tirto.id - “Orang Merokok untuk Nikotin, tapi Mati karena TAR”
Ucapan Michael Russell, pelopor teori tobacco harm reduction, menyoroti perbedaan besar antara nikotin dan TAR dalam kaitannya dengan kesehatan. Banyak orang menganggap nikotin sebagai kandungan paling berbahaya di rokok. Padahal, ceritanya lebih kompleks dari itu.
Mengenal Nikotin Lebih Dekat
Secara kimiawi, nikotin adalah senyawa organik dari kelompok alkaloid. Ia hadir secara alami pada keluarga tanaman Solanaceae—termasuk tembakau, tomat, kentang, dan terong. Fakta menarik: penelitian Universitas Michigan mencatat nikotin juga ada di sayuran seperti kembang kol (3,8–16,8 ng/gr), terong (100 ng/gr), dan kentang (7,1 ng/gr).
“Ini yang belum banyak diketahui masyarakat, nikotin itu ada di tumbuh-tumbuhan, tembakau, dan bahkan contohnya sayuran,” terang studi dari Universitas Michigan.
Senyawa alkaloid tersebut memiliki efek candu dan bersifat stimulan ringan. Pada tubuh yang sehat, nikotin bahkan tidak memiliki efek yang signifikan.
Sebagai stimulan, nikotin dapat:
- Meningkatkan kewaspadaan dan fokus.
- Menajamkan memori dan konsentrasi.
- Memengaruhi suasana hati melalui pelepasan dopamin.
Penggunaan nikotin jangka panjang—misalnya lewat permen karet, pelega tenggorokan, inhaler, atau semprotan—telah diteliti pada manusia dan hewan.
Hasilnya:
- Tidak ditemukan zat karsinogen yang dihasilkan dari nikotin murni.
- Tidak meningkatkan risiko serangan jantung atau stroke, bahkan pada orang dengan riwayat penyakit jantung.

TAR: Sumber Bahaya Sebenarnya
Pada 1988, ahli bedah di AS mengklasifikasikan merokok sebagai aktivitas adiktif karena adanya nikotin. Namun, risiko kesehatan paling besar berasal dari TAR—zat kimia berbahaya yang terbentuk saat tembakau dibakar.
Sebuah penelitian menyimpulkan kandungan TAR rokok adalah faktor risiko independen yang signifikan terhadap batuk dan dahak kronis. Asap pembakaran juga menjadi faktor risiko yang signifikan untuk batuk dan dahak kronis. Sementara itu, gejala mengi dan dyspnea lebih terkait oleh asap rokok.
Selain itu, kandungan TAR pada rokok jugamempengaruhi perkembangan janin, secara signifikan meningkatkan risiko kanker tertentu, serangan jantung, stroke, dan memperparah kondisi orang dengan diabetes.
Alternatif untuk Mengurangi Risiko
Inovasi tobacco harm reduction memberi peluang untuk menurunkan risiko tanpa menghilangkan nikotin sepenuhnya.
- Public Health England (2015): produk tembakau yang dipanaskan menurunkan risiko kesehatan hingga 95% karena tidak menghasilkan TAR.
- Georgetown University Medical Center: transisi ke produk tembakau alternatif berpotensi mencegah 6,6 juta kematian dini di AS.
Bedakan Nikotin dari TAR
Nikotin adalah zat adiktif dengan efek stimulan, tetapi bukan penyebab utama kanker atau penyakit paru-paru. TAR, hasil pembakaran tembakau, adalah sumber risiko sebenarnya. Inovasi pada produk tembakau alternatif berpotensi menjadi solusi komplementer bagi pemerintah untuk mengatasi masalah kesehatan akibat merokok di Indonesia.
Editor: Nuran Wibisono
Masuk tirto.id


































