Menuju konten utama

Contoh Cerpen Hari Santri Singkat dan Menginspirasi

Berikut ini contoh cerpen Hari Santri singkat yang bisa jadi inspirasi saat akan mengikuti lomba cerpen pada peringatan Hari Santri Nasional 22 Oktober.

Contoh Cerpen Hari Santri Singkat dan Menginspirasi
Sejumlah santri mengikuti kajian kitab kuning di Pondok Pesantren Qomaruddin, Gresik, Jawa Timur, Jumat (24/3/2023). ANTARA FOTO/Rizal Hanafi/Zk/aww.

tirto.id - Tanggal 22 Oktober selalu diperingati masyarakat Indonesia sebagai Hari Santri Nasional (HSN). Namun, apa itu Hari Santri? Hari Santri Nasional adalah peringatan khusus untuk mengenang kontribusi para santri yang ikut berjuang membela NKRI dari serangan penjajah.

Peringatan Hari Santri Nasional biasanya diisi dengan berbagai kegiatan, salah satunya lomba menulis atau membaca cerita pendek (cerpen). Kegiatan lomba cerpen Hari Santri dapat diisi dengan beragam cerita Hari Santri yang menginspirasi.

Oleh karena itu, jelang peringatan Hari Santri saat ini menjadi waktu yang tepat bagi para partisipan lomba untuk menyiapkan cerpen santri singkat. Contoh cerpen Hari Santri bisa berbeda-beda sesuai tema yang diangkat.

Tema cerita pendek tentang Hari Santri juga bisa disesuaikan dengan tema Hari Santri yang ditetapkan Kementerian Agama (Kemenag) secara nasional.

Namun, apa tema Hari Santri Tahun Ini? Berdasarkan pengumuman dari Kemenag, tema Hari Santri Nasional 2023 adalah "Jihad Santri Jayakan Negeri."

Tema yang dibawa tahun ini mengandung dua pandangan makna.Pertama, tema secara historis membawa pengingat peristiwa apa yang menjadi dasar peringatan Hari Santri.

Peristiwa yang dimaksud adalah dicetuskannya "Resolusi Jihad" untuk menggerakkan para santri ikut berperang melawan penjajah. Kedua, tema secara kontekstual menyiratkan santri sebagai salah satu pihak yang aktif berkontribusi memajukan negara.

Contoh Cerita Pendek Tentang Hari Santri Singkat

Ada banyak hal menarik dari kehidupan para santri yang bisa diangkat menjadi cerita pendek atau cerpen. Santri adalah istilah dari bahasa Sanskerta yang artinya "melek huruf" atau "bisa membaca."

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), santri artinya adalah orang yang mendalami agama Islam dan orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh atau orang yang saleh.

Namun, dalam istilah yang populer santri adalah sebutan bagi orang-orang yang sedang atau pernah memperdalam ajaran agama Islam di pondok pesantren. Hubungan antara santri, pondok pesantren, dan ajaran agama Islam ini tak bisa dipisahkan.

Oleh karena itu, cerita pendek tentang Hari Santri bisa mengangkat soal kehidupan sehari-hari santri, masalah umum para santri, dan kisah-kisah sederhana lainnya.

Pastikan cerpen Hari Santri memuat nilai-nilai soal kejujuran, religi, kebijaksanaan, dan nilai-nilai luhur lainnya yang dijunjung para santri.

Berikut ini Tirto menghimpun beberapa contoh cerpen Hari Santri yang bisa digunakan untuk memperingati hari nasional tersebut:

Contoh Cerita Hari Santri 1

Judul: Bismillah, Aku Tidak Takut!

Bagas, Dodi, dan Heri adalah santri baru di Pondok Pesantren Al-Huda yang penuh semangat. Mereka sedang menikmati hari-hari pertama mereka di pondok dan belajar dengan giat. Namun, kegembiraan mereka segera berganti di minggu ketiga mereka di pesantren.

Hal ini karena ketiganya tidak sengaja mendengar kakak kelas wustho (menengah) berbicara tentang nenek gayung yang konon bersemayam di toilet pesantren.

"Beneran loh, temanku pernah lihat sekilas. Wujudnya seram sekali dan membawa-bawa gayung kamar mandi persis seperti di film," kata Kak Sandi.

Gosip soal hantu nenek gayung itu menyebar dengan cepat. Hal itu membuat Bagas, Dodi, dan Heri merasa ketakutan. Bahkan, ketika malam tiba Bagas, Dodi, dan Heri jadi takut pergi ke kamar kecil. Mereka masih teringat cerita mengerikan tentang hantu nenek gayung.

Sejak hari itu, ketiganya yang satu kamar saling membangunkan jika ingin pergi ke kamar kecil. Namun, hal itu merepotkan dan sering membangunkan santri lainnya di kamar.

