tirto.id - Nikotin sering kali dikaitkan dengan rokok dan dianggap sebagai sumber penyakit. Namun, benarkah nikotin berbahaya? Ternyata, ada sisi lain dari nikotin yang tidak kita ketahui.
Nikotin Tidak Hanya dari Rokok
Nikotin tidak hanya terdapat pada rokok atau tanaman tembakau. Nikotin adalah senyawa alami yang mengandung nitrogen dan juga ditemukan pada tanaman seperti tomat, terong, kentang, dan paprika hijau. Meski kandungan tertinggi terdapat pada tembakau, nikotin sendiri memiliki efek positif terhadap fungsi otak.
Zat nikotin, mampu meningkatkan kemampuan kognisi jika berinteraksi dengan reseptor asetilkolin nikotinik (nAChR) di otak–yang berperan penting atas fungsi kognitif untuk perhatian, ingatan, dan pembelajaran.
Nikotin dan Kemampuan Kognitif: Apa Kata Ilmuwan?
Menurut ahli saraf dari Universitas Hospitals Case Medical Center, Dr. Peter Whitehouse, nikotin dapat merangsang saraf kolinergik–saraf yang terlibat untuk proses pembelajaran dan ingatan. Dr. Peter Whitehouse menyebutkan bahwa efek itu terutamanya ditunjukkan bagi otak yang mengidap Alzheimer. Menurutnya, pada penderita Alzheimer, di mana saraf kolinergik mengalami kerusakan, nikotin dapat mengaktifkan reseptor yang tersisa bahkan hingga melindungi saraf tersebut dari kerusakan yang lebih lanjut.
“Dengan mengaktifkan reseptor yang tersisa secara spesifik, nikotin dapat meningkatkan fungsi saraf yang masih hidup. Dan penelitian yang dilakukan pada sel menunjukkan bahwa nikotin bahkan dapat melindungi saraf dari penyakit Alzheimer,” ungkap Dr. Peter Whitehouse.

Pernyataan tersebut juga didukung oleh penelitian dari Georgetown University, University of Vermont, Vanderbilt University, dan Duke University Medical Center terbit di jurnal American Academy of Neurology yang menunjukkan bahwa nikotin dapat meningkatkan fokus dan konsentrasi, khususnya pada lansia dengan gangguan kognitif ringan (Mild Cognitive Impairment/MCI), yang merupakan tahap awal menuju demensia dan Alzheimer.
“Studi ilmiah menunjukkan, nikotin meningkatkan fokus dan konsentrasi. Jadi, masuk akal jika orang lanjut usia yang didiagnosis memiliki masalah ingatan juga dapat memperoleh manfaat dari penggunaan nikotin, stimulan otak dalam tembakau,” ungkap Ken Kellar, Profesor Farmakologi di GUMC, salah seorang peneliti.
Dalam studi ini, responden berusia rata-rata 76 tahun dibagi menjadi dua kelompok: satu menggunakan nicotine patch – plester nikotin, dan satu lagi menggunakan plester plasebo. Setelah enam bulan:
- Kelompok plester nikotin menunjukkan peningkatan 46% dalam tes daya ingat jangka panjang.
- Kelompok plasebo justru mengalami penurunan hingga 26%.
Melihat Nikotin dengan Lebih Objektif
Ternyata, meski nikotin kerap mendapat stigma negatif karena asosiasinya dengan rokok, penelitian ilmiah menunjukkan bahwa senyawa ini memiliki potensi manfaat bagi kesehatan otak, khususnya dalam meningkatkan fungsi kognitif dan memperlambat perkembangan Alzheimer.
Namun, penting untuk diingat bahwa manfaat nikotin tidak berarti kita bebas menggunakannya tanpa pertimbangan. Penggunaan nikotin harus dilakukan secara bijak—dan bukan sekadar zat yang dianggap harus dihindari.
Editor: Dwi Ayuningtyas
Masuk tirto.id


































