tirto.id - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digulirkan pemerintah nasional dinilai menciptakan masalah sampah organik baru di Jawa Barat. Peningkatan volume sampah sisa makanan dari program tersebut membebani sistem pengelolaan persampahan di tingkat daerah.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (Kadis LH) Kota Cimahi, Chanifah Listyarini, mengungkapkan, meski program MBG memiliki tujuan mulia dari sisi kesehatan dan gizi, dampak sampingannya terhadap lingkungan perlu menjadi perhatian serius.
"Kami juga sekarang punya masalah dengan program MBG (Makan Bergizi Gratis). MBG itu juga luar biasa,” ujar Chanifah di Cimahi, Rabu (14/11/2025).
Bahkan, pada awalnya ia mengaku enggan untuk mengurus sampah organik hasil dari program andalan Presiden Prabowo Subianto tersebut.
“Tapi ini karena program nasional, jadi yang tadinya kami nggak mau ngurusin, akhirnya kami harus ngurusin karena sampah organiknya tinggi,” tambahnya.
Meski mendapat tambahan beban, Chanifah menyatakan pihaknya tetap berupaya mencari solusi. Salah satunya dengan memanfaatkan TPST Lebak Saat yang dikembangkan untuk menangani sampah organik menggunakan Black Soldier Fly (BSF) atau lalat tentara hitam.
"Kami masih bersyukur karena dibangunkan ada site beda, yaitu tadi di TPST Lebak Saat, untuk menangani sampah organik yaitu dengan mengembangkan BSF," jelasnya.
Pemanfaatan BSF, lanjutnya, dinilai efektif karena larva atau maggot dari lalat jenis ini memiliki kemampuan mengurai sampah organik dengan cepat dan tidak menimbulkan bau. Hasilnya pun memiliki nilai ekonomi.
"Maggot ini rakus, makan sampah dan tidak bau. Maggot ini nanti akan banyak produk turunan yang bisa kita berikan, bisa untuk pakan ikan, bisa untuk pakan ayam dan ternak," papar Chanifah.
Di sisi lain, ia menekankan bahwa penanganan sampah tidak bisa hanya mengandalkan pembangunan infrastruktur di tingkat akhir (middle). Pengelolaan dari hulu, khususnya partisipasi aktif masyarakat, menjadi kunci utama.
Apalagi, untuk sampah rumah tangga saja, Kota Cimahi menghasilkan 230-250 ton sampah. Belum termasuk sampah sisa makanan yang dihasilkan dari program makan bergizi presiden.
"Sebetulnya yang dipbereskan adalah di hulu. Bagaimana masyarakat ikut responsible, ikut bertanggung jawab terhadap sampahnya, yaitu pilah di tingkat rumah tangga," tegasnya.
Penulis: Nanda Aria
Editor: Hendra Friana
Masuk tirto.id







































