tirto.id - Grebeg Sudiro merupakan tradisi tahunan di Kota Solo untuk merayakan Imlek. Tradisi ini menjadi tanda telah meleburnya budaya Jawa dan budaya Cina di Solo. Pada perayaan Imlek 2576/2025 ini, panitia Grebeg Sudiro Solo memiliki beberapa agenda memeriahkan perayaan Imlek, mulai dari kirab Umbul Mantram hingga menghadirkan Perahu Wisata di Kali Pepe. Perahu Wisata Kali Pepe dibuka mulai dari 17 Januari - 31 Januari 2025 pukul 18.00 sampai 23.00 WIB.
Koordinator Event Perahu Wisata Kali Pepe, Yohana Fransiska Lili, mengatakan, antusiasme pengunjung selama ini sangat bagus dan ramai. Bahkan, jika cuaca cerah, tiket bisa terjual hingga 500 lembar. Namun terkadang, bila hujan deras terjadi, perahu wisata tidak beroperasi karena debit air yang naik.
“Sebagian [pengunjung] adalah pengunjung dari luar kota seperti Jogja, Bandung, Semarang dan kota-kota lainnya,” kata perempuan yang akrab disapa Ita saat dihubungi kontributor Tirto di Solo, Rabu (22/1/2025).
Ramainya pengunjung membuat nama kampung Sudiroprajan serta Pasar Gede menjadi semakin dikenal masyarakat luas. Tak hanya itu, warga sekitar juga turut merasakan dampak baik, terkhusus di bidang ekonomi karena mereka dapat berjualan di sekitar wahana perahu wisata.
Perahu wisata ini telah didukung oleh pihak kelurahan setempat serta pihak Klenteng Tien Kok Sie. Ita menyebut, pengadaan perahu yang digunakan untuk menyusuri Kali Pepe dibantu oleh pihak kelurahan, sedangkan hiasan lampion dari Klenteng Tien Kok Sie.
“Perahu wisata adalah gagasan Pokdarwis Sudiroprajan dan didukung oleh pihak kelurahan dan Klenteng Tien Kok Sie untuk hiasan lampionnya. Kalau perahu kami pengadaan dan dibantu sebagian dari anggaran kelurahan,” papar Ita.
Ita berharap event Perahu Wisata Kali Pepe dapat berkembang dan bermanfaat bagi masyarakat sekitar, juga dapat menjangkau wisatawan di seluruh Jawa Tengah.
Wajah Kali Pepe Hari Ini
Perahu wisata Kali Pepe ini telah dimulai pada 2015 silam dan merupakan gagasan dari Pokdarwis Sudiroprajan. Tujuannya adalah ingin mewujudkan kembali citra Sudiroprajan sebagai kampung pecinan di Solo. Selain itu, dibukanya wahana ini juga mengembalikan ingatan masyarakat tentang Kali Pepe yang dulunya merupakan jalur perdagangan.
“Kami ingin mewujudkan kembali kampung kami yang terkenal dengan kampung pecinan dan merupakan pedagang sebagian besar warganya. Di mana Kali Pepe diyakini menjadi jalur perdagangan di jaman dahulu,” jelas Ita.
Basuki Cahyono selaku ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sudiroprajan menambahkan, gagasan untuk menghidupkan kembali wisata air di Kali Pepe saat perayaan imlek berawal dari melihat kondisi di sekitar Pasar Gede di malam hari yang dihiasi lampion untuk berswa foto.
“Kemudian kami mulai menggali potensi wisata apa yang bisa dilakukan untuk memanfaatkan peluang tersebut buat pengembangan wisata di wilayah Sudiroprajan,” ujar Basuki kepada Tirto, Kamis (23/1/2025).
Basuki menambahkan, “Akhirnya tercetus ide merintis kegiatan wisata perahu hias Kali Pepe yang dilakukan menjelang pelaksanaan kirab budaya Grebeg Sudiro atau menyambut perayaan Imlek dan merupakan salah satu rangkaian dari kegiatan Grebeg Sudiro sejak 2015.”
Kali Pepe merupakan salah satu sungai yang cukup penting di Solo selain Sungai Bengawan Solo. Kali Pepe mengalir sepanjang 5 km mulai dari daerah Kelurahan Gilingan di sebelah barat, hingga ke Kelurahan Sangkrah di sebelah timur. Dulunya Kali Pepe merupakan penghubung dua pasar besar di Solo, yakni Pasar Legi dan Pasar Gede.
Aktivitas ekonomi yang terus berkembang membuat daerah sekitar Kali Pepe menarik perhatian pendatang dari berbagai etnis seperti Arab, Cina, dan Jawa untuk menetap di sana. Lambat laun, Kali Pepe mengalami banyak masalah seperti menurunnya ketersediaan air bersih, masalah sanitasi, serta masalah akses ruang publik.
Kondisi Kali Pepe yang jauh lebih baik saat ini tak terlepas proses pembenahan Kali Pepe mulai dari pengerukan sedimentasi di aliran Kali Pepe, pembuatan manteling di sisi kanan dan kiri sungai, penataan kawasan di aliran wilayah yang dilalui Kali Pepe, serta pembuatan bendungan kecil untuk mendukung pelaksanaan kegiatan wisata perahu, hingga menghias dinding Kali Pepe dengan mural yang juga dilombakan.
“Respons masyarakat sangat baik dan mendukung,” ujar Basuki.
Pada masa-masa awal diadakannya wisata air Kali Pepe, Basuki menyebut bibir Kali Pepe hanya merupakan batu kali yang dipasang di pinggiran semen. Dermaga Kali Pepe juga hanya terbuat dari bambu. Namun setelah revitalisasi Kali Pepe pada 2019, saat ini telah dibuatkan dermaga permanen.
“Dibuatkan dermaga permanen di dua tempat, yang pertama di belakang BRI Sudirman atau sisi selatan Kali Pepe dan di sebelah timur kreteg gantung atau sisi utara Kali Pepe,” kata Basuki.
Perubahan Kali Pepe juga memberi dampak nyata bagi masyarakat sekitar. Basuki menyebut selain suasana di wilayah Kali Pepe yang menjadi lebih asri dan indah, warga sekitar yang memiliki usaha kuliner juga dapat berjualan dengan memanfaatkan fasilitas gazebo.
“Dampak nyata bagi masyarakat adalah wilayah selain suasana menjadi lebih asri dan indah, bisa digunakan warga untuk bersantai di taman yang berlokasi di area pinggiran Kali Pepe. Sedangkan warga yang punya usaha kuliner juga bisa memakai fasilitas gazebo yang dibuat untuk berdagang pada malam hari yang berlokasi di RW 4 Kelurahan Sudiroprajan,” ujar Basuki.
Pokdarwis Sudiroprajan tak sendiri dalam mengelola dan menjaga Kali Pepe. Mereka bekerja sama dengan beberapa pihak, di antaranya Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS), Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Surakarta, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Surakarta, Pemerintah Kelurahan Sudiroprajan, SIBAT Sudiro, CSR, LPMK Sudiro, dan Kelompok Peduli Sungai (KPS).
Basuki juga menyebut pihaknya terus mengimbau warga untuk menjaga kebersihan dengan melakukan kegiatan bersih sungai secara periodik.
“Mengimbau warga untuk menjaga kebersihan dengan tidak membuat sampah ke kali, melakukan kegiatan bersih sungai secara periodik, dan juga penyebaran bibit ikan,” kata dia.
Penulis: Adisti Daniella Maheswari
Editor: Abdul Aziz