tirto.id - Kondisi Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia sekarang bak bahtera mengarungi badai. Kondisi kapal oleng dan hampir tenggelam. Awak kelasi limbung. Itu diperparah saat sang kapten juga kehilangan kendali.
Sejak Bareskrim Polri membentuk Satgas Anti Mafia Bola pada akhir tahun lalu, sudah ada 15 orang ditetapkan tersangka.
Beberapa orang di PSSI ditahan. Sebut saja Hidayat, Johar Lin Eng (anggota komite eksekutif/ Exco PSSI), Dwi Irianto (anggota Komisi Disiplin PSSI), Priyanto (eks anggota Komisi Wasit), dan Mansyur Lestaluhu (Staf direktur penugasan perwasitan).
Selain itu, Ketum PSSI Joko Driyono ditetapkan tersangka dalam kasus perusakan barang bukti, meski tidak ditahan seperti koleganya. Ke depan, agaknya pula, Satgas Anti Mafia Bola akan menyeret nama-nama baru.
Tak cuma itu. Masalah terbaru muncul saat sang navigator kapal, yang bertugas menuntun arah kompetisi berlayar, memutuskan diri meninggalkan kapal dan memilih sekoci.
Glenn Sugita, sang navigator itu, mengundurkan diri dari kursi Komisaris Utama PT Liga Indonesia Baru, operator kompetisi sepakbola tertinggi di Indonesia.
Ini pertanda buruk. Kehadiran bos Persib Bandung ini selama dua musim terakhir dalam pengelolaan liga 1 bagi PSSI—yang tak pernah lepas dari satu mafia ke mafia lain—merupakan berkah terbesar.
Kompetisi yang dikelola PT Liga Indonesia Baru adalah kas menguntungkan bagi PSSI. Rerata, hampir 40 persen pemasukan PSSI berasal dari operator liga.
Dalam laporan keuangan PSSI tahun 2017, tercantum PSSI mendapatkan dana kas segar Rp40 miliar dari PT LIB. Kehadiran Glenn sukses membuat operator liga menjadi lebih sehat secara finansial.
Kehadiran Glenn, seorang pebisnis andal, dalam industri sepakbola Indonesia dimulai pada 2016.
Ceritanya memang masih baru tetapi kisruh di PSSI adalah kisah lawas: PSSI era La Nyalla Mattalitti (2012-2016), pengusaha sekaligus petualang politik, berkonflik dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga, yang berujung pembekuan PSSI oleh pemerintah per April 2015.
Dicap sebagai tindakan intervensi, FIFA memblokir keanggotaan Indonesia. Akibatnya, aktivitas sepakbola nasional vakum selama beberapa bulan.
Agar klub bisa tetap bertanding dan pemain mendapat nafkah, alhasil pemerintah menggandeng Glenn Sugita untuk menyelenggarakan kompetisi.
Lewat perantara Teten Masduki, aktivis-cum-politikus di lingkaran dekat Presiden Joko Widodo, Glenn diundang ke Istana. Dari pertemuan itulah lahir PT Gelora Trisula Semesta (PT GTS), yang didirikan PT Liga Indonesia, selaku penyelenggara turnamen Indonesia Soccer Championship (ISC) 2016.
Glenn menjabat Komisaris Utama di PT GTS (kerap dipelesetkan menjadi PT Glenn Timothy Sugita, nama lengkapnya).
Setelah PSSI dan pemerintah akur, singkat cerita, FIFA kembali mencabut hukuman bagi Indonesia.
Untuk menyelenggarakan kompetisi resmi yang baru, alih-alih memakai PT Liga Indonesia, klub dan pengurus PSSI lebih memilih perusahaan baru bernama PT Liga Indonesia Baru. Ini adalah duplikasi dari PT GTS. Sebagai operator, PT GTS dianggap sukses menyelenggarakan kompetisi ISC.
Dan, saat menjadi regulator liga, Glenn datang tidak saja dengan duit tapi juga relasi bisnis.
Cerita manis berkembang: Di mana ada Glenn, di situ pasti ada perusahaannya yang ikut ambil bagian. Pada gelaran ISC, Bank BTPN ikut mensponsorinya. Dulunya Bank BTPN adalah bagian dari Northstar Group, perusahaan modal ventura yang didirikan Glenn bersama sejawat pengusaha lain, berbasis di Singapura.
Narasi sama saat anak usaha Northstar lain, yaitu Gojek Indonesia, didatangkan sebagai sponsor utama Liga 1 sejak 2017. Gojek adalah salah satu penyokong dana terbesar bagi Liga 1. Musim 2017, Gojek bersama Traveloka menyodorkan total dana sponsor hingga Rp180 miliar.
