tirto.id - Di tengah maraknya kecerdasan buatan, masih ada banyak pekerjaan yang tidak bisa digantikan AI. Pekerjaan ini umumnya membutuhkan keahlian tertentu, empati, serta kreativitas tinggi yang belum bisa ditiru oleh AI.
Gelombang layoff kembali terjadi di Indonesia, khususnya di industri media. Belum lama ini, kabar PHK datang dari beberapa media seperti Kompas TV, CNN Indonesia, hingga TVOne.
Tentu ada banyak alasan di balik badai PHK yang terjadi, tapi ada kekhawatiran tersendiri bahwa PHK ini turut disebabkan oleh berkembangnya AI yang bisa menggeser peran manusia di berbagai bidang pekerjaan.
Kehadiran teknologi AI diakui telah membuat kehidupan manusia semakin mudah. Saat ini, kecerdasan buatan telah banyak dimanfaatkan di berbagai bidang, mulai dari pendidikan, kesehatan, bisnis, hukum, hingga kesenian.
Di sisi lain, teknologi AI juga bisa jadi ancaman bagi manusia. AI memiliki potensi menggantikan peran manusia dalam banyak aspek, terutama di dunia kerja. Otomatisasi yang dilakukan AI dapat menyebabkan hilangnya jutaan lapangan pekerjaan, terutama di sektor yang memiliki hal bersifat rutin dan administratif.
Meski demikian, ada pula sejumlah profesi yang akan sulit digantikan oleh teknologi AI. Di sini kita akanembahas pekerjaan yang tidak bisa digantikan AI dan profesi apa yang saat ini mulai tergeser oleh kecerdasan buatan.
Pekerjaan yang Tidak Bisa Digantikan oleh AI
Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, masih banyak pekerjaan yang tidak bisa digantikan AI. Profesi-profesi ini tetap membutuhkan sentuhan manusia, baik karena melibatkan empati, kreativitas, intuisi, maupun pertimbangan etika yang kompleks.
Inilah jenis-jenis profesi yang hingga kini masih sulit digantikan oleh AI:
1. Tenaga Kesehatan
Laman U.S. Career Institute telah merangkum puluhan profesi yang diyakini tidak akan terganti oleh AI. Mayoritas dari profesi ini berhubungan dengan medis atau dunia kesehatan.
Tenaga kesehatan seperti dokter, perawat, terapis, hingga psikiater memerlukan kepekaan emosional, intuisi medis, dan interaksi manusia yang kompleks. Diagnosis dan perawatan pasien bukan hanya soal data medis, tapi juga harus memahami konteks lain, termasuk psikologis pasien.
Sentuhan manusia dalam empati, kenyamanan saat proses penyembuhan, dan kemampuan berkomunikasi secara efektif adalah hal vital yang sulit digantikan oleh mesin. Pengambilan keputusan etis hingga mempertimbangkan nilai kemanusiaan adalah hal yang masih di luar kapabilitas AI.
Meski demikian, AI tetap dapat dimanfaatkan di bidang medis dan terbukti sangat membantu pekerjaan tenaga kesehatan, misalnya membantu dalam pencitraan medis, analisis data, dan prediksi penyakit.
2. Atlet
Salah satu pekerjaan yang tidak bisa digantikan AI adalah atlet. Atlet memanfaatkan kekuatan fisik, keterampilan motorik, kecepatan, dan mental juang untuk mencapai prestasi di lapangan.
Tidak seperti AI, tubuh manusia memiliki kemampuan adaptasi luar biasa, semangat kompetitif, serta pengaruh emosional yang tidak bisa direplikasi oleh robot maupun sistem kecerdasan buatan.
Olahraga profesional juga berakar pada keterlibatan manusia, baik dari sisi atlet, pelatih, maupun penonton yang menghargai perjuangan dan kerja keras. Jadi, meskipun AI bisa hadir dalam bentuk robot yang melakukan gerakan atletik, mereka tak bisa menggantikan atlet dan esensi olahraga itu sendiri.
3. Guru

