tirto.id - Penyakit poliomielitis atau biasa disebut polio adalah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh virus yang sangat menular.
Menurut laman Kementerian Kesehatan, virus polio masuk dalam golongan Human Enterovirus. Virus ini bereplikasi di usus dan dikeluarkan melalui tinja.
Virus polio ini memiliki tiga strain, yaitu strain-1 (Brunhilde), strain-2 (Lansig), dan strain-3 (Leon). Virus ini masuk dalam family Picornaviridae.
Anak yang terkena virus polio bisa mengalami kelumpuhan dengan kerusakan motor neuron pada cornu anterior dari sumsum tulang belakang.
Gejala Poliomielitis
Menurut situs WHO, masa inkubasi virus polio biasanya berkisar antara 7-10 hari. Namun, juga bisa berkisar antara antara 4-35 hari.
Hingga 90% orang yang terinfeksi polio tidak mengalami gejala, atau mengalami gejala ringan. Bahkan, banyak juga yang gejala-gejalanya tidak bisa dikenali.
Oleh karena itu, sebagai orang tua, Anda harus cermat dengan sejumlah gejala awal polio yang mungkin saja bisa mengenai buah hati Anda, seperti:
- Demam
- Kelelahan
- Sakit kepala
- Muntah
- Kaku pada leher
- Nyeri pada tungkai
Namun, pada sejumlah kasus, anak yang mengalami gejala polio ini juga bisa mengalami kelumpuhan. Biasanya, kelumpuhan itu terjadi pada kaki, dan seringkali bersifat permanen.
Kelumpuhan bisa terjadi sangat cepat setelah seseorang terinfeksi virus polio. Sekitar 5-10% yang mengalami kelumpuhan, akan meninggal saat otot pernapasannya tidak bisa bergerak.
Penyebab dan Penyebaran Poliomielitis
Penyakit poliomielitis disebabkan oleh virus polio yang amat menular.
Masih dikutip situs Kemenkes, virus polio disebarkan melalui kontak dari orang ke orang.
Ketika seorang anak terinfeksi virus polio, maka virus akan masuk ke dalam tubuh melalui mulut dan berkembang biak di usus.
Virus ini akan disebarkan ke lingkungan melalui feses. Akhirnya, virus itu akan menyebar dengan cepat, terutama di daerah-daerah yang kebersihan dan sanitasinya amat buruk.
Virus polio ini juga akan menyebar lewat makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh feses.
Selain itu, lalat juga terbukti secara pasif dapat memindahkan virus polio dari feses ke makanan.
Pencegahan Poliomielitis
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, polio tidak bisa disembuhkan. Penyakit ini hanya bisa dicegah melalui imunisasi.
Vaksin polio harus diberikan berkali-kali, agar seorang anak dapat terlindungi seumur hidupnya.
Selain itu, pencegahan penularan virus polio juga bisa dilakukan melalui penggunaan masker bagi yang sakit maupun yang sehat.
Termasuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan (fecal-oral) dan pengendalian infeksi virus polio, yaitu dengan mengampanyekan buang air besar di jamban dan mengalirkannya ke septic tank, bisa jadi cara ampuh untuk mencegah penyebaran virus polio.
Pencegahan Polio dengan Vaksin Polio
Pencegahan penyakit polio dengan vaksin, sebaiknya dilakukan setelah bayi lahir, demikian seperti dilansir dari Biofarma.
Apabila bayi lahir di fasilitas kesehatan, maka bayi sebaiknya berikan vaksin bOPV-0 (Bivalent Oral Polio Vaccine) saat bayi pulang atau pada kunjungan pertama.
Selanjutnya, bayi bisa diberikan vaksin bOPV (Bivalent Oral Polio Vaccine) atau vaksin IPV (Inactivated Polio Vaccine) bersama vaksin DTwP (Difteri, Tetanus, Pertussis whole-cell) atau vaksin DTaP (Difteri, Tetanus, Pertussis aselular).
Vaksin IPV minimal diberikan 2 kali sebelum bayi berumur 1 tahun bersama vaksin DTwP atau vaksin DTaP.
Penulis: Lucia Dianawuri
Editor: Dhita Koesno