Menuju konten utama

Penjelasan Khodam dalam Islam dan Apa Bedanya dengan Jin Qorin?

Penjelasan arti khodam dalam Islam dan perbedaannya dengan jin qorin.

Penjelasan Khodam dalam Islam dan Apa Bedanya dengan Jin Qorin?
Ilustrasi. foto/istockphoto

tirto.id - Cek khodam sedang viral di media sosial. Beberapa akun bahkan melakukan kerap menonton siaran langsung cek khodam di TikTok hingga berjam-jam. Lantas, apa itu khodam dan bagaimana penjelasannya dalam Islam? Apa pula perbedaan khodam dengan jin qorin?

Cek khodam viral karena akun TikTok @cekkhodamgratisyuk menawarkan jasa terawang khodam. Para kreator meminta nantinya akan meminta pemirsanya untuk menuliskan nama di kolom komentar saat siaran langsung. Ketika kreator membacakan salah satu nama, ia lalu melakukan pengecekan mengenai ada-tidaknya khodam di tubuh orang tersebut.

Hasil dari cek khodam itu terkesan absurd dan berhasil mengundang gelak tawa warganet. Inilah yang membuat cek khodam digandrungi sebagai hiburan warganet. Selain menyaksikan lewat siarang TikTok, cek khodam juga bisa dilakukan dengan cara mengakses pranala yang tersedia.

Penjelasan Arti Khodam dalam Islam

Istilah khodam dalam masyarakat dikaitkan dengan keberadaan makhluk halus atau jin yang bertugas memberikan perlindungan pada seseorang yang didampinginya. Hal ini selaras dengan asal kata khodam dalam bahasa Arab, yaitu khodim yang bermakna "pembantu" atau "pelayan". Jin ini konon menyerupakan wujudnya ke dalam aneka bentuk.

Praktik kerja sama antara manusia dengan jin kerap terjadi dalam konteks kepercayaan berlandaskan tradisi atau budaya. Jin dan manusia konon menjalin kesepakatan tertentu. Untuk dapat memperoleh bantuan jin ini, sebagian orang melakukan praktik spiritual atau ilmu kebatinan tertentu seperti menjalankan amalan khusus.

Dalam adat kepercayaan tertentu, hadirnya khodam dianggap menjadi pelindung termasuk memudahkan berbagai urusan orang yang dibantunya. Tugas khodam ada yang diminta melindungi dari kejahatan sampai untuk penglaris bisnis.

Khodam dalam budaya Jawa dikenal pula dengan istilah perewangan. Jin khodam atau perewangan mendampingi sebagai rekan dan biasanya meminta imbalan tertentu.

Di sisi lain, interaksi manusia dengan jin seperti ini tidak dibenarkan dalam Islam. Pasalnya, dengan meminta bantuan jin ini seolah mengakui bahwa jin memiliki kedudukan lebih tinggi dari manusia. Padahal di dalam Islam meminta pertolongan selain kepada Allah adalah tergolong sebagai dosa besar.

Allah secara langsung menyebutkan larangan kerja sama antara manusia dengan jin melalui beberapa surah dalam Al Quran. Allah berfirman dalam surah Al Jin ayat 6:

وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا

Artinya: “Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan” (QS. Al Jin: 6).

Melakukan kesepakatan dengan jin hanya akan membuat manusia tersesat. Jin-jin tersebut, apa pun sebutannya, mengajak manusia pada perbuatan dosa dan kesalahan. Allah bahkan mengancam manusia dan jin yang bekerja sama dengan hukuman dimasukkan ke dalam neraka.

Allah kembali menyampaikan firmannya dalam surah Shad mengenai konsekuensi kerja sama manusia dan jin sebagai berikut:

وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ قَدِ اسْتَكْثَرْتُمْ مِنَ الإِنْسِ وَقَالَ أَوْلِيَاؤُهُمْ مِنَ الإِنْسِ رَبَّنَا اسْتَمْتَعَ بَعْضُنَا بِبَعْضٍ وَبَلَغْنَا أَجَلَنَا الَّذِي أَجَّلْتَ لَنَا قَالَ النَّارُ مَثْوَاكُمْ خَالِدِينَ فِيهَا إِلا مَا شَاءَ اللَّهُ

Artinya: “Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpunkan mereka semuanya (manusia dan jin), (dan Allah berfirman) : “Hai golongan jin (setan), sesungguhnya kamu telah banyak (menyesatkan) manusia,” lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan manusia : “Ya Rabb kami, sesungguhnya sebagian dari kami (manusia) telah mendapat kesenangan dari sebagian yang lain (jin) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami”. Allah berfirman “Neraka itulah tempat tinggal kamu semua, sedang kamu semua kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain)” (QS. Shad: 55).

