tirto.id - Memahami tahap oogenesis sangat penting karena proses ini berkaitan erat dengan reproduksi wanita. Pengetahuan ini tak hanya menambah wawasan, tapi juga menyadarkan kita betapa pentingnya menjaga kesehatan reproduksi sejak dini.
Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) yang terjadi di dalam ovarium dengan melibatkan proses pembelahan mitosis dan meiosis. Proses oogenesis sendiri sudah dimulai sejak bayi perempuan masih berada dalam kandungan, tepatnya pada masa perkembangan janin.
Proses oogenesis menjadi hal yang sangat penting karena dapat menentukan jumlah dan kualitas sel telur yang dimiliki seorang perempuan sepanjang hidupnya. Berbeda dengan spermatogenesis pada laki-laki yang berlangsung terus-menerus sejak pubertas, oogenesis justru bersifat terbatas.
Saat proses oogenesis dimulai pada masa perkembangan janin, tercipta jutaan sel bernama oosit primer yang menjadi persediaan awal untuk pembentukan sel telur (ovum) yang matang.
Oosit primer yang terbentuk pada masa janin akan terus bertahan hingga masa reproduksi. Jadi, jumlah oosit primer ini tidak akan bertambah, bahkan jumlahnya akan semakin berkurang seiring waktu karena proses degenerasi alami atau yang disebut sebagai atresia.
Oleh karena itu, kualitas dan kuantitas oosit primer yang dimiliki sejak lahir berperan besar dalam menentukan kesehatan reproduksi bayi perempuan saat sudah dewasa kelak.
Tahap Tahap Oogenesis pada Bayi Perempuan

Tahap oogenesis pada bayi perempuan sudah dimulai sejak ia masih berada dalam kandungan. Berbeda dengan laki-laki yang baru memproduksi sel sperma saat pubertas, bayi perempuan sudah membawa cadangan sel telur sejak lahir.
Menurut Buku Ajar Ilmu Biomedik Dasar karya Yeanneke Liesbeth Tinungki dkk., proses oogenesis terjadi dalam tiga tahapan berikut:
1. Tahap penggandaan
Tahap awal terjadinya oogenesis adalah fase penggandaan yang terjadi saat bayi masih dalam kandungan. Di fase ini, sel primordial mengalami pembelahan secara mitosis untuk membentuk oogonia yang bersifat diploid.2. Tahap pertumbuhan
Oogonia yang terbentuk di tahap pertama akan kembali membelah secara mitosis dan membentuk oosit primer yang bersifat diploid. Oosit primer kemudian mulai memasuki tahap pembelahan meiosis I, tapi berhenti pada fase profase I dan “istirahat” sampai masa pubertas.Jumlah oosit primer yang dihasilkan dari tahap dua ini bisa mencapai 6-7 juta, tapi akan terus berkurang. Pada saat lahir, seorang bayi perempuan nantinya hanya akan memiliki sekitar 1-2 juta oosit primer yang "tertidur" dan akan bertahan hingga masa pubertas.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa tahap oogenesis pada bayi perempuan yang baru lahir telah sampai pada fase profase I meiosis.
3. Tahap pematangan
Tahapan ketiga dimulai saat anak perempuan mengalami pubertas. Setiap siklus menstruasi, satu oosit primer mengalami pembelahan meiosis I. Proses ini nantinya akan menghasilkan oosit sekunder.Proses ini terus berlangsung setiap bulan. Dari sini dapat diketahui bahwa tahapan oogenesis hanya menghasilkan satu ovum matang dalam satu waktu, berbeda dengan proses spermatogenesis pada laki-laki yang bisa menghasilkan jutaan sel sperma sekaligus.
Apa Perbedaan Antara Oosit Primer dan Oosit Sekunder?

