Menuju konten utama

Cara Menulis Kritik Karya Seni Rupa, Tujuan, dan Contohnya

Penciptaan karya seni rupa dan tulisan kritik seni tidak bisa dilepaskan. Lantas, bagaimana cara menulis kritik karya seni rupa? Bagaimana contohnya?

Cara Menulis Kritik Karya Seni Rupa, Tujuan, dan Contohnya
Pelajar memperhatikan lukisan yang dipajang pada pameran seni rupa bertajuk Pesona Khatulistiwa di Pontianak, Kalimantan Barat, Kamis (14/9/2023). ANTARA FOTO/Jessica Wuysang/Spt.

tirto.id - Kritik karya seni rupa adalah kegiatan yang dilakukan untuk menanggapi sebuah karya seni dengan tujuan menyoroti kelebihan dan kekurangannya. Evaluasi karya seni rupa ini berperan penting dalam menilai kualitas suatu karya seni dari berbagai segi.

Asal usul munculnya kritik seni berasal dari kebutuhan untuk memahami karya seni. Bermula dari tahap tersebut kemudian berkembang menjadi keinginan untuk mendapatkan kepuasan melalui diskusi tentang aspek-aspek yang ada di dalamnya.

Seiring dengan perkembangan dan tuntutan masyarakat terhadap seni, kritik seni–termasuk tujuan kritik karya seni rupa–mengalami perkembangan. Tujuannya adalah memenuhi berbagai fungsi sosial, termasuk peningkatan pemahaman dan apresiasi terhadap seni. Selain itu, kritik seni juga menjadi standar untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil seni.

Cara Menulis Kritik Karya Seni Rupa

Cara menulis kritik karya seni rupa dimulai dari tahap deskripsi, analisis formal, interpretasi, dan yang terakhir evaluasi atau penilaian. Dinukil dari buku Seni Budaya Kelas XII Semester 2 oleh Agus Budiman, dkk., berikut penjelasan mengenai cara menulis kritik karya seni rupa.

1. Deskripsi

Tahap pertama kritik seni adalah menyusun deskripsi. Pada tahap ini, kritikus mencatat dan mendeskripsikan karya seni tanpa melakukan analisis atau membuat kesimpulan. Untuk mendeskripsikan sebuah karya seni, seorang kritikus perlu memiliki pengetahuan tentang istilah teknis yang umum digunakan dalam seni rupa. Tanpa memahami istilah teknis umum dalam seni rupa, kritikus akan kesulitan mendeskripsikan karya secara detail.

2. Analisis

Tahap kedua dalam membuat kritik karya seni rupa ialah analisis. Tahapan ini melibatkan analisis struktur formal atau unsur-unsur pembentuk karya seni. Kritikus harus memahami unsur-unsur seni rupa dan prinsip-prinsip penataan atau penempatan dalam suatu karya seni rupa.

3. Interpretasi

Interpretasi adalah tahapan penafsiran makna karya seni rupa, mencakup tema, simbol, dan masalah-masalah yang ditekankan. Dalam membuat ruang interpretasi yang luas, penafsiran sangat dipengaruhi oleh sudut pandang dan wawasan kritikus.

4. Evaluasi atau penilaian

Tahap evaluasi atau penilaian adalah ciri khas kritik seni, di mana kritikus menentukan kualitas suatu karya seni dibandingkan dengan karya sejenis. Langkah-langkah evaluasi meliputi: mengaitkan karya seni rupa dengan karya sejenis; menetapkan tujuan atau fungsi karya seni rupa; menilai sejauh mana karya "menyimpang" dari yang telah ada; menelaah karya dari kebutuhan khusus dan pandangan tertentu yang melatarbelakanginya.

Contoh Kritik Karya Seni Rupa Singkat

Kritik karya seni rupa dipelajari dalam mata pelajaran seni rupa kelas 12. Dalam buku Seni Budaya Kelas XII Semester 2 oleh Agus Budiman, dkk., pun memuat beberapa contoh kritik karya seni rupa yang dapat dipelajari sebelum membuat kritik seni.

