Menuju konten utama

Mengenal Polio: Virus, Vaksin, dan Pencegahannya dengan Imunisasi

Anak-anak harus diberikan empat dosis vaksin polio, yaitu pada saat mereka berusia 2 bulan, 4 bulan, antara 6–18 bulan, dan yang terakhir adalah pada usia antara 4-6 tahun.

Mengenal Polio: Virus, Vaksin, dan Pencegahannya dengan Imunisasi
Seorang bayi menangis ketika disuntik dengan vaksin polio di salah satu Posyandu di Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (2/2). Mulai 2017 ini, Kementerian Kesehatan menghentikan pemberian vaksin polio kepada bayi dengan cara tetes dan diganti dengan sistem injeksi atau suntik karena lebih aman dan menjamin tidak ada virus polio liar di lingkungan penerima vaksin. ANTARAFOTO/Basri Marzuki/pd/17

tirto.id - Pemerintah mewaspadai kemungkinan penularan virus polio dari negara tetangga Papua Nugini, yang sedang menghadapi kejadian luar biasa (KLB) penyakit polio.

Sejak awal tahun 2014, WHO (World Health Organization) telah menyatakan Indonesia sebagai salah satu negara yang bebas dari penyakit ini berkat program vaksinasi polio yang luas, bersama dengan negara lainnya di Asia Tenggara, Pasifik Barat, Eropa, dan Amerika.

"Untuk polio, Indonesia sudah bebas. Tapi tentu harus hati-hati karena di Papua Nugini sedang terjadi KLB," kata Menteri Kesehatan Nila Moeloek di Jakarta, Selasa (23/10/2018) dilansir Antara.

Nila menjelaskan, 70 juta anak usia di bawah 15 tahun sudah mendapat perlindungan dari vaksinasi polio di Indonesia. Sementara vaksin polio sudah termasuk dalam program imunisasi dasar lengkap yang diberikan pada bayi.

Polio adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh Poliovirus. Penyakit ini menyerang sistem saraf, dan dapat menyebabkan kelumpuhan total dalam hitungan jam.

Virus Polio disebarkan dari orang ke orang, terutama melalui jalur feses ke mulut. Virus masuk ke dalam tubuh melalui jalur oral sampai akhirnya menyerang sistem saraf pusat. Virus ini dikatakan terutama berdampak pada anak-anak.

Masa inkubasi virus polio biasanya 7 – 14 hari, dengan rentang waktu 3 – 35 hari.

Polio menyebabkan demam, sakit kepala, muntah, sakit perut, nyeri otot, leher dan punggung kaku, serta kelumpuhan. Sebagian besar pasien akan pulih, tapi pada kasus yang parah, polio dapat menyebabkan cacat permanen hingga kematian.

Data WHO menunjukkan 1 dari 200 infeksi menyebabkan kelumpuhan ireversibel (biasanya di kaki). Di antara mereka yang lumpuh, 5 persen hingga 10 persen meninggal ketika otot-otot pernapasan mereka menjadi tidak bisa bergerak.

Vaksinasi merupakan tindakan yang paling efektif dalam mencegah polio. Ada dua jenis vaksin polio: vaksin polio oral yang dimasukkan melalui mulut dan Vaksin Polio Inaktif (IPV) yang diberikan melalui suntikan. IPV sudah digunakan di Program Imunisasi Anak Hong Kong sejak tahun 2007.

Vaksin polio memiliki kemungkinan hampir 100 persen secara efektif mencegah polio setelah tiga kali penyuntikan, dan aman bagi orang yang sistem kekebalan tubuhnya lemah.

Efek samping yang umumnya terjadi setelah pemberian suntikan adalah rasa sakit dan kemerahan pada titik penyuntikan.

Anak-anak harus diberikan empat dosis vaksin polio, yaitu pada saat mereka berusia 2 bulan, 4 bulan, antara 6–18 bulan, dan yang terakhir adalah pada usia antara 4-6 tahun.

Selain anak-anak, orang dewasa juga dianjurkan mendapatkan serangkaian vaksin polio apabila mereka belum pernah divaksinasi atau status vaksinasinya tidak jelas.

Dosis vaksinasi polio pada orang dewasa adalah dua dosis pertama dengan jarak waktu antara 4-8 bulan, dan dosis ketiga antara 6-12 bulan setelah pemberian dosis kedua.

Selain itu, vaksinasi pada orang dewasa juga diperlukan jika akan berpergian ke negara dengan kasus polio aktif atau berinteraksi dengan penderita polio.

Baca juga artikel terkait POLIO atau tulisan lainnya dari Nuraini Ika

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Nuraini Ika
Editor: Yulaika Ramadhani