Pada tahun kedua, angka yang mereka sumbangkan diperkirakan tidak beda jauh. Dari situ, jelaslah betapa besar kontribusi Glenn untuk aspek finansial Liga 1.
Kenapa Gusti Randa yang Muncul?
Namun, melayari kompetisi Liga 1 musim 2019/2020 mendatang, PSSI limbung. Glenn telah pergi. Untuk menutupinya, tiga nama disorongkan sebagai pengganti. Mereka adalah Hasnuryadi Sulaiman, Achsanul Qosasi, dan Pieter Tanuri.
Ketiganya muncul dari aspirasi 18 klub dalam Rapat Umum Pemegang Saham pertama PT LIB, yang berlangsung di Hotel Sultan, 18 Februari lalu. Alasan ke-18 klub: ketiganya punya relasi bisnis yang luas dan kocek yang tebal, seperti Glenn Sugita.
Hasnuryadi adalah pewaris Hasnur Group, unit bisnis di bidang kehutanan, pertambangan, hingga perkapalan yang dominan di Kalimantan Selatan. Hasnur juga punya mainan klub sepakbola bernama "Barito Putra". Sejak era Galatama 1980-an, Barito dikenal tim tahan banting yang tetap eksis tanpa kesulitan finansial yang mendalam.
Adapun Achsanul Qosasi, putra dari ulama terkenal di Madura, KH Bahauddin Mudhary, adalah bankir dan politikus. Relasi ini membuatnya diangkat jadi anggota Badan Pemeriksa Keuangan sejak 2014 hingga sekarang.
Sementara Pieter Tanuri, bagi penggemar sepakbola nasional pasti mafhum, adalah kolega dekat Glenn Sugita. Sama seperti Glenn, Pieter adalah anggota komite eksekutif (Exco) PSSI, yang memiliki relasi bisnis yang solid. Pieter adalah pemilik PT Multistrada Tbk., salah satu produsen ban terbesar di Indonesia. Pieter juga sukses membawa taipan kelas kakap seperti Salim Group dan Astra untuk berinvestasi pada sepakbola lewat Bali United.
Namun, kesibukan di luar urusan bola, membuat tiga sosok ini enggan mengurusi PT LIB.
Hasnur kabarnya enggan mengurusi PSSI dan lebih memilih fokus membesarkan Hasnur Group. Sedangkan Achsanul dicegah oleh jabatannya di BPK. Pieter, selain mengurusi bisnisnya, mesti jadi Exco PSSI dan pemilik klub. Jika ditambah sebagai operator Liga, beban kerjanya akan terlalu berat.
Setelah ketiganya menolak, skenario pengganti Glenn Sugita berubah total.
Dalam 10 hari, nama baru muncul. Dan sosok itu adalah nama yang tak pernah diduga: Gusti Randa.
Selain itu, Dirk Soplanit, rekan sesama anggota Exco PSSI, diangkat sebagai Direktur sementara PT LIB. Ia menggantikan Berlinton Siahaan, yang juga mundur mengikuti jejak Glenn.
Munculnya Gusti dan Dirk bukan usulan kolektif yang diajukan oleh 18 klub, tetapi titipan dari pengurus PSSI sendiri.
Usai RUPS kedua di Hotel Sultan, 28 Februari lalu, reporter Tirto sempat menjumpai Gusti dan menanyakan bagaimana dalilnya tiga nama kandidat komisaris tergeser dan digantikan oleh dirinya hanya dalam "kompromi" 10 hari.
Sambil berjalan, Gusti sempat terkejut dengan pertanyaan itu. Menutupi kebingungan, Gusti akhirnya menjawab bahwa kehadirannya di PT LIB hanya dalam konteks "menjaga."
“Jangan sampai elu ikut turnamennya, tapi elu-elu juga yang ngurus. Kan, nanti kalau menang, repot,” ucapnya.
Apa yang diucapkannya merujuk pada sinisme publik terhadap pejabat teras PSSI dan PT LIB yang rangkap jabatan dalam setahun terakhir.
Banyak profil pengurus PSSI dan PT LIB juga menjadi pemilik saham klub-klub peserta Liga 1; sebut saja Joko Driyono (Persija), Edy Rahmayadi (PSMS Medan), dan Iwan Budianto (Arema FC).
Terkait soal sponsor Liga, Gusti Randa menilai dirinya cukup optimis mampu menambal lubang yang ditinggalkan Glenn. “Apakah nanti saya punya networking dalam soal sponsor? Kami, kan, punya direksi. Saya tidak bekerja sendiri. Kami punya orang-orang yang ditugaskan bekerja memang untuk mencari sponsor,” ujarnya.
