Menuju konten utama
Side Job

Prompt Engineer, Profesi Menjanjikan di Era AI

Jadi prompt engineer AI akan membuka peluang Anda untuk berperan sebagai ujung tombak perubahan dunia yang semakin terotomatisasi.

Prompt Engineer, Profesi Menjanjikan di Era AI
ilustrasi prompt engineer, foto/istockphoto

tirto.id - Kehadiran teknologi Artificial Intelligence (AI) generatif diiringi dengan kecemasan. Banyak yang mengkhawatirkan, inovasi tersebut bakal menghilangkan sebagian besar pekerjaan manusia.

Dengan serangkaian algoritma kompleks, AI mampu menyerupai manusia dalam hal cara berpikir, belajar, dan mengambil keputusan. Kepintaran inilah yang membuat banyak orang ketar-ketir bakal kehilangan pekerjaan.

Namun, kehadiran AI, terutama di masa-masa awal perkembangannya, tak melulu negatif. Jenis pekerjaan baru terkait AI yang menjanjikan penghasilan besar justru bermunculan, termasuk profesi prompt engineer.

Prompt engineer adalah individu yang bertanggung jawab merancang dan mengoptimalkan instruksi (prompt) yang diberikan kepada platform AI agar menghasilkan respons yang relevan dan akurat. Kehadiran insinyur prompt ini berguna membantu model AI agar berfungsi optimal.

Sebagai sistem komputer yang berambisi meniru manusia, AI sudah tentu membutuhkan "koreksi" dari manusia untuk mengoptimalkan fungsinya di masa depan.

Manusia yang Khawatir terhadap 'Penirunya'

“Sebagai guru privat bahasa asing, saya akui awalnya khawatir akan digantikan oleh ChatGPT,” kata Carolyn Knight, dikutip dari Intelligence.

Kekhawatiran Carolyn cukup berdasar, sebab AI tidak hanya berkemampuan sebagai alat pembelajaran bahasa yang luar biasa. Alat ini juga tersedia 24 jam setiap hari tanpa mengenakan biaya per jam seperti guru les.

Namun, betapa pun hebatnya mereka, Carolyn meyakini AI tetap hanyalah sebuah alat, sedangkan siswa membutuhkan lebih dari sekadar pengetahuan untuk belajar. Ikatan antara siswa dan guru berupa kepercayaan, memotivasi dan menjadi saksi perjalanan belajar yang tidak mampu dilakukan oleh komputer.

Keresahan yang dirasakan Carolyn sebenarnya bisa dipahami. Terlebih, saat ini sebagian pekerjaan mulai hilang sejak hadirnya AI. Sebagai contoh, profesi kasir di banyak toko, terutama di negara maju seperti Jepang, sudah digantikan oleh AI. Pelanggan sudah bisa melakukan pembayaran mandiri (self check-out) tanpa bantuan kasir.

CEO OpenAI, Sam Altman, mengakui akan ada banyak pekerjaan manusia yang tergantikan perannya sejak adanya AI. Akan tetapi, ia yakin dunia tidak akan kehabisan pekerjaan karena AI.

“Ini [AI] akan mengeliminasi banyak pekerjaan sekarang serta mengubah cara kerja suatu profesi. [Teknologi] ini juga bakal menciptakan pekerjaan baru. Itu selalu terjadi dalam teknologi,” ujar Altman dalam diskusinya dengan Sally Kornbluth, presiden MIT.

Hal itu terbukti dengan kemunculan beragam profesi baru, seperti prompt engineer, AI engineer, data scientist, dan machine learning engineer.

Kehadiran AI bisa diibaratkan dua sisi mata uang: bisa menguntungkan dan merugikan. Baik atau buruknya tergantung cara kita meresponsnya.

Di Amerika Serikat, survei Intelligent terhadap mahasiswa pada Januari 2023 menemukan fakta, hanya beberapa bulan setelah ChatGPT dirilis, hampir sepertiga mahasiswa mengaku telah menggunakannya untuk menyelesaikan tugas tertulis.

Studi berikutnya dilakukan pada Mei 2023 terhadap 3.017 siswa sekolah menengah dan mahasiswa (usia 16-24) serta 3.234 orang tua siswa. Hasilnya, sepuluh persen dari mereka belajar dengan ChatGPT dan tutor, sementara 15 persen orang tua dengan anak usia sekolah mengatakan hal yang sama. Mereka telah mengganti peran tutor manusia dengan ChatGPT untuk beberapa sesi bimbingan belajar.

