tirto.id - Penyintas polio, Paul Alexander, yang dikenal luas karena pakai iron lung atau paru-paru besi, wafat di usianya yang ke-78 tahun pada Senin, 11 Maret 2024 di Rumah Sakit Dallas.
Kabar duka ini dikonfirmasi oleh saudaranya, Philip Alexander, dalam sebuah postingan Facebook. Dalam postingan tersebut Philip tidak mengungkap penyebab kematian dari Paul.
"Merupakan suatu kehormatan untuk menjadi bagian dari kehidupan seseorang yang dikagumi seperti dia. Dia menyentuh dan menginspirasi jutaan orang dan itu tidak berlebihan," tulis Philip Alexander dalam sebuah postingan pada hari Selasa dikutip Reuters.
Philip Alexander, mengenang saudranya sebagai seorang yang "ramah dan hangat", dengan "senyum lebar" yang langsung membuat orang merasa nyaman.
"Dia hanyalah seorang saudara yang normal bagi saya. Kami bertengkar, kami bermain, kami mencintai, kami berpesta, kami pergi ke konser bersama, dia hanya seorang saudara yang normal," katanya kepada BBC.
Philip mengatakan bahwa dia mengagumi betapa mandiri kakaknya, bahkan ketika dia menghadapi penyakit yang membuatnya tidak bisa melakukan tugas sehari-hari seperti makan sendiri.
"Dia adalah penguasa di wilayahnya, membantu orang lain untuk membantunya," tambah Philip.
Kesehatan Paul memburuk dalam beberapa minggu terakhir dan kedua bersaudara ini menghabiskan hari-hari terakhirnya bersama, berbagi es krim.
"Merupakan suatu kehormatan bisa menemaninya di saat-saat terakhirnya," kata Philip.
Sementara itu, AP News melaporkan, seorang teman lama Paul, Daniel Spinks, mengatakan bahwa Paul Alexander baru-baru ini dirawat di rumah sakit setelah didiagnosis terkena Covid-19, tetapi dia juga tidak mengetahui penyebab pasti meninggalnya Paul.
Kisah Paul Alexander Gunakan Iron Lung Sampai Wafat
Paul Richard Alexander lahir pada 30 Januari 1946, dia diagnosa terkena penyakit polio pada 1952 di usianya yang ke-6 tahun.
Polio membuatnya lumpuh dari leher ke bawah, dan dia harus menggunakan paru-paru besi atau iron lung untuk bernapas secara mandiri.
Iron lung adalah sebuah tabung silinder yang membungkus tubuh Paul Alexander dari bawah hingga ke leher selama 70 tahun sampai dia wafat.
Iron lung yang awal dia gunakan disebut dengan “kuda besi tua” atau “old iron horse”, yang memungkinkan Paul untuk bernapas.
Alat tersebut membantu menyedot udara keluar dari silinder, memaksa paru-parunya mengembang dan menghirup udara. Ketika udara dimasukkan kembali, proses yang sama secara terbalik membuat paru-parunya mengempis.
Setelah bertahun-tahun, Paul Alexander akhirnya belajar untuk bernapas sendiri sehingga ia dapat meninggalkan paru-parunya untuk waktu yang singkat.
Seperti kebanyakan penderita polio yang ditempatkan di paru-paru besi, dia tidak diharapkan untuk bertahan hidup lama. Tapi dia hidup selama beberapa dekade, jauh setelah penemuan vaksin polio pada tahun 1950-an yang berhasil membasmi penyakit ini di dunia Barat.
Kemajuan dalam dunia kedokteran membuat paru-paru besi mulai ditinggalkan pada tahun 1960-an, digantikan oleh ventilator. Namun, Paul Alexander tetap tinggal di dalam silinder karena, katanya, dia sudah terbiasa.
Dia diakui oleh Guinness World Records sebagai orang yang hidup paling lama dengan paru-paru besi.
Meski dengan segala keterbatasan gerak yang dimilikinya, Paul Alexander berhasil lulus dari sekolah menengah atas, kemudian kuliah di Southern Methodist University.
Pada tahun 1984, ia meraih gelar sarjana hukum dari University of Texas di Austin. Diakui sebagai pengacara dua tahun kemudian, ia berpraktik sebagai pengacara selama beberapa dekade.
Paul Alexander pernah merilis sebuah memoar pada tahun 2020 berjudul Three Minutes for a Dog: My Life in an Iron Lung, kabarnya dia membutuhkan waktu delapan tahun untuk menulis dengan menggunakan tongkat plastik untuk mengetik di atas papan ketik dan mendiktekannya kepada seorang teman.
Paul Alexander memulai akun TikTok pada Januari 2024, di mana ia mengunggah video yang membahas kehidupannya. Dia memiliki lebih dari 330.000 pengikut pada saat kematiannya.
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Dipna Videlia Putsanra