Menuju konten utama
20 Januari 2009

Barack Obama Melampaui Rasisme Amerika

Buka lembaran.
Kemenangan sebuah
asa. Yes, we can!

Barack Obama Melampaui Rasisme Amerika
Ilustrasi Barack Obama. tirto.id/Gery

tirto.id - "Pemilu ini memiliki banyak pengalaman dan banyak kisah yang akan diceritakan kepada beberapa generasi berikutnya. Tapi yang ada di pikiran saya malam ini adalah tentang seorang wanita yang memberikan suaranya di Atlanta [...] yaitu Ann Nixon Cooper, berusia 106 tahun. Dia lahir hanya satu generasi setelah perbudakan masa lalu berakhir [...] Ketika seseorang seperti dia tidak dapat memilih dua alasan: karena dia adalah seorang wanita dan karena warna kulitnya."

Suara lelaki di podium yang mengucapkan kata-kata itu pelan namun penuh daya hentak. Intonasinya tertata rapi, persis seperti setelan jas yang dipakainya. Di hadapannya, ribuan massa khidmat menyimak, kadang diselingi sorak. Sejurus kemudian, ia melanjutkan,

“Dan malam ini, saya berpikir bahwa dia [Cooper] sudah melewati banyak hal selama seabad di Amerika—sakit hati dan harapan; perjuangan dan kemajuan; masa-masa di mana kita diklaim tidak bisa, dan orang-orang dipaksa meyakini iman Amerika: Ya, kita bisa!”

Pidato itu disampaikan Barack Obama di Grant Park, Chicago, pada 4 November 2008, sesaat setelah kemenangannya dalam Pemilu AS. Narasi tersebut seperti mewakili perasaannya sebagai warga kulit hitam pertama yang terpilih sebagai Presiden AS. Ya, Obama telah menorehkan sejarah.

Sebelum terpilih jadi presiden, Obama adalah senator untuk Illinois dari Partai Demokrat. Sementara rivalnya, John McCain, adalah senator untuk Arizona dari Partai Republik. Sosok McCain tak asing bagi publik Amerika. Ia punya rekam jejak panjang sebagai mantan tahanan perang dan sudah kedua kalinya mengikuti Pemilu Presiden.

Darah Kenya dan Amerika

Pria bernama lengkap Barack Hussein Obama II ini lahir pada 4 Agustus 1961 di Honolulu, Hawaii. Menurut Encyclopaedia Britannica, ayah Obama, Barack Obama Sr, adalah seorang penggembala kambing di Kenya yang kemudian mendapat beasiswa belajar di Amerika. Setelah lulus, ia menjadi ekonom senior untuk negara kelahirannya. Sedangkan ibu Obama, Ann Dunham, adalah seorang kulit putih yang besar di Texas dan Washington.

Pada 1960, Ann Dunham dan Barack Obama Sr bertemu di kelas bahasa Rusia di University of Hawaii dan menikah kurang dari setahun kemudian. Namun, biduk rumah tangga dua pasangan beda ras ini harus berakhir tahun 1964.

Ann Dunham kemudian menjalin asmara dengan mahasiswa asing lainnya asal Indonesia, Lolo Soetoro. Dari pernikahan dengan Lolo, lahir anak perempuan kedua bernama Maya Soetoro. Barack Obama sempat tinggal beberapa tahun di Indonesia bersama ibu, ayah, dan saudara tirinya.

Gelar sarjana ilmu politik didapat Obama dari Columbia University pada 1983. Kemudian, ia menempuh pendidikan hukum dan lulus dari Harvard University di tahun 1991. Sejak itu, ia banyak berkecimpung di dunia advokat untuk masalah hak-hak sipil dan bertemu dengan jodohnya sesama pengacara muda, Michelle Robinson. Mereka menikah pada 1992.

Obama pindah ke Chicago dan mulai aktif di Partai Demokrat. Ia terlibat dalam proyek mengorganisir orang-orang keturunan Afrika-Amerika untuk membantu kemenangan Bill Clinton. Kerja kepartaiannya juga mengantarkan Carol Moseley Braun, perempuan Afrika-Amerika dan legislator lokal di Illinois, memenangkan kursi anggota Senat AS. Obama juga sempat menjadi dosen hukum konsitusional di University of Chicago.

Sebelum mengikuti Pemilu Presiden 2008, ia menjabat sebagai senator di negara bagian Illinois periode 1997 sampai 2004. Dilanjutkan dengan menjadi senator Amerika pada 2005 sampai 2008. Hingga kemudian mencalonkan diri sebagai Presiden AS dari Partai Demokrat berpasangan dengan Joe Biden.