Menuju konten utama

5 Contoh Kultum Tentang Menjaga Lisan, Cocok untuk Pengajian

Temukan 5 contoh kultum tentang menjaga lisan yang singkat dan penuh makna, lengkap dengan dalil serta penjelasan pentingnya menjaga lisan dalam kehidupan.

5 Contoh Kultum Tentang Menjaga Lisan, Cocok untuk Pengajian
Ilustrasi Kultum. foto/IStockphtho

tirto.id - Kultum tentang menjaga lisan menjadi salah satu tema yang banyak dipilih dalam berbagai kesempatan, terutama saat menyampaikan kultum atau kuliah tujuh menit.

Kultum menjaga lisan secara umum mengajarkan tentang pentingnya menjaga perkataan agar tidak menyakiti orang lain dan tetap dalam koridor kebaikan sesuai tuntunan agama.

Membawakan kultum menjaga lisan sangat relevan karena berbicara adalah aktivitas sehari-hari yang kadang tanpa sadar bisa menimbulkan dosa.

Oleh sebab itu, memahami materi kultum tentang menjaga lisan sangat penting agar umat Islam lebih berhati-hati dalam berucap. Bahkan Rasulullah SAW bersabda:

قُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

Qul khayran aw liyasmut

Artinya: "Berkatalah yang baik atau diam." (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam kultum singkat, kita bisa menekankan kepada jamaah bahwa lisan adalah cermin akhlak dan hati seseorang.

Membawakan kultum tentang pentingnya menjaga lisan juga berarti mengajak umat Islam untuk memperbaiki akhlak melalui pengendalian kata-kata, sejalan dengan kultum keutamaan menjaga lisan dan kultum menjaga lisan dan hati.

ilustrasi kultum

ilustrasi kultum. FOTO/iStockphoto

Kumpulan Judul Kultum Tentang Menjaga Lisan

Membuat judul yang menarik untuk kultum tentang menjaga lisan akan membantu penyampaian materi menjadi lebih fokus dan bermakna. Pilihan judul berikut ini bisa dijadikan referensi untuk kultum menjaga lisan dalam berbagai acara keagamaan.

Setiap judul mengangkat nilai penting dari teks kultum singkat tentang menjaga lisan, sehingga relevan dan mudah dipahami oleh pendengar. Berikut ini beberapa judul kultum tentang menjaga lisan yang bisa dipilih:

1. Kultum tentang Menjaga Lisan dari Perkataan Sia-sia

Membahas tentang bahaya berbicara tanpa manfaat dan bagaimana Islam menganjurkan berkata yang baik atau diam, sesuai dengan hadis Nabi Muhammad SAW.

2. Kultum tentang Menjaga Lisan dari Ghibah dan Namimah

Menjelaskan dosa besar ghibah (menggunjing) dan namimah (adu domba), serta pentingnya menjaga kehormatan sesama muslim dalam kultum tentang pentingnya menjaga lisan.

3. Kultum tentang Keutamaan Menjaga Lisan dan Hati

Menyoroti hubungan erat antara lisan dan hati, bahwa perkataan mencerminkan kebersihan hati. Materi ini cocok untuk kultum menjaga lisan dan hati.

4. Kultum tentang Menjaga Lisan dalam Berteman

Membahas bagaimana menjaga kata-kata agar hubungan persahabatan tetap harmonis dan penuh berkah, termasuk pentingnya berakhlak baik dalam bertutur kata.

5. Kultum tentang Dampak Buruk Lisan yang Tidak Dijaga

Membahas akibat negatif seperti permusuhan, perpecahan, hingga dosa besar yang timbul karena lisan yang tidak dijaga, sesuai tema kultum keutamaan menjaga lisan.

Contoh Kultum Tentang Menjaga Lisan

Dalam bagian ini, terdapat 5 contoh kultum tentang menjaga lisan yang bisa dijadikan referensi.

Adapun setiap contoh merupakan kultum singkat yang mudah dibawakan, lengkap dengan dalil pendukung agar lebih menguatkan pesan dalam materi kultum tentang menjaga lisan.

1. Kultum tentang Menjaga Lisan dari Perkataan Sia-sia

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pada hari yang penuh rahmat ini, izinkan saya menyampaikan beberapa pesan tentang pentingnya menjaga lisan dari perkataan yang sia-sia. Islam mengajarkan kepada kita untuk menggunakan lisan sebagai alat menyebarkan kebaikan. Namun, dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali terjebak dalam obrolan yang tidak membawa manfaat, bahkan terkadang menjerumuskan kepada dosa.

Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

Artinya: "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam."

(HR. Bukhari dan Muslim)

Perkataan sia-sia tidak hanya mengurangi pahala, tapi juga bisa mengeraskan hati. Kita diminta untuk memperhatikan setiap kata yang keluar dari mulut kita karena semuanya akan dipertanggungjawabkan. Menjaga lisan berarti juga menjaga kualitas hidup spiritual kita, karena apa yang kita ucapkan mencerminkan isi hati dan keimanan kita.

