tirto.id - Lagu Manuk Dadali berasal dari daerah Jawa Barat. Lirik lagu Manuk Dadali menggunakan bahasa sunda. Adapun kata "Manuk Dadali" sendiri memiliki makna Burung Garuda yang menjadi lambang negara Republik Indonesia.
Sesuai dengan arti judulnya, lirik lagu Manuk Dadali sarat dengan pesan-pesan nasionalisme. Lagu ini diciptakan oleh Sambas Mangundikarta.
Sambas yang lahir di Bandung, 21 September 1926, memiliki pekerjaan sebagai penyiar radio dan televisi ketika menciptakan lagu Manuk Dadali. Lagu tersebut populer di tahun 1960-an serta sempat menempati puncak tangga lagu RRI Bandung, kanal radio yang kala itu merajai dunia penyiaran di Jawa Barat.
Mengutip buku21st Century Innovation in Music Education (2019), lagu Manuk Dadali juga menjadi pengiring dari Tari Manuk Dadali saat dipentaskan. Biasanya, tarian itu diiringi dengan alat musik khas Jawa Barat.
Makna yang terkandung dalam lirik Manuk Dadali menunjukkan sikap nasionalisme dari bangsa Indonesia. Liriknya menggambarkan kebanggan bangsa Indonesia terhadap negaranya yang diwakili Burung Garuda sebagai simbol.
Di samping itu, lagu Manuk Dadali juga menyampaikan pesat persatuan bangsa Indonesia yang majemuk dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika. Bangsa ini memiliki kemauan menjadi sebuah negara besar dan sejahtera dalam kehidupan, dengan tetap menjaga persatuan, demikian makna penting dari lirik lagu Manuk Dadali.
Lirik lagu Manuk Dadali dan Artinya
Berikut ini isi lengkap lirik lagu Manuk Dadali versi asli, atau yang berbahasa Sunda, beserta artinya. Lirik lagu dan artinya di bawah ini tertulis dengan huruf italik (miring).
Lirik lagu Manuk Dadali (Bahasa Sunda)
Mesat ngapung luhur jauh di awang-awang
Meberkeun jangjangna bangun taya karingrang
Kukuna ranggoas reujeung pamatukna ngeluk
Ngapak mega bari hiberna tarik nyuruwuk
Saha anu bisa nyusul kana tandangna
Tandang jeung pertentang taya bandinganana
Dipikagimir dipikaserab ku sasama
Taya karempan kasieun leber wawanenna
Refrain :
Manuk dadali manuk panggagahna
Perlambang sakti Indonesia Jaya
Manuk dadali pangkakoncarana
Resep ngahiji rukun sakabehna
Hirup sauyunan tara pahiri-hiri
Silih pikanyaah teu inggis bela pati
Manuk dadali ngandung siloka sinatria
Keur sakumna Bangsa di Nagara Indonesia
Arti Lirik Lagu Manuk Dadali (Bahasa Indonesia)
Terbang melesat tinggi, jauh di awang-awang
Merentang sayapnya, tegak tanpa ragu
Kukunya panjang dan paruhnya melengkung
Menyongsong langit dengan cergas terbangnya
Siapa yang bisa menyaingi keberaniannya
Gagah dan perkasa tak ada tandingannya
Dihormati dan disegani oleh sesama
Tanpa ragu tanpa takut, besar nyalinya
Refrain :
Burung garuda, burung paling gagah
Lambang sakti Indonesia jaya
Burung garuda, yang paling tersohor
Senang bersatu, rukun semuanya
Hidup berhimpun tanpa saling iri
Saling menyayangi, tak sungkan membela
Burung garuda adalah lambang kesatriaan
Untuk seluruh bangsa di negara Indonesia.
Profil Pencipta Lagu Manuk Dadali, Sambas Mangundikarta
Selain jago menciptakan lagu, Sambas Mangundikarta pernah mengadu peruntungan di dunia tarik suara. Dia ikut dalam kontes Bintang Radio Indonesia perdana pada 1951 dan 1952.
Pengamat musik Denny Sakrie dalam 100 Tahun Musik Indonesia (2015)menulis, Bintang Radio dapat dianggap sebagai ajang kompetisi pertama yang muncul di Indonesia, untuk menjaring bakat-bakat seni suara. Ajang pencarian bakat ini digagas RRI, dan diselenggarakan pertama kali untuk memperingati Hari Radio pada 11 Desember 1951.
Nama Sambas tercatat dalam buku Ensiklopedi Sunda (2000)terbitan Pustaka Jaya. Bukan tanpa alasan namanya ada di buku yang menghimpun tentang alam, manusia, dan budaya di Jawa Barat tersebut.
Sebelum tenar karena suaranya yang empuk, Sambas pernah menciptakan lagu berbahasa Sunda. Yang terkenal dan diingat orang adalah “Manuk Dadali” dan “Peuyeum Bandung.” “Manuk Dadali” dipopulerkan pesinden Upit Sarimanah. Sementara “Peuyeum Bandung” dibawakan penyanyi lagu-lagu Minang, Elly Kasim.
Pada 1960-an, lagu “Manuk Dadali” sangat tenar. Menurut Ed Zoelverdi dan Zakaria M. Passe, lagu itu selalu terdengar melalui acara pilihan pendengar RRI Jakarta. Di Bandung, lagu tersebut sangat fenomenal.
“Waktu muncul di Bandung tak urung dia dibuntut oleh pencandu buntut. Kepadanya orang minta kode-buntut. Malangnya, kian dielakkan orang makin mendesak,” tulis Ed Zoelverdi dan Zakaria M. Passe.
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Addi M Idhom
Penyelaras: Yulaika Ramadhani