Menuju konten utama

Wisata Jokowi dan Upaya Solo Mendongkrak Kunjungan Wisatawan

Solo memang cukup gencar mempromosikan objek wisata baru, seperti wisata religi Masjid Raya Sheikh Zayed.

Wisata Jokowi dan Upaya Solo Mendongkrak Kunjungan Wisatawan
Pengunjung berdiri di depan Masjid Raya Sheikh Zayed, Solo, Jawa Tengah, Rabu (22/2/2023). ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/aww.

tirto.id - Libur panjang Idulfitri 2025 menjadi momentum sejumlah daerah mengerek kunjungan wisatawan, tak terkecuali Kota Surakarta atau Solo. Dinas Pariwisata Kota Solo mencatat pada periode 21 Maret hingga 7 April 2025, terdapat 333.732 orang yang berkunjung ke kota tempat tinggal Joko Widodo atau Jokowi ini.

“Dari sekian jumlahnya, peringkat paling banyak dikunjungi adalah Masjid Raya Sheikh Zayed, Solo Safari, dan Taman Balekambang,” Kepala Bidang Destinasi dan Pemasaran Pariwisata di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, Gembong Hadi Wibowo, Rabu (9/4/25).

Gembong juga menyebut, jika dibandingkan dengan data 2024, maka tahun ini ada kenaikan jumlah kunjungan wisatawan sebesar 7 persen.

“Perbandingan dengan 2024 di tenggat waktu sama, selama 18 hari ada kenaikan 7 persen,” kata Gembong.

Beberapa tahun terakhir, Solo memang cukup gencar mempromosikan objek wisata baru, seperti wisata religi Masjid Raya Sheikh Zayed. Pada liburan lebaran tahun ini bahkan muncul fenomena baru, yaitu Wisata Jokowi.

Wisata Jokowi muncul karena banyaknya warga, baik dari dalam Kota Solo, maupun dari berbagai daerah yang berkunjung ke kediaman Presiden ke-7 RI tersebut yang berada di Gang Kutai Utara No. 1, Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari.

Namun demikian, bila melihat data sebaran destinasi wisata yang paling ramai dikunjungi di Solo, ternyata Wisata Jokowi belum memiliki dampak signifikan untuk menarik wisatawan yang datang ke kota ini.

Gembong juga memberikan pandangan terkait Wisata Jokowi. Menurut dia, masih diperlukan adanya kajian yang lebih dalam untuk bisa menetapkan suatu tempat dapat dijadikan sebagai destinasi wisata.

“Perlu dikaji dulu fasilitasnya, kemudian itu memang destinasi harus ada pengelola, harus ada yang mengelola berupa apa, siapa? Nanti perhitungan dikunjungi wisatawan jumlahnya berapa, apakah tiap saat bisa dikunjungi, buka dari jam berapa,” kata Gembong.

Buka puasa bersama di Masjid Syeikh Zayed

Warga menunggu waktu berbuka puasa bersama di Masjid Sheikh Zayed, Solo, Jawa Tengah, Minggu (2/3/2025). Badan Pengelola Masjid Raya Syeikh Zayed menyiapkan tujuh ribu paket takjil berbuka puasa setiap harinya selama bulan Ramadhan. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/nym.

Sementara itu, akademisi Usaha Perjalanan Wisata (UPW) Universitas Sebelas Maret (UNS), Deria Adi Wijaya, menyebut, Wisata Jokowi ini termasuk bagian dari konsep wisata tokoh. Ia menjelaskan bagaimana kekuatan seorang tokoh dapat menjadi magnet untuk wisatawan datang berkunjung.

“Termasuk dalam hal ini walaupun Jokowi sudah enggak menjabat, beliau diyakini masih punya soft power yang menggaet hati para pengunjung dari luar kota. Saya lihat berita kemarin bisa mencapai 1.500 orang datang ke kediaman beliau,” ujar Deria saat dihubungi kontributor Tirto, Selasa (8/4/25).

Menurut Deria, terdapat beberapa indikator suatu tempat dapat dikatakan sebagai destinasi wisata, dan Wisata Jokowi sudah memenuhi indikator tersebut secara minimal.

“Indikator beberapa hal tersebut secara minimal sudah (memenuhi). Secara sistem kunjungan masih belum terlalu dipikir secara teknis, mungkin tidak ada pendaftaran dan secara spontan bisa berkunjung,” kata dia.

