tirto.id - Ada banyak hikmah puasa dalam kehidupan sehari-hari. Umat Islam seyogianya memahami hikmah puasa Ramadhan yang dapat membentuk akhlak mulia tersebut.
Ramadan merupakan salah satu bulan istimewa dalam Islam. Pada bulan tersebut, umat Islam yang mukalaf dan tidak beruzur syar’i diwajibkan untuk mendirikan puasa selama sebulan penuh.
Mukalaf dapat dimaknai sebagai keadaan seorang muslim yang telah memenuhi syarat untuk menjalankan syariat Islam, termasuk puasa Ramadan.
Di sisi lain, uzur syar’i adalah suatu keadaan di luar kemampuan diri manusia, seperti sakit parah hingga haid, sehingga ada marfu (kemudahan) meninggalkan syariat Islam--dalam hal ini puasa Ramadan. Namun, ia tetap wajib mengqada di luar bulan suci tersebut.
Hikmah Puasa Ramadhan dan Dalilnya
Bagi orang-orang yang sadar dan berpikir, puasa tidak hanya perihal menahan lapar dan dahaga. Ada lebih dari 5 hikmah puasa Ramadhan yang perlu diketahui umat Islam.
Tidak sekedar pengetahuan semata, hikmah puasa Ramadan dapat membantu seseorang lebih memahami esensi dari siam. Berikut ini 10 hikmah puasa Ramadhan:
1. Meningkatkan ketakwaan
Puasa adalah ibadah untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah Swt. Tidak semua orang Islam mau dan rela untuk menjalankan ibadah wajib di bulan Ramadhan ini.Di sisi lain, beruntunglah orang-orang yang tergerak hatinya untuk menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Bukti puasa sebagai ibadah peningkat ketakwaan termuat dalam Surah Al Baqarah Ayat 183 sebagai berikut:
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (QS. Al Baqarah [2]: 183).
2. Menahan hawa nafsu
Puasa merupakan ibadah yang dapat melatih seseorang untuk menahan hawa nafsu. Rasulullah Saw. dalam hadis riwayat Imam Ahmad dan Imam Bukhari pernah bersabda sebagai berikut:“Wahai para pemuda, barangsiapa yang mampu untuk menikah, maka menikahlah! Sesungguhnya menikah lebih bisa menundukan pandangan dan lebih mudah menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu menikah, maka berpuasalah, sesungguhnya puasa itu adalah penekan syahwatnya,” (HR. Ahmad dan Bukhari).
3. Menyehatkan tubuh
Puasa menyehatkan tubuh dan meningkatkan kinerja organ pencernaan. Saat puasa, usus dan lambung manusia akan beristirahat, kondisi ini berguna memperbaiki sistem kerja organ pencernaan hingga mengeluarkan kotoran serta zat-zat berbahaya dari tubuh.Hikmah berpuasa dalam menyehatkan tubuh disebutkan dalam hadis dari Abu Hurairah Ra, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda sebagai berikut:
"Berpuasalah niscaya kalian akan sehat," (HR. Ath-Thabrani dalam Mu'jam al Awsath).
4. Meningkatkan syukur
Puasa mengajarkan kepada umat Islam rasa lapar dan kekurangan makan. Oleh sebab itu, puasa diharapkan menjadi ibadah yang dapat menumbuhkan empati kepada fakir dan miskin. Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda sebagai berikut:"Orang yang tidak peduli terhadap urusan kaum Muslimin, maka ia bukan termasuk golongan mereka," (HR. Ahmad).
5. Mempererat tali silaturahmi
Sebutkan hikmah puasa hikmah puasa dan dalilnya? Di antara hikmah puasa adalah mampu mempererat tali silaturahmi melalui kegiatan buka bersama, baik dengan keluarga, sahabat, dan sebagainya. Hal ini diterangkan Rasulullah Saw. dalam sebuah hadis berikut:“Para sahabat Nabi Muhammad SAW bertanya, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya kita makan tapi tidak kenyang?' Kemudian, Rasulullah balik bertanya, 'Apa kalian makan sendiri?'. Para sahabat menjawab, 'iya'. Mendengar hal itu, kemudian Rasulullah SAW menjawab lagi, 'Makanlah kalian bersama-sama dan bacalah Basmalah, maka Allah akan memberikan berkah kepada kalian semua,'" (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, Imam Ahmad, dan Ibnu Hibban).