"Jadi gimana ini, aku selalu terbangun di malam hari, tapi takut ke toilet karena jauh dan gelap sekali," tanya Heru. "Aku juga takut. Andaikan toiletnya dekat kamar kita, aku pasti tidak akan setakut ini," timpal Dodi.

"Aha, aku tahu. Bagaimana kalau kita buang air kecil di kebun sebelah asrama saja? Di sana dekat dan cukup tertutup," ujar Bagas sembarangan memberi ide.

Uniknya, idenya itu malah disambut baik oleh kedua temannya. Mereka merasa tidak ada pilihan lain selain buang air kecil di kebun kecil dekat asrama. Dari pada berpapasan dengan hantu nenek gayung, kan? Pikir mereka.

Akibatnya, ketiganya mulai kencing sembarangan di dekat kebun pesantren, menciptakan masalah baru dan mengganggu ketertiban pondok. Area kebun dekat dengan kamar asrama yang lain. Karena mereka sering buang air sembarangan, kebun di area tersebut menjadi bau dan dipenuhi lalat.

Keluhan ini kemudian diketahui oleh Ustaz Teguh. Ia lantas mencari tahu siapa santri yang kencing sembarang di kebun tersebut. "Ayo, silahkan mengaku sebelum jam 3 sore hari ini. Saya tunggu di ruangan saya. Kalau kalian tidak mengaku dan ketahuan, hukumannya akan saya beri tiga kali lipat," kata Ustaz Teguh di akhir kelas Dakwah.

Mendengar pengumuman itu, Bagas, Dodi, dan Heru memutuskan untuk jujur dan mengakui perbuatan mereka kepada Ustaz Teguh. Mereka menceritakan alasan mereka kencing sembarangan selama beberapa hari terakhir.

Setelah mendengar cerita dari ketiga santri baru, Ustad Teguh dengan bijak menasehati mereka bahwa mereka tidak perlu takut dengan hantu, jin, atau setan.

"Manusia diciptakan lebih mulia dari pada jin dan setan. Sehingga, satu-satunya kekuatan yang harus kita takuti adalah Allah SWT. Bukan jin, setan, atau sejenisnya," kata Ustaz Teguh. "Rasa takut berlebihan justru bisa menyebabkan kita melakukan upaya untuk melakukan keburukan. Contohnya, seperti yang baru saja kalian lakukan, bukan?" jelas Ustaz Teguh.

Bagas, Dodi, dan Heru mengangguk pelan membenarkan. "Dari pada kalian takut, kalian bisa berdoa kepada Allah, yaitu dengan berucap audzubillah himinas syaitoon nirrojiim yang artinya Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk. Insyaallah, Allah akan melindungi kita dari godaan jin atau setan apapun," jelas Ustaz Teguh.

Selain itu, Ustaz Teguh berpesan untuk memulai apapun dengan ucapan Bismillahirahmanirrahim, supaya apapun yang kita lakukan adalah atas nama Allah, Dzat terkuat di alam semesta. "Setan pun sudah pasti takut kalau berurusan dengan Allah," kata Ustaz.

Mereka lantas mengucapkan dua kalimat itu bersama-sama "Bismillahirahmanirrahim, audzubillah himinas sayitoon nirrojiim." Sejak saat itu, Bagas, Dodi, dan Heru selalu mengucap Bismilah dan taawuz untuk menghilangkan ketakutannya kepada hantu.

Berkat saran dari Ustaz Teguh, mereka menjadi lebih percaya diri dan berani pergi ke kamar kecil di malam hari. "Bismillah, aku tidak takut, karena ada Allah yang melindungiku," gumam Bagas sebelum masuk ke kamar kecil.

Kemudian, setelah membaca doa masuk kamar mandi ia masuk ke toilet menuntaskan urusannya dan keluar dengan aman.

"Ternyata hantu nenek gayung itu cuma gosip," kata Heru. "Iya, rugi aku sudah percaya. Padahal cukup dengan audzubillah himinas sayitoon nirrojiim kita bisa dilindungi," timpal Dodi. Namun, karena perilaku sembrono mereka, Bagas, Dodi, dan Heri dihukum membersihkan kebun dan kamar mandi selama seminggu.

Meskipun mendapat hukuman, mereka tidak lagi merasa takut karena telah memahami bahwa dengan doa dan keyakinan, mereka bisa mengatasi rasa takut mereka. Kesalahan mereka telah menjadi pelajaran berharga, dan mereka kini menjadi santri yang lebih baik.

Contoh Cerita Hari Santri 2

Judul: Semua Pasti Kangen

Astri merengut kesal di kursi belakang ketika mobil yang dikendarai ayahnya memasuki gapura "Selamat Datang Kota Bogor." Bagaimana tidak kesal, Astri harus kembali ke pondok pesantren usai melewati libur Lebaran yang singkat.

