Menuju konten utama

Kebohongan yang Membunuh Emmett Till

Emmett dimutilasi, kepalanya ditembak, dan mayatnya dibuang di sungai sebab dituduh menggoda perempuan kulit putih. Berdekade kemudian terungkap bahwa tuduhan itu bohong belaka.

Kebohongan yang Membunuh Emmett Till
Jenazah Emmett Louis Till didampingi kedua orangtuanya. FOTO/TIME

tirto.id - Emmett Till, yang lahir dan besar di Chicago, tak menyangka hidupnya akan berakhir di musim panas 1955. Ia cuma ingin berlibur ke tempat keluarganya di Mississippi. Namun, ia justru mendapat pembuktian atas pesan ibunya sebelum berangkat: Chicago dan Mississippi adalah dua dunia yang berbeda.

Rasialisme begitu kental di Mississippi dan daerah selatan lain. Untuk itulah ibu Emmett, Mammie Carthan, memutuskan untuk pindah ke daerah utara, ke Chicago. Perkara ekonomi juga muncul. Mississippi adalah negara bagian termiskin di Amerika Serikat pada era 1950-an.

Emmett lahir pada 25 Juli 1941. Pamannya, Mose Wright, kerap berkunjung ke Chicago dan bercerita soal tempat tinggalnya di Money, Delta Mississippi. Emmett tertarik untuk mengunjungi tempat tersebut. Ibunya mengizinkan meski awalnya sempat menolak.

Di usia 14 tahun, pada Agustus 1955, Emmett merealisasikan keinginannya. Henry Hampton dan Steve Fayer dalam bukunya, Voices of Freedom: An Oral History of the Civil Rights Movement from the 1950s through the 1980s (2011), mencatat Emmett dibekali pesan khusus oleh ibunya.

Emmett diminta untuk benar-benar menjaga sikap di tempat pamannya, terutama saat berhadapan dengan orang kulit putih. Chicago dan Mississippi punya kultur yang berbeda terkait perlakuan warga kulit putih kepada yang berwarna, kata Mammie.

Fenomena pembunuhan di luar hukum yang menyasar warga kulit hitam atas dasar supremasi kulit putih (lynching) adalah bagian kelam dalam sejarah AS. Di Mississippi saja, sejak 1882, ada lebih dari 500 warga Afrika Amerika yang jadi korban praktik ini. Totalnya di daerah selatan ada lebih dari 3.000 orang.

Data tersebut dilaporkan dalam esai Stephen Whitaker bertajuk A Case Study in Southern Justice: The Murder and Trial of Emmett Till (2005). Sebagian besar kasus terjadi sepanjang 1876-1930. Meski angkanya berkurang pada pertengahan 1950-an, praktik tersebut masih mengancam warga kulit hitam.

Pesan ibu Emmett punya dasar yang kuat. Apalagi seminggu sebelumnya seorang aktivis kulit hitam bernama Lamar Smith ditembak dan meninggal seketika di depan gedung pengadilan di Brookhaven. Tiga tersangka kulit putih ditangkap, tapi tak lama kemudian mereka dibebaskan.

Akar dari tragedi yang menimpa Emmett terjadi pada 21 Agustus 1955. Kembali mengutip Hampton dan Fayer, hari itu Emmett berkumpul dengan kawan-kawan barunya di Toko Kelontong dan Daging Bryant sekaligus berniat membeli permen.

Pemilik toko adalah pasangan Roy Bryant (24) dan istrinya, Carolyn (21). Carolyn sedang berjaga sendirian saat Emmett yang sedang berbelanja ditinggal keluar oleh sepupunya Curtis Jones yang ingin bermain catur di seberang jalan.

Fakta atas apa yang terjadi di dalam toko masih diperdebatkan hingga hari ini. Carolyn mengklaim Emmett bersiul kepadanya. Ibu Emmett menyatakan bahwa siulan itu ia latih bukan untuk digunakan saat Emmett merayu perempuan, melainkan untuk melancarkan Emmett saat mengucap “b”. Ia mengalami kesusahan pengucapan itu sejak kecil, katanya.