Teknologi AI jelas sangat membantu di bidang pendidikan, tapi bagaimanapun juga AI tidak bisa menggantikan peran guru di sekolah. Guru tak hanya menyampaikan materi, tapi juga membentuk karakter, membimbing secara personal, serta memahami kebutuhan psikologis siswa.
AI bisa menjadi alat bantu belajar, tapi tidak mampu membangun ikatan emosional yang kuat dengan siswa. Guru juga memainkan peran penting dalam menginspirasi dan memotivasi, sebuah kemampuan yang sangat manusiawi dan belum bisa direplikasi oleh AI.
4. Arsitek

Arsitek bukan hanya mendesain bangunan, tapi juga menciptakan ruang yang mempertimbangkan estetika, sesuai dengan konteks budaya, serta kebutuhan sosial. Pekerjaan arsitek menggabungkan seni, teknik, dan pemahaman terhadap lingkungan sekitar untuk merancang ruang hidup yang fungsional.
AI tentu dapat membantu dalam hal desain atau struktur, tapi kurang mampu menangkap elemen emosional dan budaya yang ingin disampaikan arsitek melalui karyanya. Kreativitas, intuisi artistik, dan pemahaman mendalam terhadap klien adalah aspek yang tetap memerlukan campur tangan manusia.
5. Penari/Koreografer
Pekerjaan yang tidak bisa digantikan AI berikutnya datang dari dunia seni, salah satu contohnya adalah penari dan koreografer. Pekerjaan seni ini mengandalkan kreativitas, improvisasi, dan interaksi antara tubuh, musik, dan ruang.
Tak hanya gerakan, profesi ini juga menyampaikan cerita dan emosi melalui ekspresi manusia. Elemen ini bersifat sangat individual dan tidak bisa sepenuhnya diprogramkan.
Robot dengan kecerdasan buatan memang bisa diprogram untuk meniru gerakan, tapi tidak bisa menampilkan emosi yang autentik dan keindahan gerakan yang intuitif. Inilah alasan kenapa profesi penari dan koreografer sulit tergeser oleh AI.
6. Politikus

Politikus memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat. Mereka harus mampu memahami sekaligus memperjuangkan kepentingan rakyat. Peran ini menuntut empati, etika, pengambilan keputusan yang kompleks, serta interaksi sosial yang tinggi dengan berbagai pihak.
Meskipun AI bisa membantu dalam analisis data kebijakan, tapi keputusan politik seringkali berkaitan dengan nilai-nilai masyarakat sehingga hanya bisa dijalankan oleh manusia. Kepemimpinan moral dan karisma politik adalah aspek manusiawi yang tidak bisa diotomatisasi.
7. Makeup Artist

Makeup artist (MUA) juga termasuk salah satu pekerjaan yang tidak bisa digantikan AI. MUA menciptakan keindahan melalui sentuhan langsung yang disesuaikan dengan karakteristik wajah, warna kulit, dan kebutuhan lain yang diinginkan oleh klien.
Mereka bekerja dengan rasa estetika, komunikasi interpersonal, serta kreativitas tinggi untuk menghadirkan kepercayaan diri bagi seseorang. AI mungkin dapat membantu menganalisis makeup atau warna yang cocok, tapi menghasilkan riasan yang bersifat personal dan estetik adalah keahlian manusia.
8. Hakim dan Pengacara

Beberapa profesi hukum seperti hakim dan pengacara juga sulit digantikan oleh AI. Profesi in tidak hanya menafsirkan undang-undang, tapi juga menimbang nilai keadilan, moralitas, dan konteks sosial.
AI memang bisa menganalisis dokumen hukum dan memberikan saran hukum berbasis data, tapi tidak bisa memahami nuansa moral, empati terhadap korban, maupun prinsip keadilan.
Faktanya, hakim dan pengacara sering dihadapkan pada situasi yang kompleks, penuh ambiguitas, dan memerlukan pertimbangan etis yang mendalam. Oleh karena itu, proses hukum tetap memerlukan manusia untuk membuat keputusan yang bijaksana.
9. Koki
![Ilustrasi Koki. [foto/http://www.imdb.com/john wells project] Ilustrasi Koki](https://mmc.tirto.id/image/otf/970x0/2016/07/29/TIRTO-BradleyCooperdifilmburnt2_ratio-16x9.jpg)
Pekerjaan yang tidak bisa digantikan AI berikutnya adalah koki. Koki tidak hanya memasak, tapi menciptakan pengalaman kuliner yang unik dengan menggabungkan rasa, tekstur, aroma, dan estetika penyajian.
Koki kerap bereksperimen dengan bahan, berinovasi dalam resep, dan menyajikan makanan dengan sentuhan pribadi. Hal ini jelas tidak bisa dilakukan oleh AI yang bekerja berbasis data. AI hanya bisa membantu dalam otomatisasi dapur atau merekomendasikan resep, tapi tidak bisa meniru kreativitas.
10. Musisi

