Menuju konten utama

Banyak Ikan Paus Terdampar & Mati di NTT, Apa Penyebabnya?

Ikan Paus banyak ditemukan terdampar & mati di NTT. Apa penyebabnya? Simak faktor-faktor yang membuat ikan paus mati dan terdampar di pantai.

Banyak Ikan Paus Terdampar & Mati di NTT, Apa Penyebabnya?
Petugas dari berbagai komponen dibantu warga berupaya mengevakuasi ikan paus yang terdampar di Pantai Ujong Kareung, Aceh Besar, Aceh, Senin (13/11/2017). ANTARA FOTO/Irwansyah Putra

tirto.id - Sejumlah ikan paus terdampar di Pantai Liliweri, Kecamatan Pureman, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT). Fenomena seperti ini sudah sering terjadi di Indonesia. Lalu apa yang menjadi penyebab paus sampai terdampar di pantai?

Kepala Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) NTT di Alor, Saleh Goro, mengungkapkan bahwa setidaknya 17 ekor paus mati terdampar di Pantai Liliweri. Mamalia ini diketahui termasuk jenis paus pilot (Globicephala macrorhynchus).

"Jadi yang benar setelah dicek kebenarannya hanya ada 17 ekor paus pilot yang ditemukan terdampar dan mati dari informasi sebelumnya ada 50 ekor yang terdampar," kata Kepala Cabang DKP NTT, seperti dikutip Antaranews, pada Minggu, 8 September 2024.

Tim DKP dan aparat kepolisian menyebutkan paus sudah dalam kondisi terapung dan mati saat pertama kali ditemukan. Masing-masing paus terdampar dengan jarak 10-15 meter dan ditemukan banyak bekas luka di tubuhnya.

Saat ini, seluruh paus yang mati terdampar telah dikuburkan warga setempat. Sebelumnya, tim DKP sudah mengambil sampel bangkai paus untuk dilakukan penelitian terkait penyebab kematian.

Penyebab Ikan Paus Terdampar

Peristiwa ikan paus terdampar dan mati di pantai bukan hal yang baru lantaran beberapa beberapa kali sudah terjadi di Indonesia.

Pada 2021, seekor paus jenis paus sperma (Physeter macrocephalus) ditemukan mati terdampar oleh nelayan di pantai sekitar Pelabuhan Waikelo, Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur.

Paus dengan jenis kelamin jantan itu memiliki panjang total 5,8 meter dengan lingkar badan 2,98 meter dan lebar ekor 1,8 meter. Beberapa luka semacam luka tusuk 22 lokasi ditemukan di seluruh tubuh. Dua di antaranya di sekitar lubang nafas.

Masyarakat juga pernah menemukan ikan paus berukuran 10 meter terdampar di Pantai Kelurahan Seli, di Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara, pada bulan Juni 2023.

Sebelumnya, Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang juga pernah melaporkan 10 ekor mamalia jenis paus terdampar di tiga lokasi berbeda di Nusa Tenggara Timur pada April 2023.

Rinciannya terdiri dari satu ekor paus jenis Paus Sperma masing-masing di Kota Kupang dan Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU).

Lalu delapan ekor di Kabupaten Sabu Raijua. Jenisnya paus Kepala Melon atau Melon Headed Whale (Peponocephala electra). Dua ekor dalam keadaan mati dan membusuk. Enam lainnya masih hidup dan dilepaskan ke laut.

Ikan paus bisa terdampar dan mati di pantai disebabkan karena sejumlah faktor yang bersifat alami hingga ulah manusia. Berikut adalah beberapa faktor penyebab secara umum:

1. Upwelling

Salah satu faktor penyebab paus terdampar adalah upwelling. Upwelling adalah fenomena pengadukan atau pergerakan air laut. Air laut dalam yang dingin akan naik ke permukaan yang lebih hangat. Upwelling sering terjadi di laut terbuka dan garis pantai.

Peristiwa ini membuat permukaan laut menjadi lebih ‘subur’ sehingga menjadi jalur ikan paus sekaligus tempat mereka mencari makan. Namun, wilayah pantai bukan tempat yang cocok bagi paus karena mereka sudah terbiasa hidup di laut dalam.

2. Topografi

Penyebab paus terdampar lainnya termasuk topografi pantai. Pantai yang terlalu dangkal bisa menjadi perangkap ikan paus. Ada beberapa alasan yang membuat paus berenang menuju pantai. Mulai salah navigasi hingga mengejar mangsa.

Namun, ketika tiba di pantai yang lebih dangkal, paus sulit melakukan navigasi karena kemampuan ekolokasi memang dirancang untuk digunakan di perairan yang lebih dalam. Sebelum sempat kembali ke laut dalam, paus terperangkap akibat pergerakan pasang surut air laut hingga membuat terdampar di pantai.

OTOPSI PAUS YANG MATI TERDAMPAR

Alat berat mengangkat ikan paus yang mati untuk proses otopsi dan penguburan di pantai Ujong Kareung, Aceh Besar, Aceh, Selasa (14/11/2017). ANTARA FOTO/Irwansyah Putra

3. Penyebab alami

Ada beberapa faktor alami yang bisa membuat paus terdampar. Di antaranya karena dalam kondisi sakit, sudah tua, dan terluka. Dalam kondisi seperti ini, paus akan menjadi sangat lemah, mengalami disorientasi, dan kesulitan mengikuti kelompok.

Mereka umumnya sudah tidak kuat lagi menahan arus laut yang begitu kuat. Hal inilah yang kemudian membuat hanyut terbawa arus hingga sampai ke wilayah pesisir dan terdampar.

4. Polusi suara

Paus pilot menggunakan suara untuk berkomunikasi dan melakukan navigasi. Polusi suara bisa sangat mengganggu. Misalnya sinyal suara sonar angkatan laut dan survei seismik.

Paus termasuk spesies laut yang rentan terhadap sonar, bahkan meskipun jaraknya sangat jauh hingga puluhan kilometer. Polusi suara bisa jadi menghambat paus untuk berkomunikasi dan bernavigasi sehingga membuat kebingungan. Mengingat suara merambat lebih cepat di dalam air, suara diduga bisa menyebabkan cedera pada telinga paus.

5. Mengikuti pemimpin kelompok

Paus memiliki perilaku seperti kawanan atau mengikuti pemimpin kelompok. Faktor ini dapat menjadi salah satu faktor kenapa paus yang terdampar selalu ditemukan dalam jumlah banyak.

6. Ulah manusia

Ulah manusia secara tidak langsung bisa membuat paus terdampar dan mati di pantai. Sebagai contoh adalah manusia telah berburu hewan-hewan laut yang menjadi sumber makanan paus. Demi mendapatkan makanan, paus pun mengembara hingga sampai ke wilayah pantai yang justru menjebak.

Contoh lainnya yaitu pencemaran laut seperti limbah kimia dan plastik. Ini bisa membuat paus menjadi sakit. Paus juga berpotensi mengalami cedera akibat tertabrak kapal laut sehingga membuat terombang-ambing sampai ke pantai.

Baca juga artikel terkait IKAN PAUS atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

tirto.id - Edusains
Kontributor: Erika Erilia
Penulis: Erika Erilia
Editor: Beni Jo & Yulaika Ramadhani