Dua hari sebelumnya, gadis 14 tahun itu sudah merengek kepada Bunda supaya boleh libur lebih panjang.

"Boleh ya, Bun. Seminggu saja Astri mau di rumah," kata Astri. Namun, permintaannya tersebut ditolak Bunda karena khawatir Astri akan ketinggalan pelajaran. Alasan Astri ingin tinggal lebih lama di rumah sebetulnya sederhana.

Tante Sarah baru saja melahirkan bayi kecil lucu yang akan menjadi sepupu baru Astri. Astri ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan dengan adik bayi dan bermain dengannya.

"Gimana kalau nanti selama Astri pergi, adik lupa sama wajah Astri?" gerutu Astri kepada Bunda yang duduk di kursi sebelah ayah.

"Astri, bayi memang belum punya kemampuan untuk mengingat wajah. Jadi wajar kalau adik lupa wajah Astri. Bedanya, bayi lebih cepat akrab sama orang yang tulus dan ramah. Astri kan anak yang tulus dan ramah, kan? Pasti bisa cepat akrab lagi dengan adik," jelas Bunda.

Astri hanya mendengus kesal dan memejamkan mata sambil memeluk bantal mobil yang disiapkan ayah untuk menemaninya. Tidak terasa 30 menit kemudian mobil sudah memasuki kompleks Pondok Pesantren Al-Hidayah.

Astri sebetulnya sudah melihat gapura pondok pesantrennya itu, namun tetap memejamkan mata agar dikira tidur. Setelah mobil menepi, ayah segera turun dan membuka bagasi dan menurunkan tas-tas Astri.

"Astri, ayo bangun. Sudah sampai, nih," ucap Bunda lembut. Namun, Astri tak bergeming. Ia tetap memejamkan matanya sambil pura-pura tidur. "Ayah, Astri masih tidur, nih sepertinya," sahut Bunda menahan tawa.

"Waduh, kalau masih tidur mana bisa turun? Apa Astri tidak jadi diantarkan saja hari ini, Bun?" sahut Ayah bergabung dalam gurauan Bunda. Tiba-tiba Astri merasa sebuah tangan dingin mencubit hidungnya. Ia langsung terperanjat karena kaget dan tidak bisa bernapas.

"Aduuh Bunda, iseng banget siih!" omel Astri kesal setelah mengetahui tangan dingin tersebut adalah tangan Bunda yang sudah lama terkena AC mobil. "Yang iseng Bunda apa kamu, sih? Anak Bunda udah berani bohong ya, pura-pura tidur?" ejek Bunda.

"Enggak, orang tidur beneran kok," katanya. "Ya udah, ayo turun. Ustazah Halimah barusan juga sudah datang, tuh," kata Bunda sambil membukakan pintu Astri.

Begitu turun dari mobil Astri melihat Ustazah Halimah berdiri di seberang pos pengaman. Ia tampaknya baru turun dari motor yang dikendarai oleh seorang pria berjaket hitam. Ustazah Halimah kemudian memeluk seorang anak kecil.

Usia anak itu paling-paling baru 5 tahun. Usai memeluk anak kecil itu, Ustazah Halimah mencium tangan pria berjaket hitam dan menyerahkan helm kepadanya. Kemudian, anak umur 5 tahun itu naik kembali ke atas motor dan pergi meninggalkan area pondok pesantren.

Sembari motor menjauh, anak kecil tersebut melambaikan tangan ke Ustazah Halimah yang dibalas lambaian pula oleh guru kesukaan Astri itu.

"Assalamualaikum Ustazah," sapa Bunda ke Ustazah Halimah yang tampak kerepotan membawa tas besar. "Waalaikumussalam, apa kabar Bunda Astri," sapa Ustazah Halimah ramah sambil menjabat tangan Bunda.

"Kabar baik, Ustazah. Mulai hari ini minta tolong titip Astri lagi ya, Ustazah," kata Bunda sambil merangkul pundak Astri. "Masyaallah, Astri hari ini datang tepat waktu, ya. Gimana liburannya?" tanya Ustazah Halimah.

Alih-alih menjawab pertanyaan itu, Astri justru menanyakan hal lain ke Ustazah Halimah, "Ustazah, adik kecil itu tadi siapa?" katanya. "Oh, itu tadi anak dan suami Ustazah. Mereka hari ini ada waktu, jadi mengantarkan Ustazah ke sini," jawab Ustazah.

"Memangnya, rumah Ustazah Halimah di mana?" tanya Astri lagi. "Di Depok," jawab Ustazah Halimah yang membuat Astri terkejut. "Loh, itu kan jauh sekali Ustazah? Memangnya tidak kangen?" tanya Astri.

