tirto.id - Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Sentiong di Cimahi, Jawa Barat, berhasil mengubah sampah menjadi bahan bakar alternatif pengganti batubara yang diserap oleh industri semen.
Fasilitas pengolahan sampah yang dibangun melalui Program Improvement of Solid Waste Management to Support Regional and Metropolitan Cities (ISWMP) Tahun Anggaran 2023-2024 ini memiliki kapasitas pengolahan hingga 50 ton sampah per hari.
Dari proses pengolahan tersebut, dihasilkan produk biomassa sebesar 58,6 persen dan fluff sebesar 4,2 persen dan material daur ulang 8,4 persen. Sebagian besar dari kedua material ini kemudian diolah lebih lanjut.
"Sebagian besar biomassa dicampur dengan fluff menjadi Refuse Derived Fuel (RDF), yaitu bahan bakar alternatif yang disalurkan sebagai substitusi batubara ke pabrik semen," kata Kepala Balai Penataan Bangunan, Prasarana, dan Kawasan Jawa Barat, Kementerian PU, Muhammad Reva, di Jawa Barat, Kamis (13/11/2025).
Untuk menyerap hasil produksi bahan bakar alternatif ini, Pemerintah Kota Cimahi telah melakukan langkah strategis. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Cimahi, Chanifah Listyarini, mengungkapkan pihaknya sudah menjalin kesepakatan dengan Indocement.
"Sementara ini kami sudah PKS dengan Indocement, saat ini penjajakan dengan (industri) tekstil,” ujarnya.
Chanifah menambahkan bahwa harga fluff dan biomassa dibanderol rata-rata Rp420.000 per ton, dengan nilai akhir sangat bergantung pada kadar air dan nilai kalornya.
"Harga tergantung moisture of content, kalau dia semakin rendah, semakin tinggi (harganya) dan kita hitung juga nilai kalor. Rp 420.000 per ton," ucapnya.
Pembangunan TPST yang berdiri di atas lahan seluas 17.000 meter persegi ini merupakan bagian dari upaya pemerintah menggenjot infrastruktur persampahan.
Pembangunan TPST Sentiong dilaksanakan melalui pendanaan Bank Dunia dengan total anggaran sebesar Rp 33,9 miliar.
Fasilitas utama berupa hanggar pengolahan seluas 6.500 meter persegi ini dirancang untuk memperbaiki sistem pengelolaan sampah tercampur di sumbernya.
Selain menghasilkan bahan bakar alternatif, TPST ini juga mendukung pengurangan timbunan sampah. Selama 11 bulan masa pendampingan operasional oleh Kementerian PU yang berakhir 31 Juli 2025, volume sampah yang dikirim ke TPA berhasil ditekan hingga 71 persen atau setara 3.333 ton.
Pengelolaan operasional TPST Sentiong kini telah diserahkan kepada Pemerintah Daerah Kota Cimahi sejak 1 Agustus 2025.
Ke depan, TPST Sentiong menargetkan dapat memproduksi sekitar 15 ton hasil akhir olahan sampah per hari, meski saat ini masih terdapat kendala teknis.
"Target kami di 15 ton per hari, cuma saat ini kita kendala di musim hujan jadi moisture of content-nya (kadar air) masih tinggi kami harus turunkan," tuturnya.
Penulis: Nanda Aria
Editor: Hendra Friana
Masuk tirto.id







