Gusti Randa boleh sesumbar, dalam wawancara dengan Tirto, bahwa dia "tak punya image negatif yang akan membuat sponsor pergi". Tetapi, apakah benar seyakin itu? Tidakkah cabutnya Glenn dari PT LIB akan diikuti oleh Gojek, unicorn yang telah menghidupkan kompetisi Liga 1 selama dua tahun terakhir?
Apakah Gojek akan Menyusul Glenn Sugita?
Gambaran situasi PSSI memang bak kapal oleng selepas Glenn Sugita menyatakan membuat surat pengunduran diri sejak Oktober 2018.
Lewat cuitan di akun Twitter-nya, Glenn menulis, “Saya telah memasukkan surat pengunduran diri saya sebagai komisaris LIB pada tanggal 2 Oktober 2018 ... sehingga saya dapat lebih berkonsentrasi dan berkontribusi di Persib.”
Tanggal yang disebut Glenn itu bertepatan PSSI menjatuhkan sanksi berat kepada Persib akibat kasus kematian Haringga Sirla, suporter Persija Jakarta yang tewas dikeroyok di Bandung sebelum laga Persib versus Persija. Kematian Haringga pada akhir September itu memicu kemarahan publik, termasuk terhadap kepemimpinan Ketum PSSI Edy Rahmayadi.
Pernyataan Glenn pada akhir Oktober itu sulit untuk tidak dikaitkan dengan kekecewaannya terhadap putusan Komisi Disiplin PSSI.
Apalagi, setelah putusan itu, Glenn terang-terangan mengkritik kinerja Komdis PSSI. Ia berang atas hukuman terhadap Persib yang menurut pandangannya tidak memiliki niatan memotong akar permasalahan.
“Keputusan Komdis atas Persib dan hukuman kepada para pemain dan ofisial sama sekali tidak mencerminkan keadilan dan tidak memiliki visi untuk memberikan solusi atas akar permasalahan yang ada,” ungkapnya.
Kekecewaan Glenn yang menyebabkannya mengundurkan diri itu membuat Gojek, sponsor besar yang turut dia datangkan guna menyokong Liga 1, mengeluhkan hal serupa. Gojek mulai memberi sinyal bakal hengkang.
Hal itu secara tidak sengaja sempat dibuka mantan Chief Operating Officer PT LIB Tigorshalom Boboy, seperti dikutip dari bolalob pada awal Januari lalu. "Saat ini mereka [Gojek] masih me-review. Sebenarnya ada kekecewaan dari mereka terkait kasus kematian suporter [Harlingga Sirla]. Tapi memang tidak diinfokan ke publik," ujar Tigor.
Sejak RUPS, Tigor sudah tak lagi menjabat sebagai COO. Selasa kemarin, kepada Tirto, ia menolak mengomentari wacana mundurnya Gojek dari Liga 1. "Tanya kepada direksi yang bersangkutan saja. Saya memang masih di dalam LIB, tapi bukan direksi lagi."
Kami coba mengkonfirmasi ini kepada Dirk Soplanit, tapi sampai artikel ini dirilis ia belum merespons.
Namun, problemnya juga tak semata siapa sponsor utama Liga 1 musim kompetisi 2019/2020.
Selain Liga 1, Gojek tercatat sebagai sponsor sejumlah tim besar, di antaranya Arema FC, Bali United, PSIS, Persija, Persib, Persela, dan PSM Makassar.
Ketidakpastian Gojek yang akan mensponsori klub pada kompetisi musim ini dibenarkan oleh sebagian klub tersebut.
Di PSM Makassar, kontrak Gojek akan berakhir pada 31 Maret 2019. Hingga kini belum ada kejelasan apakah diperpanjang atau tidak. Ini diungkap oleh CEO PSM Makassar, Munafri Arifuddin.
“Kami sedang melakukan pembicaraan dengan sponsor-sponsor tahun kemarin. Beberapa belum memberi jawaban, termasuk salah satunya Gojek. Untuk Gojek, setelah saya cermati, ternyata kontraknya memang akan habis 31 Maret,” ungkap pria yang akrab disapa Appi itu.
Hal senada dituturkan CEO PSIS Semarang, Yoyok Sukawi. Kepada Tirto, Yoyok bahkan mengakui kegaduhan PSSI dan sepakbola Indonesia, dari kasus meninggalnya suporter hingga dugaan pengaturan skor, turut membuat sponsor-sponsor mulai ragu, termasuk Gojek.
“Kemarin karena banyak permasalahan di liga dan sepakbola itu bikin sponsor jadi lambat komunikasinya. Kalau Gojek, sebenarnya kontrak kami sudah lewat dan belum ada perpanjangan lagi,” sebut Yoyok.
