tirto.id - Ideologi liberalisme adalah suatu paham yang menghendaki adanya kebebasan. Seorang individu diklaim bebas sebagai insan, baik untuk melakukan apa yang diinginkan atau bebas dari keterikatan yang sifatnya membatasi serta melanggar hak.
Etimologi liberalisme berasal dari bahasa latin libertas atau dalam bahasa Inggris liberty. Dinukil dari Cambridge Dictionary, liberty memunyai arti “kebebasan untuk hidup sesuai keinginan atau pergi ke mana pun yang diinginkan”.
Paham ideologi liberalisme hadir sebagai reaksi atas penindasan yang dilakukan kaum bangsawan dan agamawan pada masa perkembangan feodalisme. Adapun kaum borjuis dan terpelajar kota mendukung paham liberal untuk menentang pemerintahan monarki absolute yang cenderung feodal tersebut.
Sejarah Ideologi Liberalisme
Mengutip Heru Nugroho dalam penelitiannya pada Jurnal Ilmiah Bestari dengan judul "Tinjauan Kritis Liberalisme dan Sosialisme" (Vol. 13, 2000: 2), paham liberalisme mulai berkembang pada abad ke-18 dan 19 di Prancis dan Inggris.
Sebagai suatu gerakan, liberalisme dimulai pada masa renaissance yang memperjuangkan kebebasan manusia dari kekangan gereja atau agama. Saat itu, kekuasaan raja, bangsawan, dan gereja mendominasi kehidupan masyarakat.
Rakyat tidak memiliki kebebasan dalam berpendapat dan bertindak. Keadaan tertekan ini menimbulkan kritik dari berbagai kalangan yang menginginkan kebebasan di semua bidang kehidupan.
Ideologi liberalisme dalam bidang politik diklaim melahirkan pemikiran kemunculan negara berpaham demokrasi. Konsep bebas dalam bidang ekonomi membuat masyarakat menentang monopoli dan campur tangan pemerintah, di mana rakyat menginginkan ekonomi bebas.
Dalam bidang moral, liberalisme menjunjung tinggi kebebasan individu dan menentang otoriterisme.
Dalam bidang agama, kaum liberal menginginkan kebebasan memilih agama sesuai dengan keyakinannya, bebas beribadah menurut agamanya, dan juga bebas untuk tidak menganut agama apapun. Yang mana, urusan agama tidak boleh dicampur dengan urusan pemerintahan.
Dwi Siswanto dalam penelitiannya berjudul “Konvergensi antara Liberalisme dan Kolektivisme sebagai Dasar Etika Politik di Indonesia” dalam Jurnal Filsafat (Vol. 38, 2004: 270), menyebutkan ada empat unsur yang mendorong lahirnya ideologi liberalisme, yaitu perkembangan ilmu pengetahuan, pemanfaatan alat-alat teknologi, perubahan sosial, dan timbulnya kesadaran memperbaharui cara hidup.
Beberapa tokoh yang mengusung terjadinya liberalisme dalam kehidupan saat itu, antara lain Voltaire, Montesquieu, dan Rousseau.
Salah satu peristiwa yang menjadi tanda lahirnya liberalisme di Eropa ialah Revolusi Industri di Inggris (1760-1840) dan Revolusi Perancis (1789-1815).
Ciri-Ciri Liberalisme
Mengutip kembali dari Dwi Siswanto (Jurnal Filsafat, Vol. 38, 2004: 271), disebutkan ada lima ciri-ciri ideologi liberalisme berikut:
- Bentuk pemerintahan demokrasi adalah yang terbaik.
- Masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh.
- Pengaturan yang dilakukan pemerintah hanya terbatas.
- Kekuasaan seseorang diartikan sebagai hal buruk dalam kehidupan.
- Kebahagiaan individu adalah tujuan utama.
- Bidang Politik: Munculnya demokratisasi.
- Bidang Sosial: Kebebasan berpendapat, kesamaan kesempatan dalam usaha, reformasi sosial, dan perasaan egaliter.
- Bidang Seni dan Budaya: Kebebasan dalam berekspresi, seperti lukisan, drama, seni, musik, dan lain-lain.
- Bidang Ekonomi: Ekonomi pasar bebas yang demokratis.
Contoh dan Penerapan Liberalisme
Masih dari Heru Susanto, ia menuturkan dalam penelitiannya bahwa pengaruh atau praktik liberalisme yang berjalan dan berdampak bagi kehidupan saat ini adalah munculnya globalisasi.
Dapat dipahami bahwa globalisasi sebagai contoh liberalisme mengintroduksikan pasar bebas, hiperliberalisasi individu, dan berupaya mengurangi peran pemerintah dalam sektor ekonomi.
Di Indonesia, sistem liberalisme tidak diterapkan dalam kehidupan politik, tetapi diterapkan dalam kehidupan ekonomi.
