Menuju konten utama

Benarkah Ada KLB Polio Jawa Barat & Penjelasan Lengkapnya?

KLB polio Jawa Barat terjadi pada seorang balita perempuan di Purwakarta, berikut penjelasan lengkap mengenai penyakit dan faktor risiko KLB.

Benarkah Ada KLB Polio Jawa Barat & Penjelasan Lengkapnya?
Tenaga kesehatan memberikan imunisasi polio kepada seorang balita di Puskesmas Dago, Bandung, Jawa Barat, Senin (21/11/2022). Kementerian Kesehatan mendeklarasikan Kejadian Luar Biasa (KLB) polio menyusul penemuan satu kasus polio tipe 2 di Aceh. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/aww.

tirto.id - Kasus luar biasa (KLB) polio Jawa Barat (Jabar) benar terjadi di Purwakarta baru-baru ini. Hal ini dikonfirmasi langsung oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Purwakarta yang menemukan kasus polio pada seorang balita perempuan pada Maret 2023.

Dikutip dari rilis Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar), balita tersebut berusia 4 tahun 5 bulan yang merupakan warga Kampung Cadas Bodas, Desa Tegal Datar, Kecamatan Maniis, Purwakarta.

KLB polio Jabar ini terjadi hanya berselang lima bulan setelah temuan KLB polio di Kabupaten Pidie, Aceh pada November lalu. Kasus polio di Aceh ini merupakan kasus polio pertama di Indonesia setelah delapan tahun dinyatakan bebas polio.

Akibat temuan kasus polio ini, Pemprov Jabar akan melaksanakan screening sampel tinja balita di wilayah setempat dan vaksinasi polio serentak mulai hari ini, Senin (3/4/2023). Ini merupakan prosedur yang sama setelah KLB polio di Aceh 2022 lalu.

Penjelasan Lengkap KLB Polio Jawa Barat

Masih berdasarkan keterangan dari Pemprov Jabar, temuan KLB polio di Purwakarta berawal dari laporan kasus lumpuh layu pada balita berusia 4 tahun 5 bulan.

Menyusul laporan tersebut, Dinkes Purwakarta melakukan pemeriksaan dengan mengirimkan sampel tinja dari balita tersebut pada 14 Maret 2023.

Kemudian, di tanggal 26 Maret 2023 ditemukan bahwa hasil pemeriksaan sampel positif virus polio tipe 2 VDVP. Hal ini merupakan kasus polio pertama di Jabar setelah dinyatakan bebas polio delapan tahun sebelumnya.

Akibatnya, pemerintah setempat menetapkan status temuan kasus polio ini sebagai KLB. Selanjutnya, atas rekomendasi tim ahli otoritas setempat mulai melakukan screening atau pemeriksaan terhadap anak-anak yang sehat di desa tersebut.

Ini dilakukan dengan cara menggambil sampel tinja dari 30 anak sehat di Desa Tegal Datar untuk melihat apakah sudah ada sirkulasi virus dan terpapar pada anak sekitar tetapi tidak sakit.

Selain screening, Pemprov Jabar juga akan menyelenggarakan vaksinasi polio dalam dua tahap. Tahap pertama dijadwalkan pada 3-15 April 2023, sedangkan tahap kedua pada 15-27 Mei 2023.

Pemerintah setidaknya akan menargetkan 3,9 juta balita usia 0-59 bulan untuk menerima vaksinasi polio di Jabar selama periode tersebut.

"Harus full dua tahap agar tuntas melindungi balita. Sedikitnya 95 persen dari target di Jabar, yakni 3,9 juta balita harus tercapai," kata Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi Jabar Rochady HS.

Mengenal Penyakit Polio

Penyakit polio atau yang disebut juga dengan lumpuh layu adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus polio. Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) virus polio termasuk dalam golongan Human Enterovirus.

Virus ini menyerang anak-anak dan dewasa dengan cara menginfeksi tenggorokan dan usus. Hal inilah yang menyebabkan gejala awal infeksi polio mirip seperti flu.

Seiring berjalannya waktu, virus polio dapat menyebar ke organ-organ lain ke paru-paru hingga otak sehingga memicu kelumpuhan. Kelumpuhan akibat polio tidak bisa diobati alias kondisi yang permanen.

Pengobatan yang tersedia saat ini digunakan untuk meringankan gejala, seperti obat untuk mengendurkan otot sehingga dapat mendukung mobilitas.

Umumnya, penderita yang terinfeksi virus polio akan mengalami gejala yang mirip dengan flu dalam setidaknya selama 2 sampai 10 hari, seperti:

  • demam;
  • sakit tenggorokan;
  • sakit kepala;
  • muntah;
  • kelelahan;
  • sakit punggung atau kaku;
  • nyeri atau kekakuan leher;
  • nyeri atau kaku pada lengan atau kaki;
  • kelemahan atau kelembutan otot.

Gejala kemudian dapat memburuk seiring berjalannya waktu ditandai dengan gangguan saraf yang memicu gejala berikut:

  • kehilangan refleks;
  • kelemahan dan nyeri otot atau sendi yang progresif;
  • lemas;
  • pengecilan otot (atrofi);
  • masalah pernapasan atau menelan;
  • gangguan pernapasan terkait tidur, sepertisleep apnea;
  • penurunan toleransi suhu dingin.

Faktor Risiko yang Memicu KLB Polio

KLB polio yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia saat ini bisa dipicu oleh penularan virus polio. Penularan polio bisa terjadi akibat kontak dari orang ke orang.

Penderita polio yang terinfeksi virus akan mengembangkan virusnya di dalam tubuh dan berkembang di usus. Virus ini kemudian terbuang ke lingkungan melalui feses dan menyebar dengan cepat di komunitas yang memiliki sistem sanitasi buruk.

Selain itu, dikutip dari Antara ada beberapa faktor risiko lain yang memicu KLB polio di masyarakat, termasuk:

  • Data cakupan imunisasi polio, di tingkat puskesmas, desa/kelurahan terjangkit dan desa/kelurahan sekitar berisiko selama 3-5 tahun terakhir.
  • Menurunnya tata laksana vaksin polio.
  • Status gizi masyarakat rendah.
  • Daerah kumuh atau padat atau daerah pengungsi.
  • Mobilitas penduduk dari dan ke daerah endemis poliomyelitis.
  • Sensitivitas Surveilans AFP yang kurang baik.
  • Balita mengalami kontak dengan orang serumah dan/atau sepermainan yang dikonfirmasi lumpuh layu tiga bulan terakhir.

Baca juga artikel terkait KLB POLIO JAWA BARAT atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Yantina Debora