tirto.id - Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), merasa kehilangan atas meninggalnya seniman senior, Titiek Puspa. SBY mengaku kepergian Titiek Puspa membuat tanah air kehilangan pahlawan kebudayaan.
SBY datang melayat pada pukul 09.32 WIB. Berdasarkan pantauan reporter Tirto di lokasi, SBY menggunakan baju muslim berkelir putih dan kopiah hitam. Sebelum masuk, SBY sempat menyapa awak media yang berada di rumah duka.
“Kita kehilangan seorang pahlawan kebudayaan, kalau saya boleh mengatakan begitu. Ibu Titiek Puspa mengabdikan kehidupannya untuk dunia seni, budaya, bahkan juga sosial. Ini boleh dikata maestro seorang musisi, seorang seniman lintas generasi dari masa ke masa,” kata SBY kepada wartawan di rumah duka, Jumat (11/4/2025).
SBY mengenang kedekatannya dengan Titiek Puspa semasa menjabat sebagai presiden. Dia menyebut almarhum kerap terlibat dalam acara-acara kebudayaan negara, dan tak pernah lelah mengabdikan diri melalui seni dan kebudayaan.
SBY menyebut kepergian Titiek Puspa merupakan kehilangan tidak hanya bagi dunia seni, tetapi juga bagi bangsa. Dia mengatakan dunia seni dan budaya memerlukan pahlawan karena ini menumbuhkan kasih sayang, dan menjaga keharmonisan sosial.
“Kalau diamati seni kebudayaan membawa keteduhan, kasih sayang, persatuan, kebersamaan saling hormat menghormati itulah yang harus makin hidup di Indonesia ini sekali lagi almarhumah menjadi contoh sosok yang patut diteladani oleh semua,” ucap SBY.
Selain SBY, tokoh lain yang telah datang melayat, yakni Wakil Menteri Kebudayaan, Giring Ganesha; Mantan Ketua MK, Jimly Asshiddiqie; dan pesohor dari dunia hiburan.
Penyanyi legendaris itu mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Medistra, Jakarta Selatan, Kamis (10/4/2025) sore.
Titiek Puspa merupakan seniman serba bisa dengan karya-karya yang merentang luas, dari musik hingga film. Dia lahir di Tabalong, Kalimantan Selatan, pada 1 November 1937.
Sejumlah karya terkenal dari Titiek Puspa adalah lagu Apanya Dong, lagu Dansa Yo Dansa, serta lagu Bimbi. Semasa hidup, Titiek juga membintangi sejumlah film, di antaranya Ini Kisah Tiga Dara (2016) serta Cinta Setaman (2008).
Penulis: Rahma Dwi Safitri
Editor: Fransiskus Adryanto Pratama
