS,” ungkap Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur BI November 2024, di Kantor BI, Jakarta Pusat, Rabu (20/11/2024).
Menurut Perry, aliran modal asing keluar ini terjadi di tengah surplus neraca perdagangan pada Oktober 2024 yang mencapai 2,5 miliar AS, didorong kenaikan ekspor non migas.
“Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) tetap sehat sehingga mendukung terjaganya stabilitas eksternal. NPI triwulan III 2024 mencatat surplus ditopang rendahnya defisit transaksi berjalan seiring kinerja positif neraca perdagangan, dan kenaikan surplus transaksi modal dan finansial,” imbuh Perry.
Meski modal asing yang keluar cukup besar, Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, menilai pasar tak perlu khawatir. Sebab menurutnya masih banyak korporasi yang menjual dolar dan kondisi ekonomi domestik yang cukup baik didukung oleh stabilnya neraca perdagangan nasional.
Bahkan dari catatannya, Sertifikat Valas Bank Indonesia (SVBI) mengalami kenaikan signifikan, yakni mencapai 3,39 miliar dolar AS per 18 November 2024.
“Jadi dana yang ditempatkan di Bank Indonesia itu meningkatnya dari 3 miliar [dolar AS] di bulan lalu, posisi di November 3,4 miliar US dolar. Jadi itu artinya keberadaan pasokan dolar masih ada. Masih cukup” kata Destry.
Selain itu, posisi cadangan devisa Indonesia hingga akhir Oktober 2024 tercatat sebesar 151,2 miliar dolar AS. Posisi ini setara dengan pembiayaan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
“Jadi memang secara fundamental kami masih cukup confidence dan kami tentu berharap ini temporary, karena itu Bank Indonesia akan selalu tetap ada di market untuk memberikan confidence kepada pasar,” tegas Destry.
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Irfan Teguh Pribadi