tirto.id - Indung-Indung adalah salah satu lagu daerah yang berasal dari Kalimantan Timur. Lagu ini terdiri dari empat bait dengan lirik yang disusun seperti pantun.
Lirik lagu Indung-Indung kental dengan ajakan melakukan ibadah bagi umat islam. Maka tak heran jika lagu ini kerap dibawakan oleh sejumlah kelompok qasida. Lagu ini juga sering dinyanyikan orang tua kepada anak-anaknya karena syarat akan makna dan nasihat.
Shintya Putri Setiowati, 2020 dalam studinya menyajikan sejumlah pengertian lagu daerah menurut para ahli, seperti menurut Banoe (2011), lagu daerah di Indonesia yakni lagu dari daerah tertentu atau wilayah budaya tertentu, lazimnya dinyatakan dalam syair atau lirik bahasa wilayah (daerah) tersebut baik lagu rakyat maupun lagu-lagu ciptaan baru.
Tanah air Indonesia sangat kaya dengan lagu-lagu daerah. Hampir setiap daerah memiliki lagunya sendiri-sendiri sebagai gambaran kehidupan masyarakat setempat secara umum.
Selain itu, Malatu (2014) mengatakan bahwa lagu daerah adalah lagu yang berasal dari suatu daerah menjadi populer dan banyak dinyanyikan oleh rakyat daerah tersebut maupun rakyat lainnya.
Lagu daerah Indonesia tidak hanya sekedar alunan musik yang enak untuk didengar, tetapi juga memiliki fungsi, antara lain untuk upacara adat, pengiring pertunjukan, pengiring permainan tradisional, dan media komunikasi.
Lebih lanjut, Setyobudi, dkk (2007), walaupun ada lagu-lagu khusus yang aturannya tetap dan bersifat magis untuk ritual adat dan keagamaan, kebanyakan lagu-lagu daerah dipakai sebagai sarana hiburan masyarakat dan dekat dengan rakyat jelata.
Akibatnya, lagu-lagu daerah juga sering disebut lagu rakyat. Lagu daerah memiliki ciri serta karakter tersendiri. Bahasa dan gaya yang digunakan sesuai dengan bahasa dan gaya daerah setempat. Lagu daerah biasanya merujuk kepada sebuah lagu yang mempunyai irama khusus bagi sebuah daerah.
Lirik Lagu Indung-Indung – Kalimantan Timur
Indung indung kepala lindung
Hujan di udik di sini mendung
Anak siapa pakai kerudung
Mata melirik kaki kesandung
La haula wala kuwwatta
Mata melihat seperti buta
Tiada daya tiada upaya
Melainkan Tuhan Yang Maha Esa
Aduh aduh Siti Aishah
Mandi di kali rambutnya basah
Tidak sembahyang tidak puasa
Di dalam kubur mendapat siksa
Duduk goyang di kursi goyang
Beduk subuh hampir siang
Bangunkan ibu suruh sembahyang
Jadilah anak yang tersayang
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Yulaika Ramadhani