tirto.id - Lirik lagu “Ayang-ayang Gung” menjadi salah satu tembang permainan anak-anak Sunda di Jawa Barat. Seperti seni tradisional pada umumnya, lagu anak “Ayang-ayang Gung” menyiratkan makna filosofis tertentu.
Adapun lirik lagu “Ayang-ayang Gung” kerap dijadikan sebagai media untuk membangun pendidikan karakter anak. Secara garis besar, memuat kritik sosial yang menyentil pemerintahan Hindia Belanda.
Kemudian, orang yang diklaim sebagai pencipta lagu anak “Ayang-ayang Gung” bernama Raden Hadji Moehamad Moesa. Ia merupakan sastrawan, penulis, tokoh masyarakat Sunda, dan ulama yang eksis pada abad ke-19.
Lirik Lagu "Ayang-ayang Gung" dan Terjemahan Bahasa Indonesia
Lagu anak “Ayang-ayang Gung” mungkin menjadi nyanyian yang cukup familiar bagi orang-orang Sunda. Selain menjadi tembang permainan, ada makna yang lebih mendalam jika kita memerhatikan liriknya dengan seksama.
Sebagaimana diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dalam Peperenian Urang Sunda (2005) tulisan Hidayat, berikut ini arti lagu “Ayang-ayang Gung” yang lirik utamanya murni berbahasa Sunda.
Ayang-ayang Gung
(Berpegangan bahu gung)
Gung goongna ramé
(Bunyi gongnya ramai)
Ménak Ki Mas Tanu
(Bangsawan Ki Mas Tanu)
Nu jadi wadana
(Yang menjadi wedana)
Naha manéh kitu
(Mengapa demikian)
Tukang olo-olo
(Suka merajuk dan sombong)
Loba anu giruk
(Banyak yang benci)
Ruket jeung Kumpeni
(Dekat dengan kompeni)
Niat jadi pangkat
(Niat mendapat pangkat)
Katon kagoréngan
(Terlihat kejelekannya)
Ngantos Kangjeng Dalem
(Menanti kanjeng dalem)
Lempa lempi lempong
(Lempa lempi lempong)
Jalan ka Batawi ngemplong
(Jalan ke Betawi lebar terbuka)
Ngadu pipi jeung nu ompong
(Mengadu pipi dengan yang ompong)
Makna lagu "Ayang-ayang Gung"
Setiap kalimat dalam lirik lagu “Ayang-ayang Gung” memiliki filosofi tersendiri. Melalui lirik yang menceritakan kisah tertentu, ada suatu pesan, nasehat, maupun kritik sosial yang hendak disampaikan.
Menurut Pengukuhan Nilai-nilai Budaya melalui Lagu-lagu Permainan Rakyat (pada Masyarakat Sunda) terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1993), berikut ini makna lagu “Ayang-ayang Gung”.
Ayang-ayang gung
Gung goongna rame
Berdasarkan lirik lagu “Ayang-ayang Gung” di atas, nyanyian disampaikan untuk menggambarkan keramaian dengan tabuhan gamelan. Pernyataan itu dapat dilihat buktinya melalui kemunculan kata goong atau gong.
Para tamu undangan yang hadir diklaim meramaikan acara ini dengan ikut serta menari. Adapun alasan di balik pengadaan pesta besar tersebut adalah menyenangkan hati para pejabat.
Menak Ki Mas Tanu
Nu jadi Wadana
Na ha mana kitu
Tukang olo-olo
Loba anu giruk
Ruket jeung kumpeni
Arti lagu “Ayang-ayang Gung” sesuai lirik di atas mengisahkan tentang seorang wedana (asisten bupati) bernama Ki Mas Tanu. Ia digambarkan sebagai pejabat publik yang sombong dan suka menjilat pemerintahan kolonial.
Niat jadi pangkat
Katon kagorengan
Ngantos Kangjeng Dalem
Lempa-lempi lempong
Jalan ka Batawi ngelempong!
Sesuai lirik di atas, Ki Mas Tanu digambarkan berambisi naik pangkat dan suka bermanis-manis kepada pejabat yang lebih tinggi. Dengan begitu, ia akan disukai oleh orang pemerintahandan bisa merintis karier ke Batavia atau Betawi (pusat pemerintahan Hindia Belanda).
Secara lebih ringkas, Iis Siti Sopiah melalui penelitian bertajuk "Nilai Etika dalam Kumpulan Lagu Kaulinan Barudak di Daerah Sunda" yang terhimpun dalam jurnal Diksatrasia (2017) merumuskan arti lagu “Ayang-ayang Gung” sebagai berikut.
Lagu anak “Ayang-ayang Gung” bermakna tentang ketidaksukaan masyarakat Sunda kepada seorang pegawai pemerintahan yang bernama Ki Mas Tanu. Kondisi ini disebabkan oleh Mas Tanu yang menghalalkan segala cara demi kepentingannya pribadi.
Adapun nilai yang terkandung dalam lagu “Ayang-ayang Gung” menurut IIs Siti Sopiah adalah manusia tidak boleh seperti Ki Mas Tanu. Seorang pegawai pemerintah harus menjalankan tugas dengan baik demi kepentingan rakyatnya.
Penulis: Yunita Dewi
Editor: Iswara N Raditya
Penyelaras: Yuda Prinada
Masuk tirto.id






