Dalam persidangan kasus Emmett tuduhan Carolyn bertambah dan lebih ekstrem. Ia mengklaim Emmett memegang tangannya dan mengajak kencan. Carolyn melepaskannya, dan saat ia berjalan ke arah kasih, Emmett mengulangi perbuatannya. Bukan di tangan lagi, melainkan di pinggang, dan Carolyn berusaha lepas kembali.

Infografik Agustus kelam emmett till

Sepupu Emmett, Simmon Wright, membantahnya. Ia masuk ke toko kurang dari satu menit sejak Emmett dan Carolyn berdua saja. Ia tak melihat tindakan-tindakan yang dideskripsikan Carolyn. Cuma belanja biasa, dan setelahnya mereka pulang berdua.

Sayangnya, gosip berdasarkan tuduhan Carolyn menyebar cepat bak api menyambar padang rumput kering. Suami Carolyn, Roy, marah besar saat mendengarnya. Ia justru menyalahkan Carolyn yang tak segera menceritakan kejadian di toko.

Menurut arsip FBI, keesokan harinya Roy menginterogasi secara agresif remaja-remaja kulit hitam yang masuk tokonya. Informasi yang ia kumpulkan mengerucut pada remaja kulit hitam asal hitam yang tinggal di rumah Mose Wright, yang tak lain adalah Emmett.

Roy dan saudara laki-lakinya John mendatangi rumah Mose pada 28 Agustus pagi, berbekal sepucuk pistol. Emmett yang belum berpakaian rapi diculik, sebab mengiyakan sebagai yang belanja di toko Roy dan dituduh menggoda istrinya. Mose diancam agar tidak memberitahu siapapun atau ia akan dibunuh.

Emmett diikat di belakang truk Roy dan dibawa ke sebuah peternakan di sebuah daerah yang agak jauh dari Money. Roy memukul kepala Emmett hingga Emmett pingsan. Di peternakan Emmett disekap di sebuah gubuk kecil untuk disiksa.

Seorang saksi bernama Willie Reed, berusia 18 tahun, saat itu sedang pulang melewati peternakan. Ia samar-samar mendengar suara pukulan dan tangisan. Reed kemudian memberitahu tetangganya, dan bersama rombongan pergi ke lokasi dekat penyiksaan. John mendatangi mereka dan bilang tak mendengar apapun.

Reed dan rombongan tetangga tak sepenuhnya percaya, sebab mereka melihat seorang warga kulit hitam lain yang sedang membersihkan bekas darah di truk Roy. Ada juga yang melihat sepatu Emmett. John berkilah bahwa ia dan kawan-kawannya sehabis pulang memburu kijang.

Pada kenyataannya, Emmett lah hasil buruan yang John maksud. Saat itu ia dipukuli berkali-kali sebelum akhirnya dimutilasi dan ditembak di bagian kepala. Bajunya dibakar saat Roy sudah kembali ke Money. Mayat Emmett diberi pemberat dari bekas kipas yang dililitkan memakai kawat di leher, lalu dibuang ke Sungai Tallahatchie.

Sementara itu, di rumahnya, Mose sekeluarga yang khawatir akhirnya memutuskan untuk menghubungi pihak berwenang. Saat ditanyai polisi, Roy dan John bilang Emmett sudah dilepas di malam yang sama. Sebab Emmett tak kunjung pulang, keduanya tetap ditahan atas tuduhan penculikan.

Tiga hari setelah penculikan, mayatnya ditemukan oleh dua anak yang sedang memancing di Sungai Tallahatchie. Banyak bagian tubuhnya yang telah membengkak atau cacat, salah satu yang terparah ada di area muka.

“Kepalanya dimutilasi dengan sangat buruk. Dia ditembak di atas telinga kanan. Satu matanya copot dari soket. Ada bukti dia dipukuli di punggung dan pinggul. Tubuhnya diperberat oleh kipas, yang diikatkan di lehernya dengan kawat berduri. Dia telanjang, tetapi memakai cincin perak dengan inisial "L. T." dan di dalamnya terukir "25 Mei 1943"," catat FBI.

Kasus pembunuhan Emmett segera menjadi perbincangan nasional atas tingkat kekejamannya yang di luar batas. Juga karena melecutkan perbincangan terkait segregasi berdasarkan warna kulit di AS, rasialisme, penegakan dan perlindungan hukum, hingga hubungan antara wilayah utara dan selatan AS.

