Menuju konten utama

Doa Nyadran dalam Islam Sesuai Hadis dan Tujuannya

Nyadran dalam Islam diyakini oleh sebagian kalangan muslim sebagai salah satu upaya menyambut Ramadan. Untuk tahu lebih lanjut, baca uraian di bawah ini.

Doa Nyadran dalam Islam Sesuai Hadis dan Tujuannya
Ilustrasi masyarakat membaca doa Nyadran.Sejumlah warga menyantap makanan bersama saat Nyadran Perdamaian di Krecek, Getas, Kaloran, Temanggung, Jawa Tengah, Jumat (13/3/2020). ANTARA FOTO/Anis Efizudin/pd.

tirto.id - Guna menyambut datangnya Ramadan, kalangan muslim di Indonesia, terutama di Jawa, biasanya mengadakan sejumlah acara syukuran dan doa. Salah satunya adalah upacara Nyadran.

Nyadran dalam Islam salah satunya memuat unsur ziarah kubur. Namun, tradisi Nyadran tidak harus digelar di makam, tetapi juga bisa di musala dan masjid.

Beberapa kalangan muslim Nusantara meyakini adanya doa Nyadran. Akan tetapi, sebagian di antaranya juga ada yang memanjatkan doa ziarah kubur sebelum puasa.

Bacaan Doa Nyadran, Arab, Latin, dan Artinya

Tradisi Nyadran mencakup beberapa kegiatan. Di Jawa, mengutip situs web resmi Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Nyadran dimulai dengan bersih-bersih area makam, kirab atau arak-arakan, upacara adat, lalu diakhiri dengan membaca doa ziarah kubur bahasa Jawa.

Sebenarnya, membaca doa ziarah kubur tidak harus dalam bahasa Jawa, tetapi bisa bahasa Arab ataupun Indonesia.

Dasar hukum tentang doa ziarah kubur adalah hadis riwayat Muslim berikut.

“Rasulullah saw. keluar pada suatu malam ke Baqi’ [pemakaman di Makkah], beliau lama berdoa, memohon ampun bagi mereka tiga kali dengan mengangkat kedua tangannya,” (HR. Muslim).

A. Doa Nyadran saat memasuki makam

Sebelum itu, kalangan muslim yang hendak mengikuti upacara Nyadran di makam dianjurkan membaca doa khusus saat memasuki area pemakaman. Berikut doanya:

السَّلامُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنينَ وَأتاكُمْ ما تُوعَدُونَ غَداً مُؤَجَّلُونَ وَإنَّا إنْ شاءَ اللَّهُ بِكُمْ لاحقُونَ

Bacaan Latin: Assalamu’alaikum daara qaumin mukminin wa ataakum ma tu‘aduna ghadan muajjalun, wa inna insya Allahu bikum lahiqun.

Artinya: “Semoga keselamatan bagi kamu sekalian wahai negeri kaum yang beriman, dan akan datang apa yang dijanjikan kepada kamu sekalian dengan segera. Dan sesungguhnya kami, dengan izin Allah akan menyusul kamu sekalian,” (HR. Muslim).

B. Doa Nyadran untuk mendoakan orang yang sudah meninggal

Setelah mengikuti upacara Nyadran, Anda bisa membaca doa ziarah kubur sebelum puasa di makam yang dikunjungi. Bacaan doa Nyadran berikut bisa dibaca seusai membaca ayat-ayat Al-Qur’an seperti Surah Yasin, Surah Al-Fatihah, dan Ayat Kursi.

Doa Nyadran yang dimaksud di sini biasanya berupa doa ziarah kubur sebelum puasa. Berikut bacaan doanya:

اللهم اوصل ثواب ما قُأناه الى فلان او اليهم

Bacaan Latin: Allahumma aushil tsawaba maa qara'naahu ilaa fulan (menyebut nama yang diziarahi) au ilaihim.

Artinya: “Ya Allah, sampaikanlah pahala apa yang telah kami baca kepada fulan [menyebut nama yang diziarahi] atau kepada mereka.”

Mengenal Tradisi Nyadran

Istilah nyadran berasal dari bahasa Sanskerta, yakni sraddha 'keyakinan'. Jadi, dapat disimpulkan bahwa secara umum Nyadran artinya kegiatan yang berkaitan dengan spiritual atau keyakinan.

Dilansir laman web resmi Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Nyadran adalah rangkaian upacara adat guna mendoakan roh para leluhur yang telah meninggal dunia. Tidak hanya itu, tujuan Nyadran juga berkaitan dengan upaya mengingatkan diri sendiri terkait kematian serta menjaga kerukunan dan tali persaudaraan.

Rangkaian upacara Nyadran di beberapa daerah Indonesia cenderung berbeda-beda. Tradisi Nyadran ada yang dilakukan dengan kegiatan membersihkan area makam bersama-sama, menyiapkan makanan untuk tasyakuran, serta mendoakan orang-orang yang telah meninggal dunia.

Tradisi Nyadran dalam Islam memuat unsur ziarah. Ziarah kubur artinya menengok atau berkunjung ke makam dengan tujuan mendoakan serta membacakan ayat-ayat Al-Qur’an dan tahlil. Kunjungan ini juga bisa berarti upaya refleksi agar manusia mengingat kematian sebagai suatu keniscayaan.

Rasulullah saw. pernah melarang kaum muslim berziarah ke makam ketika awal perkembangan Islam karena khawatir menyekutukan Allah Swt. Sebab di masa jahiliyah, masyarakat Arab menjadikan nenek moyang yang telah meninggal sebagai wasilah meminta berkah. Tidak hanya itu, ada dari mereka yang menyembah berhala leluhur.

Rasulullah saw., seiring berjalannya waktu, memperbolehkan umat Islam ziarah kubur karena keimanan mereka telah kuat. Dilansir NU Online, Rasulullah saw. pernah bersabda terkait hal itu. Berikut hadis riwayat Buraidah:

Dahulu aku pernah melarang ziarah kubur, maka telah diizinkan bagi Muhammad berziarah kubur ibunya. Kalian berziarahlah kubur sebab hal itu mengingatkan pada akhirat,” (H.R. Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan Hakim).

Baca juga artikel terkait EDUKASI DAN AGAMA atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Fadli Nasrudin
Penyelaras: Fadli Nasrudin