Saat ini AI sudah bisa menghasilkan musik dan lagu. Namun, musik bukan hanya soal nada dan irama, tapi juga kreativitas sebagai wujud ekspresi jiwa, emosi, dan pengalaman pribadi yang unik dari setiap individu.
Selain itu, penampilan langsung di atas panggung, hubungan emosional yang dibangun dengan penonton, improvisasi saat tampil, serta respons terhadap suasana adalah bagian penting dari pekerjaan musisi, dan hal ini tentunya yang tak bisa dilakukan oleh sistem otomatis seperti AI.
Pekerjaan yang Bisa digantikan oleh AI
Banyak pekerjaan yang kini mulai tergeser oleh kecerdasan buatan. Dilansir dari Forbes, studi yang dilakukan oleh Institute for Public Policy Research di tahun 2024 menemukan fakta bahwa 60% tugas administratif dapat diotomatisasi.
Jadi, profesi yang bersifat rutin, berulang, minim kreativitas, tidak membutuhkan empati, dan hanya berbasis data akan sangat rentan tergantikan oleh AI. Berikut contoh pekerjaan yang bisa digantikan AI:
1. Petugas Data Entry

Petugas data entry bertugas memasukkan, memeriksa, dan mengelola data dalam sistem komputer. Pekerjaan ini bersifat repetitif dan mengikuti pola yang jelas sehingga sangat cocok untuk diotomatisasi.
Dengan teknologi AI berbasis pemrosesan data, perusahaan kini dapat memindai dokumen dan langsung mengonversinya menjadi data digital tanpa campur tangan manusia. Selain kecepatan, AI juga menawarkan akurasi yang lebih tinggi dan mengurangi risiko kesalahan manusia (human error).
2. Customer Service

Layanan pelanggan merupakan bidang yang sangat terdampak oleh kemajuan AI, terutama dalam bentuk chatbot dan voice assistant. Sistem AI mampu menjawab pertanyaan pelanggan secara instan, termasuk menangani permintaan dasar.
Semua itu dilakukan tanpa keterlibatan manusia, asalkan pertanyaannya masih dalam batas standar dan telah diprogram. Kabar baiknya, AI memang belum sepenuhnya bisa menggantikan customer service manusia untuk menangani kasus atau permintaan pelanggan yang lebih kompleks.
Meski demikian, saat ini sudah mulai banyak perusahaan yang lebih memilih chatbot atau AI sebagai layanan pelanggannya. Alasannya adalah untuk efisiensi waktu dan biaya.
3. Kasir

Peran kasir di toko ritel, supermarket, dan restoran kemungkinan akan tergerus oleh teknologi AI seperti self-checkout dan sistem pembayaran digital. Mesin kasir otomatis memungkinkan pelanggan untuk memindai barang, membayar, dan menyelesaikan transaksi tanpa bantuan manusia.
Dari sisi konsumen, hal ini sangat menguntungkan karena bisa mempercepat proses transaksi dan mengurangi antrian, terutama di tempat-tempat dengan volume pembeli yang sangat tinggi. Namun, teknologi ini masih membutuhkan tenaga manusia untuk melakukan pengawasan dan penanganan masalah teknis.
4. Penerjemah
Profesi penerjemah bahasa kini mulai tergantikan oleh layanan penerjemahan otomatis berbasis AI. Tak hanya menerjemahkan kata, AI juga semakin canggih karena mampu memahami konteks, struktur kalimat, dan bahkan idiom.
Meski demikian, penerjemah profesional tetap dibutuhkan untuk teks yang kompleks seperti dokumen hukum, sastra, atau naskah yang membutuhkan sensitivitas budaya. Namun, untuk kebutuhan sehari-hari dan penggunaan umum, penerjemah berbasis AI lebih dipilih oleh banyak orang.
5. Presenter/Penyiar Televisi