Keputusan yang legendaris kemudian diambil oleh ibu Emmett. Rasa sedihnya memang amat dalam. Namun ia ingin menjadikan Emmett sebagai korban terakhir dari kejahatan berdasarkan kebencian ras, sekaligus ingin menunjukkan betapa kejamnya pelaku.

Ia pun meminta agar peti mayat Emmett dibuka selama pemakaman. “Tidak mungkin bisa saya jelaskan apa yang ada di dalam peti. Saya hanya ingin dunia melihatnya,” katanya, kembali mengutip Hampton dan Fayer.

Puluhan ribu orang menghadiri pemakamannya. Media massa lokal maupun nasional mengabadikan wajah Emmett yang sudah tak menyerupai aslinya. Tubuhnya dipakaikan kemeja putih tanpa dasi, berjas dan celana hitam, dengan sebaik-baiknya.

Segala pengakuan dan pembelaan keluar dari mulut jaksa penuntut, jaksa pembela, saksi, hingga tersangka utama yakni Roy dan John di pengadilan. Roy dan John menolak mengakui diri sebagai pelaku. Setelah serangkaian persidangan alot, pada November 1955 keduanya diputuskan tidak bersalah.

Entah apa yang jadi fakor penyebab, barangkali didorong oleh rasa bersalah, Roy dan John akhirnya mengakui kelakuan amoralnya saat diwawancarai William Bradford Huie dari majalah Look. Laporan William turun pada Januari 1956, dan mengejutkan publik di AS pada umumnya dan warga Mississippi dan Chicago pada khususnya.

Usai pengakuan tersebut hidup Roy dan John berubah. Dukungan dari warga Mississippi yang menganggap mereka bersih, pudar. Usahanya bangkrut karena diboikot oleh warga kulit hitam. Bank menolak permintaan atas pinjaman. Mereka jadi sering dapat ancaman, kecaman, hingga serangan, sehingga memutuskan untuk pindah rumah.

Kasus pembunuhan Emmett mendapat perhatian luas sebab kekejaman, usia korban, dan pengakuan pelaku. Emmett dijadikan contoh atas penderitaan yang dirasakan oleh warga kulit hitam terutama yang tinggal di daerah selatan.

Di Montgomery, Alabama, Rosa Park menghadiri demonstrasi dukungan untuk Emmett. Ia ditemani oleh Martin Luther King Jr.. Rosa Park adalah aktivis kulit hitam yang dijuluki “ibu gerakan kemerdekaan”. Tak lama setelahnya ia menginisiasi gerakan boikot tempat duduk di bus yang rasis.

Publikasi agar kasus Emmett tidak dilupakan meluas, terutama di kalangan warga kulit hitam. Kasus Emmett, secara otomatis, menjadi katalisator Gerakan Hak Sipil warga kulit hitam AS di tahun-tahun berikutnya.

Hingga dunia bergerak ke abad ke-21, fakta atas apa yang terjadi dalam Toko Kelontong dan Daging Bryant masih diperdebatkan. Tiba-tiba, pada 2017, penulis buku Timothy Tyson mempublikasikan detil wawancaranya dengan Carolyn dalam buku berjudul The Blood of Emmett Till.

Di dalamnya berisi pengakuan bahwa pengakuan di persidangan kasus kematian Emmett palsu belaka, terutama di bagian Emmett memegang tangan Carolyn serta menggodanya secara verbal. Ia juga berkata bahwa tidak ada yang Emmett lakukan hingga pantas untuk dibunuh sedemikian kejamnya.

Emmett dibunuh oleh kebohongan. Belajar dari kasusnya, tak lama setelah pengakuan Carolyn, media-media yang dulu pernah memuat foto pemakaman Emmett bersuara. Salah satunya New York Times, melalui kolom editorial.

“Pengakuan ini adalah pengingat tentang bagaimana kehidupan warga kulit hitam dikorbankan atas kebohongan di tempat-tempat seperti Mississippi. (Pengakuan) ini juga menimbulkan pertanyaan mengapa tidak ada diadili atas pembunuhan atas dasar kebencian rasial yang paling terkenal pada abad ke-20—meskipun ada penyelidikan ekstensif oleh FBI.”

Baca juga artikel terkait RASISME atau tulisan lainnya dari Akhmad Muawal Hasan

tirto.id - Hukum
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Windu Jusuf