tirto.id - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin Indonesia), Anindya Novyan Bakrie, menilai kesepakatan tarif impor sebesar 19 persen untuk produk Indonesia ke Amerika Serikat (AS) yang diumumkan Presiden AS, Donald Trump, dapat mendorong kenaikan signifikan nilai perdagangan bilateral. Ia bahkan optimistis dalam lima tahun ke depan, ekspor Indonesia ke AS bisa meningkat hingga dua kali lipat dari kondisi sekarang.
“Kalau saya lihat, perdagangan yang tadinya 40 miliar dolar AS, dalam lima tahun bisa mencapai 80 miliar dolar AS. Kita mesti lihat bukan hanya untungnya buat mereka, tapi apa untungnya buat kita,” ungkap Anin sapaan Anindya, dalam keterangannya, Kamis (17/7/2025).
Untuk memanfaatkan peluang ini, Kadin berencana segera menggelar rapat dengan pelaku industri dalam negeri, khususnya sektor tekstil, garmen, alas kaki hingga elektronik. Anin menegaskan pentingnya memastikan kapasitas produksi cukup untuk memenuhi lonjakan permintaan.
“Jangan sampai kita (sudah) mendapatkan suatu kemudahan, tiba-tiba malah dimanfaatkan negara lain yang biayanya lebih mahal hanya karena kita tidak siap,” jelas Anin.
Di sisi lain, Anin turut menyambut positif kesepakatan tarif impor sebesar 19 persen dari sebelumnya 32 persen. Dia menilai hasil negosiasi pemerintah ini lebih baik disbanding banyak negara lain dan menjadi peluang bagi peningkatan ekspor nasional.
Keberhasilan ini pun patut diapresiasi karena tercapai di tengah posisi Indonesia yang memang mencatat surplus perdagangan dengan AS. “Selamat kepada pemerintah. Karena menurut saya, apa yang telah disepakati itu bagus untuk Indonesia,” kata Anin.
Anin menilai wajar jika banyak pihak mempertanyakan mengapa tarif tidak bisa ditekan lebih rendah lagi. Namun, dibanding kondisi global, tarif ini dianggap lebih ringan.
Anin mencontohkan tarif Indonesia lebih rendah daripada Meksiko yang dikenakan 35 persen dan Cina sebesar 30 persen. Anin juga membandingkan dengan Inggris yang hanya dikenai tarif 10 persen, namun neraca dagangnya dengan AS justru defisit, berbeda dengan Indonesia yang surplus.
“Memang banyak yang menanyakan, kenapa 19 persen? Tidak lebih rendah lagi. Tapi ini relatif daripada keadaan Indonesia saat ini. Indonesia berdagang dengan Amerika (serikat) surplus 18 miliar dolar AS. Sehingga, pasti akan ada tarif. Tapi ini lebih bagus daripada yang dibicarakan sebelumnya 32 persen,” ujar Anin.
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Dwi Aditya Putra
Masuk tirto.id







