Di beberapa negara, presenter virtual berbasis AI mulai digunakan untuk menyampaikan berita di televisi dan platform digital. Mereka dapat berbicara dengan suara natural, menampilkan ekspresi wajah buatan, dan membaca skrip berita secara otomatis.
Contoh presenter AI yang sudah ada antara lain Zhang Zhao dan Xin Xiaomeng dari Xinhua News Agency di China. Ada pula Fedha dari Kuwait yang digambarkan sebagai wanita berambut pirang.
Saat ini, presenter atau penyiar manusia memang masih unggul dalam hal improvisasi dan lebih interaktif, tapi keberadaan penyiar virtual adalah ancaman nyata bahwa profesi presenter TV mulai tergeser oleh kecerdasan buatan.
6. Asisten Administratif

Asisten administratif biasanya mengatur jadwal, menyusun laporan, menjawab email, dan menangani tugas-tugas kantor lainnya. Kini, AI dan perangkat lunak otomatisasi seperti Microsoft Copilot dan Google Workspace AI dapat mengambil alih banyak dari tanggung jawab tersebut.
AI juga mampu membuat ringkasan dokumen, menulis email profesional, dan memberi rekomendasi keputusan berdasarkan data yang tersedia. Akibatnya, kebutuhan akan asisten administratif manusia semakin berkurang.
7. Pengisi Suara (Voice Over)

Teknologi text-to-speech kini telah berkembang pesat hingga mampu menghasilkan suara yang terdengar sangat alami dan ekspresif. Saat ini ada banyak aplikasi AI pengubah teks menjadi suara yang bisa digunakan untuk berbagai keperluan.
AI tidak hanya meniru suara manusia, tapi juga dapat menyesuaikan nada, intonasi, dan emosi sesuai kebutuhan. Ini menjadikan posisi voice-over artist untuk proyek-proyek standar semakin tergantikan.
8. Pekerja Manufaktur

Di sektor industri, robot otomatis yang dikendalikan AI telah menggantikan banyak tugas manual di jalur perakitan hingga pengemasan. Mesin-mesin ini bekerja lebih cepat, lebih akurat, dan tanpa istirahat sehingga perusahaan dapat meningkatkan efisiensi produksi secara signifikan.
Peran pekerja manusia kini lebih banyak difokuskan pada pengawasan, pemeliharaan, dan kontrol kualitas. Meskipun pekerjaan manufaktur tidak sepenuhnya punah, banyak jenis tugas fisik yang dulunya mengandalkan tenaga kerja kini telah digantikan oleh sistem robotik cerdas yang terintegrasi dengan AI.
9. Penulis Konten/Artikel

AI mampu menciptakan tulisan seperti artikel, caption media sosial, deskripsi produk, bahkan blog dengan struktur dan bahasa yang baik. Hal ini menjadikan pekerjaan penulis, terutama untuk konten massal dan non-kreatif, sangat rentan tergantikan oleh AI.
Namun, dalam konteks literasi yang membutuhkan kreativitas, penulis manusia masih unggul dalam membuat karya sastra, narasi mendalam, atau tulisan dengan gaya dan sudut pandang yang unik.
10. Paralegal

Tugas paralegal umumnya berkaitan dengan analisis dokumen dan riset hukum. Kini, teknologi AI seperti Harvey and CoCounsel sudah bisa mengambil alih tugas tersebut dan dapat melakukan analisis secara otomatis dan cepat, bahkan dengan tingkat akurasi 90%.
Saat ini AI memang tidak sepenuhnya menggantikan posisi paralegal, tapi perkembangan AI yang pesat diprediksi dapat menggeser peran paralegal sebagai pendukung administratif di dunia hukum.
Itulah beberapa pekerjaan yang tidak bisa digantikan AI dan profesi yang mulai tergeser oleh kecerdasan buatan. Meski teknologi terus berkembang, peran manusia tetap tak tergantikan dalam bidang-bidang yang membutuhkan empati, kreativitas, dan penilaian moral yang kompleks.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk terus mengembangkan keterampilan yang bersifat manusiawi dan adaptif agar dapat bersinergi dengan AI, bukan malah digantikan oleh teknologi ini.
Penulis: Erika Erilia
Editor: Erika Erilia & Yulaika Ramadhani
Masuk tirto.id







































