Menuju konten utama

Benarkah Multitasking Dapat Menurunkan IQ? Ini Faktanya

Benarkah multitasking menurunkan IQ? Temukan fakta dan dampak negatif lainnya di sini, mulai dari penurunan produktivitas hingga potensi kerusakan otak.

Benarkah Multitasking Dapat Menurunkan IQ? Ini Faktanya
Ilustrasi Multitasking. FOTO/Istock

tirto.id - Multitasking sudah menjadi hal biasa dalam kehidupan sehari-hari, tapi hal ini justru dikabarkan berdampak buruk pada otak, khususnya IQ. Jadi, benarkan multitasking menurunkan IQ?

Multitasking berarti kegiatan melakukan dua atau lebih tugas secara bersamaan. Hal semacam ini sudah dianggap biasa, misalnya mengerjakan dokumen di laptop sambil berbicara dengan seseorang melalui telepon atau mengerjakan tugas sambil menonton TV.

Multitasking sering dianggap sebagai keterampilan penting yang bisa menghemat waktu dan terlihat produktif. Tentu saja tidak semua orang bisa melakukan multitasking, itulah kenapa orang yang bisa multitasking sering kali dianggap keren atau hebat.

Sekilas, multitasking terlihat sangat menguntungkan, tapi hal ini sebenarnya justru memiliki dampak negatif tersendiri. Salah satunya dikabarkan bisa memengaruhi otak dan menurunkan IQ.

Benarkah Multitasking Dapat Menurunkan IQ?

Ilustrasi IQ

Ilustrasi Intelligence Quotient. Getty Images/iStockphoto

Banyak orang bangga dengan kemampuan multitasking atau melakukan sejumlah pekerjaan dalam satu waktu. Namun, penelitian menunjukkan bahwa cara kerja seperti ini bisa menurunkan IQ.

Dilansir dari laman Brigham and Women's Faulkner Hospital, Dr. Glenn Wilson dari Institute of Psychiatry telah melakukan sebuah studi terkait hal ini. Studinya pun menunjukkan bahwa multitasking menurunkan IQ hingga 10 poin.

Turunnya 10 poin IQ ini setara dengan seseorang yang tidak tidur semalaman. Saat kurang tidur, tentunya kita tidak akan produktif, hal inilah yang terjadi ketika kita melakukan multitasking.

Namun, turunnya IQ ini diklaim hanya sementara. Otak bisa menjadi “cerdas” kembali apabila kita berhenti melakukan multitasking dan selalu fokus pada satu pekerjaan saja dalam satu waktu.

Studi tentang multitasking menurunkan IQ juga dilakukan oleh para peneliti di Universitas London dengan melibatkan beberapa partisipan. Penelitian menunjukkan bahwa multitasking tidak hanya memperlambat kerja otak, tapi juga menurunkan kecerdasan intelektual atau IQ secara signifikan.

Dalam studi ini, orang yang melakukan multitasking dan menjalani tes kognitif diketahui mengalami penurunan skor IQ setara dengan kondisi seseorang yang kurang tidur semalaman atau mengonsumsi ganja.

Bahkan pada pria, penurunan IQ akibat multitasking bisa mencapai 15 poin, kemampuan berpikirnya pun dianggap setara dengan anak berusia 8 tahun.

Artinya, multitasking bisa membuat otak bekerja jauh di bawah kapasitas normalnya sehingga kualitas pengambilan keputusan dan produktivitas menurun drastis.

Perlu dipahami, bahwa otak manusia tidak dirancang untuk multitasking. Kita tidak mungkin bisa fokus pada lebih dari satu tugas dalam waktu yang bersamaan.

Jadi, multitasking sejatinya bukan mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus, tapi hanya berpindah fokus dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain dengan sangat cepat. Hal inilah yang dianggap bisa memengaruhi otak, bahkan menimbulkan dampak negatif lainnya.