Berdasarkan pandangan Heru Susanto, pengaruh itu tampak pada berkembangnya gaya hidup penduduk yang mengikuti zaman.
Hal tersebut dapat dilihat dari gaya hidup mewah dan kebebasan dalam hal memilih kebutuhan merupakan ciri-ciri ideologi liberalisme dalam sektor ekonomi.
Selain itu, pengaruh liberalisme juga dapat dilihat di beberapa negara besar seperti Amerika Serikat, Perancis, dan Jerman. Di negara-negara tersebut, liberalisme sangat dijunjung tinggi.
Hal tersebut dapat dilihat dari penerapan demokrasi yang membuat rakyat bebas berpendapat dan berekspresi. Kemudian, dapat dilihat dari sektor ekonomi yang menerapkan prinsip sistem ekonomi pasar bebas.
Pengaruh Liberalisme di Asia Afrika
Penyebaran ideologi liberalisme begitu pesat, hingga ke benua Asia dan Afrika. Paham ini kemudian memberikan pengaruh terhadap pergerakan nasional masyarakat di kedua benua tersebut.
1. Bidang Ekonomi
- Perkembangan liberalisme masuk ke dalam bidang ekonomi Asia-Afrika. Pengaruh liberalisme dalam bidang ekonomi contohnya:
- Liberalisasi perdagangan meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia Afrika.
- Perdagangan bebas membuat masyarakat Asia Afrika bebas melakukan perdagangan luar negeri secara sekuler.
- Negara-negara Asia Afrika mulai mengembangkan produk industri masing-masing.
- Taraf kehidupan masyarakat Asia Afrika meningkat.
2. Bidang Politik
Selain ekonomi, ideologi liberalisme juga memengaruhi politik negara-negara Asia Afrika sebagai berikut:- Masyarakat Asia-Afrika dapat memilih pemimpin mereka sendiri.
- Negara-negara Asia Afrika bebas menentukan sistem politik dan sistem pemerintahan.
- Masyarakat memiliki hak untuk menyuarakan pendapat.
- Munculnya kebebasan dan kemerdekaan pers.
3. Bidang Sosial dan Kebudayaan
Pengaruh ideologi liberalisme dalam bidang sosial dan kebudayaan di Asia-Afrika antara lain sebagai berikut:- Hadirnya sistem pendidikan egaliter di negara-negara Asia Afrika.
- Berkembangnya budaya populer di negara-negara AsiaAfrika.
- Keikutsertaan negara-negara Asia Afrika dalam kancah fashion, olahraga, dan kesenian internasional (misal: Piala Dunia, Miss Universe, dll).
- Beragamnya sekolah dan perguruan tinggi yang bebas dipilih oleh masyarakat AsiaAfrika.
Apa Prinsip Utama Liberalisme?
Berdasarkan pembahasan, prinsip utama ideologi liberalisme yang terbuka terletak pada kebebasan seseorang sebagai pribadi. Kebebasan ini tidak boleh dilanggar oleh siapapun dalam berbagai hal, misal untuk menetapkan tempat tinggal, tidak ditindas, mendapatkan perlindungan pribadi, dan menjaga hak miliknya.
Bukan hanya itu, ideologi liberalisme juga mengutamakan prinsip kebebasan individu dalam bidang ekonomi, politik, kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan agama.
Mengutip modul Sejarah Kelas XI (2020), konsep kebebasan dalam bidang politik melahirkan pemikiran tentang negara yang demokrasi. Oleh sebab itu, kebanyakan negara penganut paham liberal lebih cocok bertipe demokrasi.
Negara-negara yang mengutamakan kebebasan biasanya menjalankan pemilihan pemimpin, bebas dari kalangan apapun. Mereka memberikan seseorang kebebasan untuk mengisi jabatan seandainya dianggap mampu.
Kemudian negara-negara penganut paham liberalisme akan menggunakan sistem konstitusional yang terbatas. Dengan begitu, terdapat sejumlah batasan yang tidak boleh dilanggar pemerintah ataupun warga negara demi menjaga hak pihak lain.
Prinsip utama liberalisme tentang kebebasan ini juga berlaku di sejumlah sektor lain. Dalam bidang ekonomi, seseorang bisa membuat perusahaan sendiri tanpa diatur oleh pihak lain lantaran kewenangan dimiliki oleh pebisnis itu sendiri.
Demi menjaga kebebasan pihak lain, ideologi liberalisme menawarkan prinsip toleransi terhadap berbagai perbedaan yang ada. Oleh sebab itu, berbagai pendapat pihak lain dianggap penting untuk didengar.
Penulis: Alhidayath Parinduri
Editor: Maria Ulfa
Penyelaras: Yulaika Ramadhani & Yuda Prinada