tirto.id - Era Pergerakan Nasional yang dimulai sejak awal abad ke-20 merupakan salah satu periode penting dalam sejarah bangsa Indonesia sebelum kemerdekaan. Pada periode ini, perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah Belanda mulai beralih dari yang bersifat kedaerahan menjadi lebih modern.
Perjuangan bangsa Indonesia di era Pergerakan Nasional bukan lagi dilakukan dengan cara fisik atau peperangan, melainkan dengan cara-cara yang lebih elegan, seperti dengan organisasi, pemikkiran, tulisan, partai politik, media massa, dan lain-lainnya beserta ideologi masing-masing. Maka, era ini disebut juga sebagai masa Kebangkitan Nasional.
Beberapa organisasi pergerakan yang menandai masa Kebangkitan Nasional antara lain: Boedi Oetomo (1908), Sarekat Dagang Islam (1909) atau Sarekat Islam (1912), Muhammadiyah (1912), Indische Partij (1912), dan seterusnya hingga masa-masa berdirinya partai politik seperti Partai Komunis Indonesia (1924), Partai Nasional Indonesia (1926), dan lainnya.
Macam-macam Ideologi yang Muncul dan Berkembang di Indonesia pada Masa Pergerakan Nasional
Era Pergerakan Nasional di Indonesia bermula pada awal abad ke-20 yang ditandai dengan berdirinya Boedi Oetomo (BO) pada 1908, yang kemudian disusul dengan munculnya beberapa perhimpunan lainnya seperti Sarekat Islam (SI), Indische Partij (IP), Muhammadiyah, dan seterusnya.
Perhimpunan atau organisasi pergerakan tersebut mengusung ideologi masing-masing. Meskipun berbeda ideologi, namun memiliki tujuan akhir yang sama, yakni membebaskan rakyat Indonesia dari belenggu penjajahan.
Berikut ini beberapa ideologi yang muncul dan berkembang di Indonesia pada masa Pergerakan Nasional:
Liberalisme
Liberalisme merupakan ideologi atau paham yang mengutamakan kemerdekaan individu atau kebebasan kehidupan masyarakat. Dengan begitu, masyarakat dapat berkembang dan berupaya meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pengusung paham ini di Indonesia pada era Pergerakan Nasional adalah Indische Partij yang lahir pada 1912.
Nasionalisme
Ideologi nasionalisme di Indonesia semakin nyata ketika diusung oleh Partai Nasional Indonesia (PNI). Salah satu pendiri partai politik yang dicetuskan pada 1926 ini adalah Soekarno yang nantinya menjadi presiden pertama Republik Indonesia.
Paham nasionalisme menunjukkan bahwa suatu bangsa mempunyai kesamaan budaya bahasa dan wilayah serta kesamaan cita-cita dan tujuan. Paham ini berusaha menyatukan seluruh perbedaan untuk menuju misi dan tujuan yang sama yakni mencintai tanah air.
Selain ideologi nasionalisme dalam arti yang luas, ada pula paham nasionalisme dalam lingkup yang lebih kecil. Ideologi semacam ini pernah diusung oleh Boedi Oetomo (BO) yang digagas dan dimotori oleh kaum priyayi Jawa.
Komunisme
Ideologi komunisme di Indonesia dibawa oleh Henk Sneevliet, seorang sosialis Belanda yang pada 1914 membentuk Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV). ISDV inilah yang nantinya berkembang menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI) seiring pecahnya Sarekat Islam (SI) pada 1919.
Orang-orang SI yang berhaluan kiri memisahkan dari SI pimpinan H.O.S. Tjokroaminoto dan membentuk SI Merah. SI Merah berpadu dengan ISDV dan berturut-turut berganti nama dari Sarekat Rakyat, Partai Komunis Hindia, hingga Partai Komunis Indonesia (PKI) pada 1924.
Pan-Islamisme
Pan-Islamisme merupakan ideologi, gagasan, sekaligus gerakan untuk menyatukan kaum muslimin atau umat Islam. Tujuan Pan-Islamisme pada masa Pergerakan Nasional adalah untuk membebaskan rakyat Indonesia yang mayoritas beragama Islam dari penjajahan bangsa Barat.
Salah satu organisasi pergerakan di Indonesia yang pada akhirnya mengusung ideologi Pan-Islamisme adalah Sarekat Islam (SI). Di bawah pimpinan H.O.S. Tjokroaminoto, SI pernah menjadi organisasi sosial-politik terbesar di Indonesia meskipun sempat mengalami perpecahan.
Penulis: Olivia Rianjani
Editor: Iswara N Raditya