6. Mendorong perilaku baik
Puasa Ramadhan mendorong umat Islam untuk senantiasa berperilaku baik. Selain keuntungan pahala berlipat ganda dalam pelaksanaan amal kebaikan, ada juga ancaman untuk perilaku tidak terpuji.Tak sekedar dosanya digandakan, perilaku tidak terpuji mampu mengurangi, merusak, hingga membatalkan puasa Ramadhan. Nabi Muhammad SAW bersabda dalam sebuah riwayat hadis sebagai berikut:
"Ada 5 perkara yang membatalkan pahala orang yang berpuasa, yaitu (1) berdusta; (2) berghibah; (3) mengadu domba; (4) bersumpah palsu; (5) memandang dengan syahwat," (HR. Dailami).
7. Mendorong sikap saling memberi
Di bulan Ramadan, umat Islam akan menemukan kebahagiaan saat berbuka puasa. Kebahagiaan ini dianjurkan untuk disebarkan melalui kegiatan berbagi kepada sesama. Dalam sebuah riwayat, Rasulullah bersabda keutamaan berbagi kepada orang berpuasa sebagai berikut:“Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga,” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad).
8. Meningkatkan kesabaran
Puasa adalah ibadah yang dipenuhi dengan kesabaran. Dalam banyak hal, umat Islam dianjurkan untuk bersabar saat berpuasa mulai makan, minum, menggibah, dan sebagainya. Hal ini ditegaskan Rasulullah Saw. dalam hadis sebagai berikut:“Puasa adalah separuh kesabaran.” (HR At-Tirmidzi dan Ahmad).
9. Menjauhkan dari pertengkaran
Puasa mampu menjauhkan seseorang dari pertengkaran baik kepada orang lain maupun diri sendiri. Hikmah puasa ini senada dengan bunyi hadis sebagai berikut:“Puasa adalah membentengi diri, maka bila salah seorang kamu di hari dia berpuasa janganlah berkata kotor dan jangan teriak-teriak, dan jika seseorang memakinya atau mengajaknya bertengkar hendaklah dia mengatakan “Sesungguhnya aku sedang berpuasa," (HR. Bukhari 1904 dan Muslim 1151).
10. Melatih kedisiplinan waktu
Puasa adalah sarana untuk melatih kedisiplinan. Banyak kedisiplinan yang berkaitan dengan pelaksanaan puasa, salah satunya waktu sahur.Seseorang di malam hari, harus bangun untuk sahur, padahal begitu mengantuk. Berikut ini dalil hikmah sahur dalam pelaksanaan puasa Ramadhan:
"Sahur adalah makanan berkah, maka jangan kalian tinggalkan walaupun salah seorang dari kalian hanya meneguk seteguk air, karena Allâh Azza wa Jalla dan para malaikat berselawat atas orang-orang yang bersahur," (HR. Ibnu Abu Syaibah dan Ahmad 3/44).
Keutamaan Puasa Ramadhan
Ada banyak keutamaan puasa Ramadan. Namun, satu dari sekian banyak keutamaan puasa, kedudukan yang istimewa di hadapan Allah Swt. menjadi yang paling menyita perhatian, karena sebagai pembeda dengan amal salih lainnya.
Orang yang berpuasa memiliki kedudukan yang mulia. Allah Swt. bahkan yang membalas sendiri pahalanya kepada umat Islam sebagaimana hadis qudsi dari jalur Abu Hurairah berikut:
“Allah Azza wa Jalla berfirman, 'Puasa adalah milik-Ku, dan Aku sendirilah yang mengganjarnya, orang yang berpuasa itu meninggalkan syahwatnya, makan dan minumnya karena Aku.'"
Ayat Al Quran Tentang Keutamaan Bulan Ramadhan
Ada lebih dari 10 keutamaan bulan Ramadhan. Namun, sebagian besar keutamaannya berkaitan dengan pelaksanaan puasa.
Keutamaan lain bulan Ramadhan adalah bulan yang istimewa karena memuat beberapa kejadian penting dalam sejarah Islam.
Salah satunya kejadian penting yang pernah terjadi di bulan Ramadan adalah turunnya ayat pertama Al-Qur'an. Hal ini juga yang menyebabkan Ramadhan disebut syahrul qur’an atau bulannya Al-Qur’an sebagaimana bunyi Surah Al-Baqarah ayat 185 berikut:
“Bulan Ramadan adalah [bulan] yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda [antara yang benar dan yang batil]. Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan [dia tidak berpuasa], maka [wajib menggantinya], sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur,” (QS. Al-Baqarah [2]: 185).
Ramadan juga disebut syahrul mubarak yakni bulan penuh keberkahan. Rasulullah saw. pernah bersabda mengenai keistimewaan bulan Ramadan sebagai berikut:
”Sungguh telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah. Pada bulan ini diwajibkan puasa kepada kalian..” (HR. Ahmad, An-Nasa’i, dan Al-Baihaqi).
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Fadli Nasrudin
Penyelaras: Syamsul Dwi Maarif