Menuju konten utama

Mengenal Jenis-Jenis Pondok Pesantren dan Contohnya

Apa saja jenis pondok pesantren di Indonesia? Berikut akan diuraikan satu persatu beserta contohnya dalam artikel di bawah ini.

Mengenal Jenis-Jenis Pondok Pesantren dan Contohnya
Sejumlah santri beraktivitas usai shalat Zuhur di Pondok Pesantren An Nuqthah, Kota Tangerang, Banten, Rabu (17/6/2020). ANTARA FOTO/Fauzan/aww.

tirto.id - Pondok pesantren atau ponpes merupakan salah satu bentuk lembaga pendidikan yang banyak berdiri di Indonesia. Pondok pesantren yang berdiri di dalam negeri saat ini ada beragam jenisnya.

Jenis pondok pesantren di Indonesia yang paling umum adalah pondok pesantren salafi, khalafi, dan kombinasi. Pondok pesantren salafi atau salafiyah adalah bentuk pesantren tradisional, sedangkan khalafi atau khalafiyah lebih dikenal dengan sebutan pondok pesantren modern.

Sementara itu, pondok pesantren kombinasi adalah pondok pesantren yang menggabungkan pendidikan berbasis salafi dan kalafi. Selain itu, di Indonesia juga berdiri jenis pondok pesantren lainnya.

Jenis ponpes yang eksis di sekitar masyarakat saat ini termasuk pondok pesantren takhasus, pendidikan diniya formal, hingga satuan pendidikan muadalah.

Pondok pesantren sendiri adalah lembaga khusus yang menyelenggarakan pendidikan keilmuan berbasis agama Islam di Indonesia. Pondok pesantren diperkirakan sudah ada sejak beberapa abad lalu seiring dengan penyebaran Islam di Nusantara.

Dikutip dari Indonesiabaik.id, per tahun 2015 sudah berdiri sebanyak 27.218 pondok pesantren di Indonesia. Ponpes-ponpes tersebut berhasil menghimpun lebih dari 3,6 juta santri di seluruh Indonesia.

Jenis-jenis Pondok Pesantren di Indonesia

Jenis pondok pesantren di Indonesia sering dibagi dalam tiga tipe. Menurut Muhammad Nihwan dan Paisun dalam Jurnal Pemikiran dan Ilmu Keislaman Volume 2 (2019) ketiga jenis ponpes tersebut adalah pondok pesantren salafi, khalafi (ashriyah), dan kombinasi.

Sementara itu, pendapat berbeda disampaikan oleh Ivan Yulivan dalam Strategi Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pondok Pesantren dalam Perspektif Ekonomi Pertahanan (2021).

Melalui buku tersebut ia menyebut ada tambahan 5 jenis pondok pesantren lainnya yang berdiri di Indonesia selain pondok pesantren salafi, khalafi, dan kombinasi.

Beberapa di antaranya termasuk Satuan Pendidikan Muadalah, Pendidikan Diniyah Formal, hingga Lembaga Pendidikan Al-Qur'an. Berikut ini jenis pondok pesantren yang ada di Indonesia:

1. Pondok Pesantren Salafi (Salafiyah)

Pondok pesantren salafi adalah jenis pondok pesantren yang paling banyak terdapat di Indonesia. Masih menurut Indonesiabaik.id, dari total pondok pesantren yang ada di Indonesia 49,4 persen di antaranya adalah pondok pesantren salafiyah.

Pondok pesantren salafiyah sendiri adalah pondok pesantren tradisional yang menyelenggarakan pendidikan berbasis kitab kuning. Yulivan menyebut pondok pesantren salafiyah juga dikenal dengan sebutan pondok pesantren klasik.

Ciri khas pondok pesantren salafi adalah para santrinya masih berlomba-lomba untuk mengabdikan diri kepada kiai dengan tujuan memperoleh barokah.

Meskipun pendidikannya berlandaskan kitab kuning, pondok pesantren salafiyah tak hanya mengajarkan soal ilmu agama. Pondok pesantren ini juga mengajarkan keterampilan hidup dan pengetahuan umum berbasis agama Islam.

Contoh pondok pesantren salafi di Indonesia di antaranya Pondok Pesantren Imam Bukhori Solo, Pondok Pesantren Salafiyyah Hidayatul Anwar Boyolali, Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang, dan sebagainya.

