Menuju konten utama

Apakah Boleh Puasa Setelah Nisfu Syaban?

Terkait boleh atau tidaknya puasa setelah Nisfu Syaban, para ulama berbeda pendapat. Simak hukum puasa setelah nisfu syaban melalui penjelasan di bawah ini.

Apakah Boleh Puasa Setelah Nisfu Syaban?
Ilustrasi Ramadhan 2024. foto/IStockphoto

tirto.id - Memasuki Syakban, umat Islam dianjurkan menjalankan berbagai amalan, seperti berzikir, berdoa, serta membaca ayat-ayat Al-Qur’an. Hal tersebut terutama dilaksanakan pada pertengahan bulan, atau disebut dengan Nisfu Syaban.

Dasar anjuran untuk menunaikan amalan sunah ialah hadis dari jalur Muawiyah bin Abdullah bin Ja’far. Berikut redaksi lengkap hadits amalan Nisfu Syaban.

Apabila malam nisfu syaban [pertengahan bulan Syaban], maka salatlah pada malam harinya dan berpuasalah pada siang harinya. Sesungguhnya Allah pada malam itu turun ke langit dunia hingga terbit malam hari. Dia berfirman, ‘Ingatlah, adakah yang memohon ampunan kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampuninya. Adakah yang memohon rezeki, niscaya Aku akan memberinya. Adakah yang sedang ditimpa ujian, niscaya Aku akan menyelamatkannya. Begitu seterusnya, hingga terbit fajar.’” (HR. Ibnu Majah).

Berdasarkan penanggalan hijriah, saban tahun, malam Nisfu Syaban bertepatan pada tanggal 14 bulan Syakban. Sementara itu, puasa Nisfu Syaban ditunaikan pada tanggal 15-nya.

Jika merujuk pada kalender Masehi, malam Nisfu Syaban 2024 jatuh pada Sabtu (24/2) malam. Adapun, umat Islam bisa menunaikan puasa sunah keesokan harinya, Minggu (25/2). Lalu, bagaimana jika hendak melaksanakan puasa setelah Nisfu Syaban? Apakah boleh puasa setelah malam Nisfu Syaban?

Terkait puasa setelah Nisfu Syaban, sebagian ulama membolehkan sedangkan beberapa yang lain melarang. Penjelasan hukum puasa setelah Nisfu Syaban bisa disimak di bawah ini.

Bolehkah Puasa Setelah Nisfu Syaban?

Beberapa umat muslim masih bertanya-tanya terkait hukum puasa setelah Nisfu Syaban. Hal ini berkaitan dengan dengan adanya hadits larangan puasa setelah Nisfu Syaban. Berikut isi hadis dari jalur Abu Hurairah yang melarang puasa setelah bulan Nisfu Syaban.

Ketika Syakban sudah melewati separuh bulan, maka janganlah kalian berpuasa,” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa'i, dan Ibnu Majah).

Ada beberapa alasan para ulama mengeluarkan kesimpulan larangan puasa setelah Nisfu Syaban. Pertama, hari-hari setelah Nisfu Syakban dianggap hari syak, yakni waktu ragu antara masih tergolong bulan Syakban atau sudah masuk Ramadan.

Rasulullah saw. dalam suatu riwayat pernah menyatakan bahwa hukumnya makruh menjalankan puasa di hari syak. Berikut sabda beliau:

“Janganlah kalian mendahului bulan Ramadhan dengan puasa 1 hari atau 2 hari kecuali jika ia bertepatan dengan puasa yang biasa dikerjakan oleh salah seorang dari kalian.”

Kedua, larangan puasa setelah Nisfu Syaban didasarkan pada pertimbangan agar umat muslim menyiapkan tenaga dan kekuatan jelang Ramadan.

Meskipun demikian, para ulama sepakat memperbolehkan puasa setelah Nisfu Syaban dengan syarat tertentu. Syekh Wahbah Al-Zuhaili, seorang ulama asal Suriah, dalam kitab Fiqhul Islami wa Adillatuhu, menjawab persoalan hukum puasa setelah Nisfu Syaban dengan penjelasan berikut.

Ulama mazhab Syafi’i mengatakan, puasa setelah nisfu Sya’ban diharamkan karena termasuk hari syak, kecuali ada sebab tertentu, seperti orang yang sudah terbiasa melakukan puasa dahar, puasa daud, puasa senin-kamis, puasa nadzar, puasa qadha’, baik wajib ataupun sunnah, puasa kafarat, dan melakukan puasa setelah nisfu Sya’ban dengan syarat sudah puasa sebelumnya, meskipun satu hari Nisfu Sya’ban. Dalil mereka adalah hadis, ‘Apabila telah melewati nisfu Sya’ban janganlah kalian puasa’. Hadis ini tidak digunakan oleh ulama mazhab Hambali dan selainnya karena menurut Imam Ahmad daif.”

Ulama Mazhab Syafi’i memperbolehkan umat muslim untuk menunaikan puasa setelah Nisfu Syaban jika mereka sudah terbiasa menunaikannya, seperti Puasa Senin-Kamis, Puasa Ayyamul Bidh, dan Puasa Daud. Namun, jika seseorang tidak terbiasa menunaikannya puasa sunah tersebut, ulama Mazhab Syafi’i mengharamkan.

Di sisi lain, para ulama selain Mazhab Syafi’i justru melihat hadits larangan puasa setelah Nisfu Syaban berasal dari kategori munkar karena perawinya ada yang bermasalah. Kendati demikian, mereka tetap melarang puasa di hari syak, yakni 1-2 hari sebelum masuknya Ramadan.

Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fathul Bari mengatakan, “Mayoritas ulama [selain ulama Mazhab Imam Syafi’i] membolehkan puasa sunah setelah Nisfu Sya’ban dan mereka melemahkan hadits larangan puasa setelah Nisfu Syaban. Imam Ahmad dan Ibnu Ma’in mengatakan hadis tersebut munkar.”

Lalu, berdasarkan penjelasan di atas, apakah setelah Nisfu Syaban boleh puasa?

Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum puasa setelah Nisfu Syaban. Namun, menurut mereka, tidak ada larangan puasa setelah Nisfu Syaban, dengan syarat seorang muslim tersebut sudah biasa menjalankannya.

Untuk puasa kafarat dan qada yang belum dilaksanakan tetap wajib dilakukan, meskipun terpaksa ditunaikan setelah Nisfu Syakban. Imam Nawawi, seorang ulama kenamaan asal Suriah, dalam kitab Al-Majmu Syarah Al Muhadzdzab (1996), menerangkan:

Jika ia mengakhirkan puasa qadha sampai datang Ramadan berikutnya tanpa uzur, ia telah berdosa, dan ia harus berpuasa Ramadan yang datang.”

Bacaan Niat Puasa Setelah Nisfu Syaban

Berikut bacaan niat puasa Syaban setelah Nisfu Syakban:

نَوَيْتُ صَوْمَ شَعْبَانَ لِلّٰهِ تَعَالَى

Arab Latinnya: nawaitu shauma sya’bâna lilâhi ta’âlâ.

Artinya: "Saya niat puasa Sya’ban karena Allah ta’âlâ."

Baca juga artikel terkait PUASA SYABAN atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Fadli Nasrudin
Penyelaras: Fadli Nasrudin