tirto.id - Pantun pembukaan upacara Hari Kartini tentang emansipasi dapat dimanfaatkan selama peringatan. Hari Kartini merupakan salah satu momen untuk mengingatkan warga Indonesia dengan sosok pahlawan emansipasi wanita asal Jepara.
Pada Hari Kartini, banyak kalangan yang merayakan dengan menggunakan busana adat. Mereka kemudian melaksanakan pawai di jalanan, mengikuti berbagai macam lomba, serta pelaksanaan upacara.
Pembacaan pantun dalam pembukaan maupun penutupan sambutan upacara Hari Kartini bisa jadi salah satu ide menarik. Pantun yang akan dibacakan selama momen Hari Kartini membutuhkan rima yang menarik dan tetap inspiratif.
25 Pantun Pembukaan Upacara Hari Kartini Tentang Emansipasi
Emansipasi wanita hingga sosok Ibu Kartini bisa jadi contoh yang diangkat dalam deretan pantun di bawah ini.
Pantun dapat digunakan untuk upacara maupun inspirasi lomba. Berikut 25 contoh pantun Hari Kartini yang bisa dipakai ketika pelaksanaan upacara:
Pantun 1
Burung merpati terbang ke taman,
Hinggap sebentar di dahan jati.
Wanita hebat penuh asa nan harapan,
Jadilah Ibu Kartini di masa depan.
Pantun 2
Mentari pagi bersinar cerah,
Air menetes di atas nampan.
Kartini hadir membawa sejarah,
Menyinari wanita dengan penuh harapan.
Pantun 3
Bunga melati harum mewangi,
Tumbuh subur di taman sari.
Terima kasih Ibu Kartini,
Engkau pelita kaum wanita Indonesia ini.
Pantun 4
Kapal layar menuju laut pinggir taman,
Membawa muatan kain sutera.
Kartini pahlawan sepanjang zaman,
Pemikir hebat agar wanita sejahtera.
Pantun 5
Pagi hari minum kopi,
Ditemani roti dan pisang raja.
Kartini wanita sejati,
Penuh cinta dan cita mulia.
Pantun 6
Jangan terlena atau luluh,
Saat ditipu oleh teman.
Kartini hadir membawa peluh,
Agar wanita tak terus tertinggal zaman.
Pantun 7
Main layang-layang jatuh di sawah,
Sawah penuh padi nanti jadi nasi.
Kartini hadir membawa kisah,
Tentang mimpi dan emansipasi.
Pantun 8
Tari piring dari Sumatera,
Indah geraknya menawan hati.
Kartini simbol cahaya negara,
Bersinar untuk kaum ibu dan putri.
Pantun 9
Tulis surat di malam hari,
Dengan cahaya pelita kecil.
Kartini menyalakan api,
Perjuangan perempuan agar tak terus kerdil.
Pantun 10
Langit biru memanjakan mata,
Burung berkicau bernyanyi riang.
Kartini pejuang tanpa senjata,
Namun ilmunya jadi terang benderang.
Pantun 11
Kelapa muda jatuh ke tanah,
Petik bersama di pagi hari.
Meski hidup penuh resah,
Kartini tetap berdiri.
Pantun 12
Duduk santai minum teh hangat,
Baca sejarah jadi hal mewah.
Kartini ajarkan semangat kuat,
Agar perempuan penuh marwah.
Pantun 13
Naik sepeda keliling desa,
Melihat alam nan hijau merata.
Kartini bukan sekadar nama,
Tapi semangat hidup perempuan merdeka.
Pantun 14
Bunga anggrek di tepi jendela,
Disiram pagi dengan air sejuk.
Kartini hadir bukan cerita,
Namun nyata, jadi pelita yang elok.
Pantun 15
Matahari terbenam di ufuk barat,
Langit jingga penuh warna-warni.
Terima kasih wahai sosok hebat,
Selamat Hari Kartini!
Pantun 16
Pergi pagi ke Surabaya,
Naik kereta sampai jam empat.
Kartini jadi pembela wanita kaumnya,
Buat wanita punya martabat.
Pantun 17
Habis gelap terbitlah terang,
Kartini punya buku yang dirilis.
Jadilah sosok sepertinya yang selalu menang,
Perjuangan pendidikan cita-cita agar tak miris.
Pantun 18
Hati haru pagi-pagi,
Cahaya terang sinari bumi.
Jasa Kartini dikenang sepanjang hari,
Kartini wanita sumber inspirasi.
Pantun 19
Menjahit baju benangnya merah,
Duduk santai sambil berseri.
Kartini hadir bawa sejarah,
Wanita tangguh pejuang reformasi.
Pantun 20
Naik sepeda pegi ke sudut desa,
Lihat sawah tampak asri
Berbekal ilmu dan cita-cita,
Kartini junjung bangsa berseri.
Pantun 21
Mentari bersinar hangat terasa,
Langit biru tanpa mendung.
Kartini pelopor emansipasi wanita,
Agar perempuan bisa maju dan tumbuh.
Pantun 22
Bunga melati mekar berseri,
Tumbuh subur di taman desa.
Emansipasi bukan sekadar mimpi,
Kartini buktikan itu semua bisa.
Pantun 23
Anak kecil bermain di taman,
Tertawa ceria penuh semangat.
Kartini bawa pesan kedamaian,
Perempuan berhak dapat hak yang setingkat.
Pantun 24
Awan tipis berarak pelan,
Disambut angin lembut berlagu.
Emansipasi bukan pemberontakan,
Tapi perjuangan untuk setara dan maju.
Pantun 25
Langit senja warna penuh keemasan,
Langkah pulang penuh arti.
Kartini tokoh kebangkitan,
Emansipasi warisan sejati.
Penulis: Lita Candra
Editor: Beni Jo