2. Pondok Pesantren Khalafi (Khalafiyah/Ashriyah)

Pondok pesantren khalafi atau khalafiyah/ashriyah adalah pondok pesantren modern yang banyak berdiri di Indonesia. Berbeda dengan pesantren salafi yang pendidikannya berbasis kitab kuning, pesantren khalafi punya kurikulum pendidikan yang lebih modern.

Selain itu, hubungan antara santri dengan kiai juga tidak lebih kaku dan konservatif. Selain itu, pesantren khalafi tidak hanya melibatkan pengajar-pengajar agama, tetapi juga guru-guru ilmu pengetahuan lainnya.

Pondok pesantren modern juga sudah dilengkapi dengan fasilitas yang lebih lengkap. Bahkan di beberapa pondok pesantren modern, pekerjaan domestik seperti memasak dan bersih-bersih tidak dikerjakan oleh santri sendiri.

Contoh pondok pesantren khalafi di Indonesia di antaranya Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor Ponorogo, Pondok Pesantren Modern Sahid Bogor, Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam Solo, dan sebagainya.

3. Pondok Pesantren Kombinasi

Pondok pesantren kombinasi juga merupakan pondok pesantren yang banyak berdiri di Indonesia. Menurut Indonesiabaik.id, jumlah pondok pesantren kombinasi bahkan lebih banyak di Indonesia dibandingkan ponpes modern.

Sesuai dengan sebutannya, pondok pesantren kombinasi ini menjalankan fungsinya dengan mengombinasikan kurikulum salafi dan khalafi.

Masih menurut Nihwan dan Paisun, pondok pesantren kombinasi juga disebut sebagai ponpes semi modern. Pondok pesantren ini mempelajari kitab kuning, namun menerapkan kurikulum modern.

Selain itu, ciri khas ponpes salafi di mana para santrinya masih harus mengabdi kepada kiai juga masih ada di ponpes kombinasi.

Contoh pondok pesantren kombinasi di antaranya Ponpes Tebuireng Jombang, Pondok Pesantren Al Mukmin Surakarta, Pondok Pesantren Bata-bata Pamekasan Madura, dan sebagainya.

4. Pondok Pesantren Takhasus

Jenis pondok pesantren di Indonesia lainnya adalah pondok pesantren takhasus. Pondok pesantren takhasus adalah pondok pesantren yang mengajarkan ilmu agama khusus, seperti Al-Qur'an, fiqih, syariah, dan lain sebagainya.

Pondok pesantren takhasus bisa hadir dalam bentuk salafi, modern, maupun kombinasi. Selain itu, pondok pesantren takhasus di Indonesia juga tersedia dalam tiga jenjang pendidikan formal, mulai dari tingkat SD, SMP, hingga SMA.

Contoh pondok pesantren takhasus di Indonesia adalah Pesantren Tahfizh Daarul Qur'an Karanganyar, Ponpes Takhasus Al-Qur'an Al-Muhibbin Wonosobo, serta Ponpes Sains dan Takhasus Kitab Kuning Walisongo Sragen.

5. Satuan Pendidikan Muadalah (SPM)

Menurut Kemenag, SPM adalah pendidikan pesantren yang diselenggarakan pada jalur pendidikan formal pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang berbasis kitab kuning.

Pesantren SPM terdiri dari dua jenis, yaitu pesantren salafi dan muallimin. SPM berbasis salafi sama jenisnya dengan pesantren salafi atau pesantren tradisional namun versi pendidikan forma

Sementara SPM muadalah muallimin diselenggarakan berbasis dirasah islamiyah dengan pola pendidikan muallimin. Pendidikan dasar SPM mulai dari jenjang MI, MTS, dan MA.

MI adalah jenjang pendidikan dasar setingkat SD yang diselenggarakan selama 6 tahun. MTS juga merupakan pendidikan dasar namun setingkat SMP yang diselenggarakan selama 3 tahun.

Kemudian MA adalah pendidikan tingkat atas yang diselenggarakan selama 3 tahun. Beberapa SPM menyelenggarakan pendidikan MTS dan MA secara bersamaan dengan durasi pendidikan selama 6 tahun.