Menurut dia, secara standar operasional prosedur (SOP) sudah mulai diatur, misalnya pakaian sopan, rapi, di jam-jam khusus. “Untuk tempat parkir belum tersedia masif, namun masih bisa memanfaatkan ruas-ruas jalan gang masuk rumah Jokowi. Untuk segi keamanan, staf pengamanan Jokowi sudah mumpuni untuk menjaga kediaman Pak Jokowi,” kata Deria.

Meski demikian, Deria berharap para penggiat industri pariwisata untuk bisa memanfaatkan kharisma dan soft power Jokowi dengan memperhatikan beberapa hal, seperti menambah variasi kunjungan. Selain itu, dari pihak pengelola kediaman Jokowi juga dapat menambah SOP kunjungan.

“Saya harap jadi peluang baru bagi para penggiat industri wisata bisa mengkoneksikan antara kunjungan wisata Jokowi dengan destinasi wisata lain yang ada di Solo. Dibikin satu paket wisata yang berkorelasi dengan aktivitas wisata yang lain yang tentunya bisa jadi variasi kunjungan selain rumah Jokowi,” kata dia.

Festival Jenang Solo 2025

Anak-anak yang berpartisipasi dalam kegiatan Bladahan dan Ngiras Jenang, Kamis (12/2/25) di Ngarsopuro. Tirto.id/Adisti Daniella

Wisata Tak Hanya Menarik, Tapi Juga Menahan

Meskipun beberapa waktu terakhir Kota Solo diramaikan dengan tujuan atau destinasi wisata baru, namun Deria mengakui bahwa Solo masih menjadi kota tujuan wisata alternatif dan hanya sebagai kota transit, bukan untuk wisatawan menetap. Hal ini berbeda dengan Kota Yogyakarta yang masih jadi primadona untuk berwisata.

Menurut Deria, hal tersebut disebabkan karena Jogja tak hanya memiliki destinasi wisata yang menarik, namun juga memiliki wisata yang bersifat menahan. Salah satu yang ia sebutkan adalah adanya wisata malam seperti Sendratari Ramayana.

“Jenis wisata daya tarik wisata dua jenis, ada tourist attraction menarik dan juga penahan wisatawan. Jogja punya keunggulan seperti itu. Jogja memiliki salah satu manajemen pariwisata yang cukup baik dengan destinasi yang bersifat penahan sehingga menggaet minat orang untuk tinggal lebih lama di Jogja," papar Deria.

Ia menambahkan, “Jogja salah satunya yang cukup tren Sendratari Ramayana Prambanan. At least wisatawan tinggal minimal satu malam di Jogja karena malam ada agenda untuk menonton Sendratari Ramayana.”

Menurut Deria, Solo juga harus mulai mencari alternatif wisata malam yang bersifat menahan wisatawan. Salah satunya bisa dimulai dari pengelolaan wayang orang Sriwedari yang perlu diperbaiki.

“Menciptakan wisata alternatif selain wisata Jokowi harus ada jenis tourist attraction yang bersifat menahan. Minimal harus daily yang itu sifanya malam. Solo harusnya mulai mencari alternatif. Harus daily, bukan weekend,” kata dia.

Deria kembali menekankan bahwa selain adanya potensi Wisata Jokowi, Solo juga perlu meningkatkan variasi wisata malam yang bersifat menahan wisatawan. Dengan hal ini, diharapkan pemasukan bagi Pemerintah Kota Solo juga akan meningkat.

“Ini yang harusnya kita giatkan lagi. Wayang Sriwedari punya citra yang besar. Dulu orang berbondong-bondong untuk menikmati Wayang Orang Sriwedari. Itu yang harus kita pikirkan kembali, minimal ada daya tarik wisata yang menahan wisatawan yang sifatnya reguler, daily. Karakter wisata untuk berkunjung juga berbeda, mungkin ini yang bisa dijadikan pembelajaran dengan ada soft power Jokowi bisa menjadi alternatif kunjungan ke Solo,” kata Deria.

Deria menambahkan, para wisatawan yang berkunjung ke Solo terkadang bingung dalam memilih tujuan berkunjung, khususnya ketika malam hari. Jika Solo ingin membuat tontonan malam representatif yang sifatnya konsumsi wisatawan, maka itu harus digarap dengan baik agar memiliki dampak yang baik pula terhadap pendapatan kota.

Baca juga artikel terkait PARIWISATA atau tulisan lainnya dari Adisti Daniella Maheswari

tirto.id - News
Kontributor: Adisti Daniella Maheswari
Penulis: Adisti Daniella Maheswari
Editor: Abdul Aziz