Bos Bali United, Pieter Tanuri, menolak berkomentar mengenai hal ini. “Enggak tahu saya kalau soal sponsor [Bali United]. Di Bali, saya cuma pemegang saham. Kalau soal begituan, mending ditanyakan langsung ke adik saya [Yabes Tanuri, CEO Bali United],” ucap Pieter.
Ketika dikonfirmasi kepada Yebes, ia berkata status kontrak Gojek di Bali United hanya per tahun. Dan, untuk Liga 1 2019, unicorn itu belum memberi sinyal bakal menjadi sponsor lagi.
“Sampai sekarang kami masih mencoba negosiasi, tapi gimana, ya? Saya sendiri hingga saat ini belum bisa memberi kepastian apakah akan jadi sponsor atau tidak,” ucapnya.
Tirto mengkonfirmasi hal ini kepada pihak Gojek tapi berkali-kali tidak ada respons.
Saat kami klarifikasi ke Komisaris PT LIB saat ini, Gusti Randa tidak memberi jawaban pasti. Hanya saja ia sempat berkata saat ini LIB sedang “mencari” sponsor utama.
Kata "mencari" ini mengindikasikan bahwa kemungkinan kans Gojek tetap jadi sponsor utama Liga 1 belum terang benar. Lengkapnya, dia bilang: “Kami sedang mencari [sponsor utama] itu. Supaya penyelenggaraan Liga 1 bisa terbiayai."
Masalahnya, jika Gojek pergi, siapa akan menyokong kompetisi Liga 1? Mungkinkah sponsor besar didatangkan oleh Gusti Randa? Pria dengan nama lengkap Gusti Randa Malik dulunya lebih populer sebagai aktor, penyanyi, dan pengacara.
Pada awal 2000-an, namanya lebih sering nongol di acara-acara gosip selebritas. Ia baru masuk ke PSSI sejak 2009 pada era kepemimpinan Nurdin Halid. Ia masuk ke PSSI diajak Ronny Patinasarany sebagai perwakilan dari Persatuan Olahraga Futsal Indonesia. (Gusti memang aktif di organisasi ini.)
Saat dualisme PSSI terjadi pada 2011, Gusti satu kubu dengan geng Nirwan Bakrie. Itulah mengapa dia membela Komite Pembela Sepakbola Indonesia (KPSI). Ia juga mengadvokasi Persija Jakarta versi Ferry Paulus, yang dekat dengan Nirwan, saat tim ini terpecah jadi tiga.
Saat kisruh PSSI versus Kemenpora pada 2015, Gusti Randa membela La Nyalla Mattalitti. Ia juga membela Edy Rahmayadi saat publik meminta Gubernur Sumut itu, eh pemilik saham PSMS Medan itu, eh Ketum PSSI itu mundur pada tahun lalu.
Soal kontroversi yang sering menjadikannya musuh publik, Gusti Randa membenarkannya sendiri.
"Tapi, berita-berita saya di internet lebih banyak diangkat dari para haters. Tidak ada buktinya. Rata-rata mereka itu lebih kepada haters. Haters saja," katanya.
"Jadi kalau Anda tanya apakah seorang Gusti Randa ingin memagari diri terhadap kesan-kesan negatif, saya merasa diri saya tidak punya karakter negatif," tambahnya.
Penetapan Gusti Randa dan Dirk Soplanit sebagai Komisaris dan Direktur sementara PT LIB, sebagaimana pemberitaan pada akhir Februari lalu, adalah rencana Komite Eksekutif PSSI untuk mengadakan Kongres Luar Biasa dalam waktu dekat. Rencana Kongres muncul setelah Satgas Anti Mafia Bola menciduk orang-orang PSSI yang diduga terlibat dalam pengaturan skor dalam kompetisi sepakbola nasional.
"Manajemen ini akan mengantarkan persiapan Liga 1 sampai KLB digelar," ujar Ratu Tisha, Sekjen PSSI, dalam jumpa pers setelah RUPS kedua PT LIB. Ia mengatakan, "manajemen memutuskan agar kickoff Liga 1 paling lambat 1-8 Mei 2019."
Pertanyaannya kembali ke awal: apakah kompetisi musim ini akan sesuai agenda itu? Apakah Gojek akan tetap jadi sponsor utama Liga 1 setelah Glenn Sugita hengkang dari PT LIB? Kapan KLB akan digelar dan dijamin tidak molor? Dan, bagaimana jika Jokowi kalah dalam Pilpres 2019?
Penulis: Herdanang Ahmad Fauzan & Aqwam Fiazmi Hanifan
Editor: Fahri Salam