1. Contoh kritik karya seni rupa singkat pertama

Dikutip dari laman web resmi SMA Taruna Bakti, berikut contoh kritik karya seni rupa populer singkat terhadap lukisan berjudul "Andong Jogja" karya Affandi.

Lukisan cat minyak berjudul "Andong Jogja" karya Affandi yang dibuat pada tahun 1963. Affandi memang salah satu seniman Indonesia yang terkenal dengan gaya abstrak-ekspresionismenya. Garis-garis yang tidak beraturan pada karya ini pun merupakan salah satu ciri khasnya yang membuat kita langsung mengenali bahwa lukisan ini dibuat oleh Affandi.

Meski tidak ditampilkan secara gamblang, lukisan ini menggambarkan suasana hiruk-pikuk andong-andong (objek yang berwarna hitam) di suatu desa yang damai. Suasana sibuk hilir-mudik disampaikan melalui goresan garisnya yang tidak kaku sehingga andong terlihat sedang bergerak. Sedangkan suasana desa yang damai disampaikan melalui gambar objek pohon dan pagar (suasana perkebunan), warna coklat yang menandakan tanah (bukan aspal perkotaan), serta warna langit yang biru cerah.

Lukisan “Andong Jogja” dikatakan menarik karena dapat menampilkan suasana Indonesia dengan tepat, meski dalam bentuk abstrak. Warna langit biru yang tidak terlalu jernih, warna tanah yang kekuningan, betul-betul khas Indonesia. Akan lebih indah jika dilihat secara langsung, tidak melalui foto.

Akan tetapi jika dilihat dalam waktu lama, paduan warna yang kontras serta garis-garis yang melengkung tidak beraturan pada lukisan ini memberikan rasa tidak nyaman dan lelah. Seakan-akan kita melihat suatu kesibukan yang tidak akan pernah berakhir atau melihat pergolakan batin sang seniman terhadap kesibukan tersebut.

2. Contoh kritik karya seni rupa singkat yang kedua

Berikut contoh kritik karya seni rupa singkat lukisan berjudul “Deep Healing” karya Oktaviyani yang diulas oleh Refsi Monika Sari dan Sigit Wahyu Nugroho dalam Sungging: Jurnal Seni Rupa, Kriya, Desain dan Pembelajarannya Vol. 1, No. 1 (2022).

Deskripsi:

Lukisan Oktaviyani berjudul "Deep Healing" memiliki ukuran 250 x 200 cm dan dipamerkan di Jogja Galeri pada tahun 2021. Lukisan menampilkan sudut pandang dari atas dengan objek wajah dan tubuh manusia di permukaan air. Material benang ditambahkan untuk warna, tekstur, dan identitas. Warna primer yang dominan adalah biru, kuning, dan merah.

Analisis formal:

Lukisan memperhatikan elemen seni rupa seperti garis, bidang, warna, tekstur, dan gelap-terang. Garis ekspresif dari material benang menciptakan tekstur menarik. Bentuk wajah dan tubuh manusia ditampilkan dengan detail, sementara warna menciptakan kesan monokrom kebiruan.

Interpretasi:

"Deep Healing" diartikan sebagai "Penyembuhan Dalam," mencakup penyembuhan emosional, fisik, spiritual, atau finansial. Lukisan menggambarkan perjuangan mengatasi tekanan batin dan menciptakan keseimbangan internal. Figur manusia dengan ekspresi tertutup mencerminkan kecantikan, kepolosan, dan kepedihan.

Evaluasi:

Lukisan menciptakan kesan harmonis, menyatu, dan seimbang dengan tambahan benang kusut pada permukaan kanvas. Oktaviyani mencoba eksplorasi ekspresionis, namun karakter surealis tetap menonjol. Lukisan ini menuangkan kegelisahan dan kekacauan pribadi, dengan kesan warna dingin yang memberikan relaksasi pada jiwa.

Baca juga artikel terkait EDUKASI DAN AGAMA atau tulisan lainnya dari Umi Zuhriyah

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Umi Zuhriyah
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Fadli Nasrudin