"Ya, pasti kangen, dong. Tapi Ustazah, kan harus bekerja mengajar Astri dan santri lainnya di sini," kata Ustazah Halimah. Tiba-tiba Astri merasa malu karena sikap anak Ustazah Halimah yang begitu tegar melepas ibunya mengajar selama berbulan-bulan di sini. Kalau Astri sih, pasti sudah ngambek.

"Tuh, adik kecil tadi aja nggak ngambek ditinggal ibunya. Masa kamu kalah ngambek sama adik kecil," bisik Bunda seolah bisa membaca pikiran Astri.

"Yaudah, kalau gitu Astri nggak akan marah lagi. Tapi gantinya, setiap Sabtu dan Minggu Astri mau video calladik, boleh kan Ustazah?" tanya Astri. "Iya, boleh dong. Astri dan teman-teman santri yang lain boleh pakai ponsel untuk menghubungi keluarga khusus di hari Sabtu dan Minggu," jawab Ustazah.

Begitulah Astri memulai hari pertamanya di pondok pesantren dengan perasaan yang lebih ringan. Astri merasa tidak terlalu berat lagi meninggalkan adik kecilnya untuk belajar di pesantren. Ia sadar bahwa yang kangen dengan keluarga di rumah bukan hanya dirinya, tetapi semua orang di pesantren.

"Kalau begitu Astri masuk dulu ya, Bunda, Ayah. Assalamualaikum," kata Astri menarik tasnya. "Waalaikumussalam, hati-hati ya," sahut Bunda pada Astri yang berlari melesat ke dalam asrama putri.

Contoh Cerita Hari Santri 3

Judul: Keresahan Sebelum Pidato

Dimas dan Yuda adalah dua santri kelas menengah yang telah berbagi banyak cerita selama dua tahun terakhir. Mereka sangat akrab karena masuk di kelas dan asrama yang sama.

Suatu hari, Ustaz Maher, seorang guru senior yang dihormati, memilih Yuda untuk menjadi pembicara utama dalam acara penyambutan santri baru. Yuda adalah seorang santri yang cerdas dan berprestasi, dan Ustaz Maher yakin dia akan menginspirasi santri baru dengan pidatonya.

Yuda menerima tugas ini dengan penuh semangat, tetapi ia memiliki satu masalah yang selalu mengganggunya: ketakutan berbicara di depan umum. Yuda merasa perutnya mual, lidahnya kelu, dan tangannya gemetar setiap kali dia mencoba berbicara di depan banyak orang.

Ia tahu bahwa pidatonya harus sempurna, sehingga dia tidak ingin mengecewakan ustaz dan teman-temannya. Namun, rasa gugupnya semakin membebani pikirannya seiring berjalannya waktu.

Melihat Yuda dalam kebingungan, Dimas yang bijaksana dan penuh empati merasa perlu membantu temannya. Dimas kemudian mendengarkan Yuda dengan seksama terkait kenapa ia terus-menerus merasa gugup.

"Aku takut salah sebut selama pidato. Ditambah tatapan orang-orang semuanya mengarah kepadaku, aku jadi gugup," kata Yuda. "Aku paham, aku juga pasti akan gugup. Bagaimana kalau kamu mengamalkan doa agar tidak gugup?" tanya Dimas.

"Doa agar tidak gugup?" tanya Yuda. Dimas kemudian membacakan potongan Al-Qur'an surat Taha ayat 25 - 28, bunyinya "Robbis rohlii shodrii, wa yassirlii amrii, wahlul 'uqdatam mil lisaani yafqohu qoulii," kata Dimas.

"Doa itu artinya 'Ya rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku'. Dengan membaca ini insyaallah kita bisa dijauhkan dari rasa gugup," kata Dimas.

Hal itu membuat Yuda kembali mengingat ajaran Ustaz Maher dan berterima kasih kepada Dimas. Selanjutnya, Yuda meresapi doa itu dan mulai membacakannya dalam hati setiap kali ia berlatih pidato. Setiap kata dalam doa itu memberikan kekuatan dan keyakinan padanya.

Ketika hari penyambutan santri baru tiba, Yuda merasa gugup. Namun, ia memutuskan untuk mengulang doa tersebut dalam hatinya hingga ia merasa tenang.

Setelah tenang ia naik ke atas panggung dan memberikan pidato penyambutan dengan penuh percaya diri. Ia juga menceritakan dengan jelas visi dan misi pondok pesantren dan memberikan semangat kepada santri baru.

Ustaz Maher tersenyum puas, dan teman-teman Yuda memberikan tepuk tangan meriah. Yuda merasa begitu bersyukur atas bantuan Dimas dan kekuatan doa yang membantunya mengatasi ketakutannya.

Kini, ia tahu bahwa dengan kepercayaan diri dan doa yang tulus, ia bisa menghadapi tantangan apa pun masalah di masa depan.

Baca juga artikel terkait HARI SANTRI atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Pendidikan
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Dhita Koesno