Adanya larangan dari Allah untuk melakukan kesepakatan dengan jin ini, setiap muslim sudah seharusnya menggantungkan pertolongan hanya kepada Allah. Allah menjadi satu-satunya zat untuk meminta kebaikan dunia dan akhirat. Meminta bantuan pada jin khodam, atau sebutan lainnya, hanya akan membuat seseorang makin tersesat dan menggoyahkan akidah.

Syaikh Shalih Alu Asy Syaikh dalam kitab At-Tamhid li Syarhi Kitab At-Tauhid menyebutkan bisa saja pertolongan jin terjadi bukan atas permintaan seseorang. Jika kejadiannya seperti ini, orang tersebut mesti segera meminta pertolongan dari Allah dari kemungkinan kejahatan yang dilakukan jin.

"Jika pertolongan jin itu tidak melalui permintaan, maka segeralah meminta perlindungan kepada Allah dari kejahatan jin. Karena hal ini dapat membahayakan dan menjadi sarana agar manusia membenarkan berita mereka, lalu bersandar kepada mereka sepenuhnya. Serta dapat pula sebagai umpan agar manusia meminta bantuan kepada mereka. Kita berlindung kepada Allah dari makarnya yang menipu,” tulis Syaikh Shalih.

Perbedaan Khodam dengan Qorin

Khodam dan qorin merupakan makhluk Allah yang sama-sama berasal dari kalangan jin. Perbedaan keduanya lebih pada penugasannya dalam mendampingi manusia. Jin khodam baru akan mendampingi jika sudah terjadi kesepakatan atau kerja sama dengan manusia.

Lain halnya dengan qorin, jin tersebut akan menyertai manusia sepanjang hidupnya. Tugas jin qorin adalah menyesatkan manusia dengan izin Allah. Ia selalu membisikkan berbagai kemungkaran dan sekuat tenaga mencegah orang yang didampinginya berbuat kebajikan.

Dalil keberadaan jin qorin difirmankan Allah dalam surah Qaf yaitu:

قَالَ قَرِينُهُ رَبَّنَا مَا أَطْغَيْتُهُ وَلَكِنْ كَانَ فِي ضَلالٍ بَعِيدٍ

Artinya: “Yang menyertai manusia berkata : “Ya Tuhan kami, aku tidak menyesatkannya tetapi dialah yang berada dalam kesesatan yang jauh.” (QS. Qaf: 27)

Menanggapi ayat tersebut, sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu anhu, lalu Mujahid, Qatadah, dan beberapa ulama lain mengatakan bahwa maksud "yang menyertai manusia" adalah setan yang ditugasi menyertai manusia. Hal ini disebutkan Ibnu Katsir dalam tafsir Ibnu Katsir (7:403). Dari situ diketahui sifat qorin adalah setan yang akan menyesatkan manusia.

Dalam sebuah hadis, Ibnu Mas'ud radhiyallahu anhu mengatakan bahwa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

“Setiap orang di antara kalian telah diutus untuknya seorang qorin (pendamping) dari golongan jin. Para sahabat bertanya, 'Termasuk Anda, wahai Rasulullah?' Beliau menjawab, "Termasuk saya, hanya saja Allah membantuku untuk menundukkannya, sehingga dia masuk Islam. Karena itu, dia tidak memerintahkan kepadaku kecuali yang baik.” (HR. Muslim)

Meskipun jin qorin selalu membisikkan kesesatan, mengganggu, sampai menimbulkan rasa was-was, setiap muslim bisa melemahkannya. Jin qorin semakin sulit untuk mengganggu bila orang yang didampinginya kuat keimanannya kepada Allah.

Jin qorin digolongkan sebagai setan yang bertugas untuk menyesatkan manusia dan baru akan pergi jika orang tersebut meninggal dunia.

Cara terbaik saat digoda oleh jin adalah meminta perlindungan Allah kapan pun, di mana pun, dan dalam keadaan apa pun. Allah menegaskan hal ini dalam firman-Nya:

وَإِمَّا يَنَزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللهِ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“Apabila setan menggodamu maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. Al-A’raf: 200).

    Baca juga artikel terkait ISLAM atau tulisan lainnya dari Ilham Choirul Anwar

    tirto.id - Sosial budaya
    Kontributor: Ilham Choirul Anwar
    Penulis: Ilham Choirul Anwar
    Editor: Balqis Fallahnda & Iswara N Raditya