SPM menjalankan kegiatannya di bawah lingkungan Kemenag. Contoh SPM di Indonesia adalah Ponpes Fajrussalam Bogor dan Ponpes Rafah Bogor.

6. Pendidikan Diniyah Formal (PDF)

Jenis pesantren lainnya adalah Pendidikan Diniya Formal atau PDF. Masih menurut Kemenag, PDF adalah satuan pendidikan formal yang diselenggarakan di dalam pesantren.

Hampir mirip dengan SPM, PDF menyelenggarakan pendidikan dengan kurikulum khusus namun tetap berbasis kitab kuning. Selain itu, PDF juga diberikan tambahan materi pelajaran umum seperti matematika, pendidikan Pancasila, bahasa, dan sebagainya.

Jenjang pendidikan di PDF diawali dengan tingkat ula (dasar), wustha (menengah), 'ulya (tinggi), hingga ma'had 'aly (lanjutan).

Contoh PDF yang ada di Indonesia adalah Pendidikan Diniyah Assalafiyah Mlangi Sleman, Pendidikan Diniyah Formal Wustha Ar-Risalah Bandung, Pendidikan Diniyah Formal Nurul Yaqin Ambung Kapur Padang, dan sebagainya.

7. Lembaga Pendidikan Al-Qur'an

Menurut Yulivan, lembaga pendidikan Al-Qur'an juga termasuk jenis pesantren yang ada di Indonesia. Lembaga ini khusus mengajar para santrinya untuk meningkatkan kualitas membaca dan memahami Al-Qur'an sejak dini.

Lembaga pendidikan Al-Qur'an untuk usia dini juga dikenal dengan nama Pendidikan Al-Qur'an Usia Dini (PAUD). Lembaga pendidikan Al-Qur'an yang ada di Indonesia bisa diikuti mulai dari jenjang PAUD hingga sekolah dasar.

Contoh lembaga pendidikan Al-Qur'an di dalam negeri adalah TK Al-Qur'an Bilingual Al-Azhar, Pesantren Al-Qur'an Nurul Falah, Paud, Lembaga Pendidikan Al-Qur'an Darrussalam Bandung, dan sebagainya.

8. Perguruan Tinggi Pesantren Berbasis Madrasah

Jenis ponpes yang terakhir adalah perguruan tinggi pesantren berbasis madrasah. Sesuai namanya, lembaga ini merupakan pesantren jenjang perguruan tinggi yang menjalankan pendidikannya seperti madrasah pada umumnya.

Perguruan tinggi ini bisa diikuti oleh para santri yang sudah lulus atau masuk usia SMA, MA, atau sederajat. Para santri yang belajar di perguruan tinggi pesantren tidak belajar semua ilmu agama, Islam, melainkan ilmu-ilmu spesifik.

Konsepnya mirip jurusan atau program studi di universitas atau institut. Awalnya, perguruan tinggi pesantren berbasis madrasah di Indonesia merupakan pendidikan non-formal.

Hal ini menyebabkan lulusan perguruan tinggi pesantren berbasis madrasah hanya bisa memperoleh sertifikat pendidikan non formal. Namun, sejak beberapa tahun terakhir Kemenag telah memberi izin sejumlah perguran tinggi pesantren untuk memberikan ijazah kepada santrinya.

Dengan demikian, para santri lulusan perguruan tinggi pesantren setelah lulus bisa memperoleh gelar sarjana seperti perguruan tinggi formal lainnya. Contoh perguruan tinggi pesantren berbasis madrasah di Indonesia adalah:

    • Ma'had Aly Saidusshiddiyyah, Pondok Pesantren As-Shiddiqiyah Jakarta dengan program takhasus/ spesialisasi Sejarah dan Peradaban Islam
    • Ma'had Aly Syekh Ibrahim Al Jambi, Pondok Pesantren Al As`ad Jambi dengan program takhasus Fiqh dan Ushul Fiqh.
    • Ma`had Aly Sumatera Thawalib Parabek, Pondok Pesantren Sumatera Thawalib Parabek Agam dengan program takhasus Fiqh dan Ushul Fiqh.

Baca juga artikel terkait PONDOK PESANTREN atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Pendidikan
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Dhita Koesno