Di balik proses kompleks tahap oogenesis, terdapat dua jenis sel penting yang kadang membingungkan, yaitu oosit primer dan oosit sekunder. Meski sama-sama tergolong sel reproduksi, keduanya memiliki perbedaan mendasar.
Secara sederhana, oosit primer adalah tahap awal sel telur yang masih bersifat diploid dan berhenti di profase I, sedangkan oosit sekunder adalah sel hasil meiosis I yang sudah bersifat haploid dan siap melanjutkan ke meiosis II jika dibuahi.
Guna memahami lebih jauh, berikut beberapa perbedaan oosit primer dan sekunder:
1. Asal Terbentuk
- Oosit primer: Berasal dari pembelahan mitosis oogonium yang terjadi saat janin bayi perempuan masih dalam kandungan.
- Oosit sekunder: Terbentuk dari hasil pembelahan meiosis I oosit primer yang dilanjutkan saat perempuan memasuki masa pubertas.
- Oosit primer: Bersifat diploid (2n) dan masih membawa jumlah kromosom lengkap seperti sel induknya.
- Oosit sekunder: Bersifat haploid (n) karena telah melalui pembelahan meiosis I.
- Oosit primer: Perkembangan berhenti sementara di fase profase I meiosis dan akan terus “tertidur” hingga pubertas.
- Oosit sekunder: Terbentuk setelah ovulasi, yaitu ketika oosit primer melanjutkan pembelahan meiosis I. Perkembangan oosit sekunder terhenti pada metafase II sampai terjadi pembuahan (ovulasi).
Perbedaan Spermatogenesis dan Oogenesis

Tahap oogenesis dan spermatogenesis adalah proses alami yang terjadi dalam tubuh manusia. Keduanya sama-sama berperan menghasilkan sel-sel reproduksi, tapi memiliki sederet perbedaan yang berkaitan dengan tempat terjadinya proses, durasi, hingga jumlah sel yang dihasilkan.
Untuk lebih jelasnya, berikut perbedaan spermatogenesis dan oogenesis seperti dikutip dari Buku Ajar Fisiologi Kebidanan karya Zumrotul Ula, S.ST., M.Kes., dkk.:
1. Lokasi Proses
- Spermatogenesis: Terjadi di organ reproduksi laki-laki (testis)
- Oogenesis: Terjadi di organ reproduksi perempuan (ovarium)
- Spermatogenesis: Empat sel sperma yang dihasilkan dari satu sel induk spermatogonium.
- Oogenesis: Satu sel telur (ovum) yang dihasilkan dari satu sel induk oogonium.
- Spermatogenesis: Prosesnya terjadi setelah pubertas dan berlangsung secara terus-menerus di sepanjang kehidupan laki-laki. Proses ini bisa memakan waktu sekitar 64-72 hari untuk satu siklus.
- Oogenesis: Prosesnya sudah dimulai sejak janin berada dalam kandungan, tapi terhenti pada profase I. Proses akan berlanjut ketika anak perempuan mengalami masa pubertas. Satu sel telur matang akan dihasilkan di setiap siklus menstruasi.
- Spermatogenesis: Proses berlangsung cepat dan terus-menerus, menghasilkan sperma baru setiap hari.
- Oogenesis: Proses terjadi lebih lambat, berulang setiap siklus menstruasi dan hanya menghasilkan satu ovum matang per siklus.
- Spermatogenesis: Sel sperma baru akan terus diproduksi seumur hidup.
- Oogenesis: Jumlah sel telur (ovum) terbatas dan tidak ada pembaruan sel setelah bayi perempuan lahir. Sebaliknya, jumlah sel telur justru akan berkurang seiring waktu sampai akhirnya habis.
Di sisi lain, pengetahuan ini juga bisa menjadi alarm bagi para ibu hamil untuk memenuhi asupan gizi seimbang agar perkembangan janinnya, termasuk proses oogenesis yang terjadi di fase ini, bisa berlangsung sempurna.
Temukan informasi menarik lain seputa dunia kesehatan, mulai dari kesehatan reproduksi, penyakit, hingga rekomendasi obat melalui tautan di bawah ini:
Penulis: Erika Erilia
Editor: Erika Erilia & Yulaika Ramadhani
Masuk tirto.id







