Dampak Lain dari Multitasking

Ilustrasi Multitasking

Ilustrasi Multitasking. foto/istockphoto

Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa multitasking menurunkan IQ seseorang, tapi ternyata masih ada beberapa dampak negatif lain yang harus diwaspadai. Berikut dampak lain yang bisa dialami seseorang yang sering multitasking dalam kesehariannya:

1. Menurunkan Produktivitas

Saat multitasking, otak kita sebenarnya hanya beralih dengan cepat dari satu tugas ke tugas lain. Saat melakukannya, ada biaya kognitif yang harus dibayar yang dikenal sebagai switching cost.

Saat berpindah dari satu tugas ke tugas lain, otak membutuhkan waktu untuk menyesuaikan fokus dan memuat kembali "aturan" yang relevan untuk tugas baru.

Proses ini menghabiskan energi dan memakan waktu sehingga total waktu yang dihabiskan untuk menyelesaikan semua tugas menjadi lebih lama daripada ketika kita mengerjakannya satu per satu.

Laman American Psychological Association (APA) juga menyebutkan bahwa produktivitas seseorang yang multitasking bisa menurun hingga 40%.

2. Menurunkan Kemampuan Kognitif

Dilansir dari Stanford Report, orang yang sering melakukan media multitasking (misalnya mengobrol lewat pesan instan sambil menonton TV dan mengerjakan tugas) ternyata tidak lebih unggul dibanding mereka yang fokus pada satu hal.

Awalnya, para peneliti menduga bahwa multitasker adalah orang yang lebih pintar mengatur fokus/perhatian, lebih kuat memorinya, atau lebih cepat berpindah antar-tugas. Namun, dari serangkaian uji coba, hasilnya justru sebaliknya.

Multitasker justru mudah terdistraksi oleh hal-hal tidak relevan, sulit mengingat informasi dengan rapi, dan lebih lambat berpindah fokus dibanding orang yang mengerjakan satu hal pada satu waktu.

Profesor Clifford Nass bahkan menyebut multitasker sebagai “suckers for irrelevancy”, artinya mereka mudah terjebak oleh hal-hal sepele atau tidak relevan di sekitar.

Otak mereka cenderung menyerap semua informasi sekaligus tanpa bisa memilah mana yang penting. Akibatnya, kinerja menurun karena energi mental habis terpecah belah.

Kesimpulannya, otak manusia memang tidak dirancang untuk memproses banyak informasi bersamaan. Multitasking bukanlah kelebihan, tapi justru melemahkan fokus, memori, dan kendali kognitif.

Ilustrasi Otak

Ilustrasi Otak. FOTO/iStockphoto

3. Berpotensi Merusak Otak

Studi sudah menunjukkan bahwa multitasking menurunkan IQ dan kendali kognitif. Kabar buruknya, gangguan kognitif ini diduga bukan bersifat sementara, tapi diduga berpotensi mengubah otak secara permanen.

Para peneliti dari University of Sussex pernah melakukan penelitian terkait hal ini. Mereka melakukan pemindaian MRI terhadap sejumlah orang yang sering multitasking dengan beberapa perangkat sekaligus (misalnya menonton TV sambil mengetik pesan di ponsel).

Hasilnya, orang yang sering multitasking memiliki kepadatan otak lebih rendah di bagian anterior cingulate cortex, yaitu area yang berperan penting dalam empati, kontrol emosi, dan kendali kognitif.

Para peneliti menekankan bahwa diperlukan lebih banyak studi untuk memastikan apakah multitasking benar-benar merusak otak. Meski demikian, hasil temuan ini tetap memberikan peringatan serius.

Kep Kee Loh, seorang ahli saraf dan pemimpin studi tersebut menyampaikan bahwa penting untuk menyadari bahwa cara kita berinteraksi dengan perangkat digital bisa jadi mengubah cara kita berpikir, bahkan mungkin sampai mengubah struktur otak itu sendiri.

4. Melakukan Banyak Kesalahan

Kualitas pekerjaan sering kali menurun saat kita melakukan banyak tugas sekaligus. Hal ini terjadi karena otak kita memang tidak mampu memproses dua hal secara bersamaan. Ketika kita tidak sepenuhnya fokus pada satu tugas, kita cenderung membuat lebih banyak kesalahan.

