Menuju konten utama

Apa Itu Anemia Defisiensi Besi (ADB) Anak & Cara Pengobatannya?

Apa Itu anemia defisiensi besi anak & cara pengobatannya? Simak penjelasannya.

Apa Itu Anemia Defisiensi Besi (ADB) Anak & Cara Pengobatannya?
Ilustrasi anemia. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Anemia defisiensi besi menjadi salah satu penyakit yang banyak dijumpai di dunia, terutama negara berkembang. Apa Itu anemia defisiensi besi anak & cara pengobatannya?

Anemia defisiensi besi rentang dialami oleh anak-anak. Kondisi tersebut memiliki dampak yang signifikan pada perkembangan anak, baik secara fisik maupun kognitif. Kondisi tersebut rentan dialami oleh anak dengan kelahiran prematur, kekurangan asupan nutrisi, memiliki penyakit kronis hingga obesitas.

Ciri umum anak dengan kondisi tersebut ialah terlihat pucat, rewel, denyut jantung yang cepat, dan berkunang-kunang. Meski demikian, terdapat beberapa cara untuk mengobati anemia defisiensi besi.

Apa Itu Anemia Defisiensi Besi pada Anak?

Anemia defisiensi besi adalah salah satu jenis anemia yang terjadi akibat tubuh kekurangan zat besi. Bagi tubuh, zat besi berfungsi untuk menghasilkan hemoglobin. Sementara itu, hemoglobin merupakan protein yang mengangkut oksigen untuk disebarkan ke seluruh jaringan tubuh.

Jika produksi hemoglobin (Hb) berkurang, maka pasokan oksigen dalam darah berkurang. Sehingga tubuh tidak mendapat oksigen yang cukup. Hal ini yang menyebabkan anak mudah lelah, lemas, bahkan sesak napas.

Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2022, angka kejadian anemia defisiensi besi berkisar 40-50%. Jumlah tersebut terdiri dari 48,1% pada kelompok usia balita dan 47,3% pada kelompok usia anak sekolah.

Sementara itu, penyebab anemia defisiensi besi dapat berbeda-beda tergantung pada usia anak. Penyebab anemia defisiensi besi bagi bayi kurang 1 tahun biasanya karena berat lahir rendah, prematur, atau lahir kembar. Selain itu, bayi dengan susu formula yang rendah besi juga dapat memicu terjadinya anemia defisiensi besi.

Kemudian, anemia defisiensi besi pada anak umur 2-5 tahun dapat terjadi karena obesitas, minum susu berlebih atau adanya pendarahan. Bagi anak umur 5 tahun hingga remaja yang mengalami anemia defisiensi besi terjadi karena menstruasi berlebihan dan pendarahan lainnya.

Anak dengan kondisi anemia defisiensi besi beresiko mengalami masalah kognitif. Hal ini berdampak pada perkembangan kecerdasan, pertumbuhan, dan fungsi otot.

Anak cenderung lemas, cepat merasa lelah, dan sulit berkonsentrasi. Selain itu, sistem kekebalan tubuh pada anak mudah menurun yang berakibat pada meningkatkan terjadinya infeksi. Dalam dunia kedokteran, anemia defisiensi besi termasuk dalam stadium III kekurangan zat besi.

Melansir laman Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta, kebutuhan zat besi pada anak disesuaikan dengan usianya. Berikut rincian kebutuhan zat besi pada anak:

  • 7-12 Bulan: 11 mg
  • 1-3 Tahun: 7 mg
  • 4-8 Tahun: 10 mg
  • 9-13 Tahun: 8 mg
  • 14-18 Tahun (Perempuan): 15 mg
  • 14-18 Tahun (Laki-laki): 11 mg

Cara Pengobatan Anemia Defisiensi Besi

Pengobatan Anemia Defisiensi Besi (ADB) dapat dilakukan dengan mengatasi faktor penyebabnya yaitu dengan menelaah riwayat nutrisi dan kelahiran, adanya perdarahan yang abnormal, dan pasca pembedahan. Bagi anak yang mengalami ADB ringan, dapat melakukan pengobatan dengan berobat jalan.

Berobat jalan tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan asupan makanan kaya besi dan mengonsumsi suplementasi besi oral, misalnya ferrous sulfate, ferrous fumarate, atau ferrous glukonat.

Mengutip laman Ikatan Dokter Anka Indonesia (IDEA), berikut cara pengobatan ADB:

  • Mengonsumsi besi elemental.
  • Pemberian vitamin C 2X50 mg/hari untuk meningkatkan absorbsi besi.
  • Pemberian asam folat 2X 5-10 mg/hari untuk meningkatkan aktifitas eritropoiesis
  • Hindari makanan yang menghambat absorpsi besi seperti teh, susu murni, kuning telur, serat dan obat seperti antasida dan kloramfenikol.
  • Perbanyak minum untuk mencegah terjadinya konstipasi.

Baca juga artikel terkait ANEMIA atau tulisan lainnya dari Sarah Rahma Agustin

tirto.id - Edusains
Kontributor: Sarah Rahma Agustin
Penulis: Sarah Rahma Agustin
Editor: Beni Jo