Dalam konteks tersebut, kehadiran AI berdampak positif membantu pelajar meningkatkan prestasi dan memperluas wawasannya. Tak heran jika AI makin digemari masyarakat.

Kajian terkini yang dirilis oleh Statista Consumer Insights, Indonesia menempati peringkat keempat sebagai negara paling antusias dalam penggunaan AI. Survei itu dilakukan sepanjang April-Juni 2024 terhadap 1.000-2.000 responden berusia 18-64 tahun di setiap negara. Dari situ ditemukan, 41 persen responden di Indonesia gemar menggunakan teknologi AI untuk berbagai kebutuhan.

Selain Indonesia, negara-negara Asia lainnya juga menunjukkan minat signifikan terhadap AI. Di Singapura, 37 persen responden mengaku antusias, sementara 35 persen partisipan di Tiongkok berpandangan positif terhadap teknologi AI. Ini berbeda dengan negara-negara di maju yang cenderung kurang tertarik, terutama perihal kehidupan sehari-hari.

Di Ceko, misalnya, hanya 11 persen subjek penelitian yang tertarik terhadap AI. Di Amerika Serikat, hanya 18 persen yang antusias menggunakan teknologi tersebut.

AI telah terbukti sebagai teknologi masa depan. Karenanya, kehadiran profesi baru seperti prompt engineer makin penting dalam perkembangannya.

Contoh sederhananya, ketika pengguna ingin membuat cerita, puisi, bahkan gambar atau video, prompt engineer harus bisa membuat instruksi yang tepat agar hasilnya sesuai harapan.

Di bidang kesehatan, prompt engineering bahkan telah menjadi topik penelitian secara khusus, tepatnya urusan teknis pengoperasian. Menurut Bertalan Mesko dalam artikel jurnal yang ditulisnya, keterampilan dalam membuat prompt perlu dikuasai oleh tenaga kesehatan, mengingat pesatnya perkembangan teknologi AI dan potensinya merambah ke bidang medis.

 ilustrasi prompt engineer

ilustrasi prompt engineer, foto/istockphoto

Tugas dan Tantangan Prompt Engineer

Anna Bernstein, prompt engineer di perusahaan AI generatif asal Amerika Serikat, Copy.ai, mengatakan bahwa tugas utamanya adalah menulis teks berbasis permintaan pengguna agar menghasilkan konten berkualitas tinggi, baik untuk unggahan di blog, surel penjualan, atau media sosial.

Bernstein, yang bergabung dengan Copy.ai sejak September 2021, mengaku tidak memiliki latar belakang pendidikan di ilmu komputer dan teknologi. Dia kuliah di jurusan bahasa Inggris, lalu bekerja sebagai copywriter dan asisten peneliti sejarah.

Meski begitu, basis pendidikan di bidang humaniora dan budaya justru sangat membantu pekerjaannya. Hal itu dikarenakan tujuan mula dari pengembangan AI tak lain adalah meniru pikiran manusia.

Selain membuat instruksi tertulis untuk mesin AI, prompt engineer juga bertugas mengatasi masalah teknis. Mereka harus bisa mengidentifikasi dan mengatasi masalah yang mungkin muncul dalam proses AI generatif, seperti kesalahan gramatikal atau fakta yang tidak akurat.

Dalam bekerja, seorang prompt engineer harus mampu berkolaborasi dengan tim. Mereka biasanya bekerja sama dengan tim pengembang, peneliti, dan pemasar, untuk memastikan teknologi AI bekerja dengan baik dan memenuhi tujuan bisnis.

Selain tugas dan tanggung jawabnya beragam, prompt engineer juga punya beragam tantangan. Salah satunya perihal keterbatasan kemampuan kecerdasan buatan. Model AI tidak selalu menghasilkan keluaran sempurna. Karenanya, butuh kesabaran dan keuletan untuk mempelajari literasi dan menyempurnakan prompt.