Pada akhirnya, kita justru harus mengulangi pekerjaan tersebut dan bisa membuang-buang lebih banyak waktu dan energi. Oleh karena itu, jika ingin menyelesaikan sesuatu dengan lebih cepat dan dengan hasil yang benar, strategi terbaik adalah fokus pada satu hal hingga selesai sebelum beralih ke tugas berikutnya.

Hal yang Perlu Dilakukan

Ilustrasi Bekerja

Ilustrasi Bekerja. FOTO/iStockphoto

Multitasking telah terbukti menurunkan IQ dan menimbulkan dampak negatif lainnya, maka satu-satunya hal yang bisa dilakukan adalah menghentikan kebiasaan multitasking dalam keseharian kita. Berikut hal yang bisa dicoba untuk mencegah dampak buruk multitasking:

1. Fokus pada Satu Tugas Utama

Usahakan untuk tidak membagi perhatian pada banyak pekerjaan sekaligus. Jika memang harus mengerjakan dua hal, kombinasikan aktivitas ringan yang bersifat otomatis (misalnya membersihkan rumah) dengan aktivitas yang membutuhkan konsentrasi lebih (misalnya berdiskusi).

2. Manajemen Waktu

Daripada multitasking alias sering berpindah tugas, cobalah menerapkan aturan fokus 20 menit. Tetapkan waktu sekitar 20 menit untuk benar-benar menyelesaikan satu pekerjaan sebelum beralih ke pekerjaan lain.

Bisa juga menggunakan teknik Pomodoro, yaitu fokus selama 25 menit, lalu istirahat selama 5 menit. Metode ini tak hanya membantu otak berkonsentrasi penuh pada satu tugas tertentu, tapi juga memberi kesempatan otak beristirahat sebelum beralih ke tugas lainnya.

3. Kurangi Distraksi

Saat melakukan satu pekerjaan, usahakan untuk mencari lingkungan yang kondusif, matikan notifikasi, atau aktifkan mode senyap pada perangkat agar tidak mudah terpecah fokus.

Atur jadwal khusus untuk mengecek email atau pesan. Hindari pula membuka banyak tab/media sosial saat sedang mengerjakan sesuatu yang membutuhkan konsentrasi.

4. Latih Kesadaran Penuh (Mindfulness)

Membiasakan mindfulness dalam rutinitas harian dapat membantu mengenali kapan kita terjebak multitasking. Latihan ini juga melatih kemampuan untuk hadir sepenuhnya pada satu aktivitas dalam satu waktu.

Latihan sederhana seperti menarik napas dalam, meditasi singkat, atau sekadar memberi jeda sebelum berpindah tugas dapat membantu otak tetap tenang, fokus, dan tidak mudah terdistraksi.

5. Beri Ruang untuk Istirahat

Otak kita bukanlah mesin yang bisa berjalan terus-menerus tanpa henti. Tidur cukup, berolahraga, atau sekadar jalan santai bisa membantu memulihkan energi sehingga fokus tetap terjaga.

Demikian penjelasan terkait multitasking menurunkan IQ, dampak negatif lain, serta apa saja yang harus dilakukan untuk mencegahnya. Dengan memahami bahwa otak kita sebenarnya lebih efektif saat fokus pada satu hal, kita bisa mulai mengubah kebiasaan kerja menjadi lebih terarah, tenang, dan produktif.

Mengurangi multitasking bukan mengurangi produktivitas. Sebaliknya, hal ini membantu menyelesaikan tugas dengan lebih cepat dan berkualitas sekaligus menjaga kesehatan mental dan otak dalam jangka panjang.

Temukan lebih banyak wawasan menarik dalam kumpulan artikel pilihan di KUERI. Klik tautan di bawah untuk membaca berbagai fakta penting yang bisa menambah pengetahuan sekaligus membantu Anda mengambil keputusan lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari.

Kumpulan Artikel Kueri

Baca juga artikel terkait IQ atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

tirto.id - Edusains
Kontributor: Erika Erilia
Penulis: Erika Erilia
Editor: Erika Erilia & Yulaika Ramadhani