Semoga kita semua dapat mengendalikan lisan, menyibukkan diri dengan perkataan yang berfaedah, seperti zikir, ilmu, atau nasihat, dan meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

2. Kultum tentang Menjaga Lisan dari Ghibah dan Namimah

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Saudaraku sekalian, dalam kesempatan ini, mari kita renungkan sejenak bahaya dari dua dosa besar yang sering kali dilakukan dengan lisan: ghibah dan namimah. Ghibah berarti membicarakan keburukan orang lain tanpa sepengetahuannya, sedangkan namimah adalah adu domba antar sesama. Keduanya sangat dibenci oleh Allah.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:

وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا

Artinya: "Dan janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain." (QS. Al-Hujurat: 12)

Dalam ayat yang sama, Allah mengumpamakan orang yang suka menggunjing seperti memakan daging saudaranya yang sudah mati—suatu perumpamaan yang sangat mengerikan. Ucapan yang tidak dijaga bisa menghancurkan ukhuwah, merusak kehormatan orang lain, dan membawa permusuhan.

Oleh karena itu, mari kita jaga lisan kita dari perkataan yang menyakitkan atau merusak. Jika tidak tahu harus berkata apa, diam lebih baik. Karena diam dalam rangka menahan dosa adalah ibadah.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

3. Kultum tentang Keutamaan Menjaga Lisan dan Hati

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Hari ini, mari kita merenung tentang kaitan antara lisan dan hati. Rasulullah SAW bersabda:

أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ

Artinya: "Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh, dan jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Itulah hati." (HR. Bukhari dan Muslim)

Apa yang keluar dari lisan kita sesungguhnya berasal dari isi hati. Maka menjaga lisan bukan hanya sekadar menahan ucapan, tapi juga memperbaiki hati agar tidak membisikkan hal-hal negatif. Jika hati dipenuhi dengan cinta, kasih sayang, dan iman, maka kata-kata kita pun akan mencerminkan itu semua.

Lisan yang dijaga menjadi tanda kesalehan seseorang. Ia akan berhati-hati, tidak tergesa-gesa menilai orang lain, dan lebih banyak menasihati daripada mencela. Dengan begitu, hubungan sosial pun menjadi lebih sehat dan damai.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

4. Kultum tentang Menjaga Lisan dalam Berteman

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pada kesempatan ini, saya ingin mengajak kita semua untuk merenungi pentingnya menjaga lisan dalam menjalin persahabatan dan pergaulan. Banyak pertemanan yang rusak bukan karena perbuatan, tetapi karena ucapan. Kata-kata yang tidak dijaga bisa menimbulkan luka yang dalam.

Rasulullah SAW bersabda:

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

Artinya: "Tidaklah salah seorang dari kalian beriman, hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." (HR. Bukhari dan Muslim)

Bila kita mencintai sahabat kita, tentu kita tidak akan mengucapkan hal-hal yang membuatnya tersinggung atau terluka. Ucapan yang jujur, lembut, dan penuh kasih sayang adalah kunci kelanggengan hubungan. Maka berhati-hatilah dengan candaan yang berlebihan atau komentar yang tidak pada tempatnya.

Semoga kita bisa menjaga lisan kita dalam setiap interaksi, terlebih kepada sahabat dan keluarga. Karena lisan yang baik bisa menguatkan persaudaraan, sedangkan lisan yang buruk bisa menghancurkannya.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

5. Kultum tentang Dampak Buruk Lisan yang Tidak Dijaga

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Mari kita renungi bahaya besar dari lisan yang tidak terjaga. Dalam hadis Rasulullah SAW disebutkan:

وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ إِلَّا حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ

Artinya: "Bukankah manusia akan dilemparkan ke dalam neraka di atas wajah mereka hanya karena hasil dari lisannya?" (HR. Tirmidzi)

Hadis ini sangat jelas menggambarkan bahwa ucapan bisa membawa seseorang ke dalam kehancuran. Lisan bisa menjadi sumber fitnah, permusuhan, bahkan peperangan. Maka tak heran jika para ulama dahulu lebih banyak diam daripada bicara, karena mereka sadar betapa beratnya tanggung jawab dari setiap kata.

Ucapan yang tidak dikontrol bisa menyakiti, mempermalukan, bahkan menjatuhkan harga diri orang lain. Padahal, Islam sangat menjunjung tinggi kehormatan manusia. Kita harus benar-benar berpikir sebelum berbicara. Karena terkadang satu kata bisa menghancurkan segala kebaikan yang telah dibangun bertahun-tahun.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Ilustrasi ceramah di masjid

Pria Muslim religius pidato di masjid. FOTO/iStockphoto

Link Unduh Kultum Tentang Menjaga Lisan

Untuk memudahkan Anda dalam menyampaikan kultum tentang menjaga lisan, kami juga menyediakan tautan untuk mengunduh teks kultumnya.

Link unduh ini berisi teks kultum singkat tentang menjaga lisan yang bisa digunakan untuk berbagai kesempatan.

Melalui materi kultum tentang menjaga lisan ini, diharapkan semakin banyak yang termotivasi untuk mengamalkan kultum tentang pentingnya menjaga lisan dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut link unduh kultum tentang menjaga lisan:

Link Unduh Kultum Menjaga Lisan PDF

Menjaga lisan bukan hanya soal tidak berkata kasar, tetapi juga tentang menyebarkan kebaikan dan menghindari perkataan yang menyakiti. Melalui lima contoh kultum di atas, semoga kita semakin sadar bahwa setiap kata yang keluar dari mulut memiliki dampak, baik di dunia maupun di akhirat. Mari latih diri untuk lebih bijak dalam berbicara, karena lisan yang dijaga dengan baik adalah cerminan hati dan iman seseorang.

Baca juga artikel terkait KULIAH TUJUH MENIT atau tulisan lainnya dari Robiatul Kamelia

tirto.id - Edusains
Kontributor: Robiatul Kamelia
Penulis: Robiatul Kamelia
Editor: Robiatul Kamelia & Yulaika Ramadhani