Setiap kata atau instruksi yang diberikan oleh prompt engineer dapat menghasilkan keluaran yang berbeda dari masing-masing model AI. Misalnya, ketika pengguna meminta untuk “menjelaskan mengenai Candi Borobudur”, hasilnya akan berbeda dengan perintah “menceritakan sejarah Candi Borobudur”.

Profesi baru ini juga menuntut kreativitas tinggi. Prompt engineer harus mampu merancang instruksi logis dan menghasilkan keluaran yang sesuai harapan. Makanya, profesi insinyur prompt sering diibaratkan sebagai seniman di dunia digital.

Tantangan lainnya, prompt engineer harus berkemauan untuk terus belajar dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi AI yang sangat cepat. Modalnya tentu saja keterampilan, termasuk penguasaan bahasa pemrograman. Ia setidaknya harus memiliki pemahaman dasar tentang berbagai bahasa pemrograman, seperti Python, Java, JavaScript, dan C++.

Keterampilan yang tak kalah penting adalah merancang dan menerapkan algoritma yang tepat serta efisien. Itu akan membantu pekerjaannya dalam pengembangan perangkat lunak.

 ilustrasi prompt engineer

ilustrasi prompt engineer, foto/istockphoto

Masa Depan Pekerjaan AI

Bekerja sebagai prompt engineer artinya menjadi bagian dari garda depan teknologi. Sebab, AI generatif digunakan dalam berbagai industri, mulai dari hiburan hingga penelitian ilmiah.

Saat ini, sudah banyak platform perekrut tenaga kerja yang membuka lowongan profesi ini, baik pekerja penuh maupun paruh waktu. Penawaran gajinya juga menggiurkan.

Di beberapa perusahaan teknologi besar, gaji seorang prompt engineer bisa mencapai angka enam digit atau miliaran rupiah per tahun. Angkanya bervariasi tergantung pengalaman, kompleksitas proyek yang ditangani, dan perusahaan yang mempekerjakannya.

Di pasar internasional, profesi ini memiliki potensi pendapatan yang tinggi, mulai dari 100 ribu hingga 300 ribu dolar AS per tahun. Jika dihitung dengan kurs Rp16.000 per dolar AS, angkanya di kisaran 1,6 sampai 4,8 miliar rupiah per tahun.

Bahkan Anthropic, perusahaan rintisan AI yang didukung Google mengiklankan gaji mencapai 335 ribu dolar AS untuk prompt engineer dan pustakawan cepat di San Francisco. Syaratnya, pelamar harus berjiwa kreatif dan suka memecahkan teka-teki.

Penghasilan pekerja di bidang teknologi memang menggiurkan. Hal ini wajar, mengingat prompt engineer merupakan profesi yang sangat dibutuhkan di era transformasi digital.

Pekerja yang punya kemampuan di bidang tersebut juga masih terbatas. Padahal, peluang kerjanya masih terbuka luas. Hal ini karena prompt engineer tidak hanya dibutuhkan di dunia teknologi, tetapi juga di industri media, periklanan, pendidikan, bahkan gim.

Seiring permintaan yang terus meningkat untuk pengembang perangkat lunak di berbagai industri, prompt engineer memiliki prospek pekerjaan yang cerah. Di platform lowongan kerja, misalnya Karirlab, ada beberapa peluang karier yang berkaitan dengan prompt engineer, seperti pengembang perangkat lunak, teknisi data, dan teknisi sistem.

Prompt engineer bisa bekerja sebagai pengembang perangkat lunak di perusahaan teknologi ataupun perusahaan rintisan (start-up). Jika memilih bidang teknis data, mereka akan bertanggung jawab merancang, membangun, dan memelihara infrastruktur data yang diperlukan untuk analisis data. Sementara itu, sebagai teknisi sistem, prompt engineer nantinya akan bertugas merancang, mengembangkan, dan memelihara sistem komputer yang kompleks.

Prompt engineer bisa menjadi pilihan karier yang menarik di era ketika AI mulai mengepakkan sayap. Meski tidak berlatar belakang pendidikan linier, asalkan punya basis pengalaman dan pengetahuan tentang teknologi, posisi ini terbuka untuk siapa saja.

Baca juga artikel terkait ARTIFICIAL INTELLIGENCE atau tulisan lainnya dari Suli Murwani

tirto.id - Mild report
Kontributor: Suli Murwani
Penulis: Suli Murwani
Editor: Fadli Nasrudin