tirto.id - Ketika Presiden Joko Widodo mengumumkan pelaksanaan PPKM Darurat di Jawa dan Bali pada 1 Juli 2021, kehidupan Mela Purnamasari seolah hanya menghitung mundur menuju pelik. Pada 7 Juli atau 4 hari usai PPKM Darurat berlaku, Mela terinfeksi COVID-19. Suhu tubuh Mela naik-turun tak pernah stabil. Ia mengalami batuk dan pilek, indra penciuman dan perasanya menghilang.
Bagian terberatnya, anak bungsu Mela yang masih berusia 5 bulan juga positif COVID-19. Si anak sulung mujur, ia dinyatakan negatif.
Mela mengungsikan sulungnya ke rumah saudara di Cugenang, Cipanas atau sekitar 11 kilometer dari kediamannya di Mekarsari, Cianjur. Sementara Mela dan si bungsu menjalani isolasi mandiri di rumah berdasarkan arahan puskesmas.
Hari pertama Mela kelimpungan. Ia tak punya persiapan sama sekali; ia tak punya stok makanan dan popok si bungsu habis. Sementara sang suami belum pulang dari berjualan kerupuk di Purwakarta. Sudah 3 minggu tak pulang, katanya. Beruntung mereka masih punya tetangga.
“Saya pinjam uang dulu Rp100 ribu sama tetangga, minta beliin stok popok dan makanan,” kata Mela kepada reporter Tirto, Kamis (15/7/2021).
Seumpama seorang kawan tidak mengirimkan poster aksi sosial “Warga Bantu Warga Daerah Cipanas-Cianjur,” mungkin Mela akan menyambung hidup dengan utang dari tetangga selama isolasi mandiri.
“Warga Bantu Warga Daerah Cipanas-Cianjur” diinisiasi Wisnu Sopian. Hari kedua isolasi mandiri, Mela menghubungi Wisnu. Ia mengutarakan beberapa kebutuhannya: beras, telur, kecap dan popok. Wisnu menyanggupi hari itu juga.
Berselang tujuh hari, Wisnu menanyakan kebutuhan Mela kembali. Kali itu, Mela membutuhkan 34 butir telur, mi instan, minuman probiotik, daging ayam olahan siap saji, biskuit, buah anggur dan semangka. Semuanya gratis.
“Meskipun saya tidak kenal sama Kang Wisnu, tapi ia mau membantu saya tanpa pamrih. Terima kasih sekali,” ujar wanita 26 tahun ini.
PPKM Darurat dan terinfeksi COVID-19 adalah kombinasi yang buruk. Nur Aida Siti Rahayu merasakan dampaknya. Tempat ia bekerja di Cipanas memangkas gaji karyawan. Tetiba Aida terinfeksi COVID pada 14 Juli 2021. Satu-satunya nasib mujur yang ia syukuri, suami dan anaknya yang berusia 1 tahun 3 bulan dinyatakan negatif.
Meski demikian, mental Aida rangup oleh virus, ia stres bukan kepalang. Imbasnya Aida tidak mampu memproduksi air susu dengan jumlah dan kualitas mumpuni untuk si balita. Sebab itu, ia membutuhkan susu formula.
Ia menyadari bahwa kebutuhan anak adalah harga mati yang tidak bisa ditawar. Namun kondisi finansial ia dan suami serba pas-pasan. Untuk makan berdua mereka sudah berhemat. Sementara mereka hidup jauh dari keluarga.
Kemudian ia melihat poster “Warga Bantu Warga Daerah Cipanas-Cianjur” berseliweran di WhatsApp. Ia menghubungi Wisnu dan meminta pertolongan agar dibelikan susu balita dan popok.
Aida lega dan merasa sangat terbantu sekali dengan inisiatif Wisnu. “Untuk anak kita harus maksimal, khawatir apabila imunnya menurun akan sakit dan lebih membuat keluarga cemas,” ujar wanita 23 tahun ini kepada reporter Tirto.
Kondisi lebih membaik dialami Helmy Tri Rizki. Begitu mengetahui dirinya positif COVID-19 pada 9 Juli 2021, Helmy berinisiatif melakukan isolasi mandiri. Ibu dan satu keponakan di rumah, sementara mengungsi ke rumah kerabat.
Pria berusia 26 tahun itu tinggal di Kukusan, Depok. Ia memiliki kerabat yang aktif di organisasi berbasis warga dan rerata warga Kukusan merupakan saudara. Situasinya mempermudah Helmy menjalai isolasi mandiri di rumah.
Ibu Helmy kerap menyuplai makan pagi dan siang. Helmy juga mendapat bantuan makanan dari kelompok Pemuda Peduli Kukusan, sebuah organisasi mandiri yang bertujuan mengakomodasi warga setempat yang isolasi mandiri.
“Kalau yang dikasih sama Pemuda Kukusan hanya berupa makanan buat malam. Alhamdulillah sangat membantu,” ujarnya kepada reporter Tirto, Kamis (15/7/2021).
Ketika Warga Bantu Warga
Malam (14/7/2021) itu, Wisnu Sopian baru menyelesaikan 4 paket bantuan ke lokasi berbeda. Para penerima bantuan ialah pasien isolasi mandiri di rumah. Wisnu terbilang nekat, seorang diri ia bersedia melayani warga di kabupaten kota Cianjur dan Cipanas.
Ia mulai dari kediamannya di Cipanas menuju titik terjauh di Ciranjang, Cianjur dengan menempuh jarak 36 kilometer dan berakhir di Cimacan. Semestinya ada 8 titik hari itu. Tapi 2 titik terlalu jauh dan hari kadung kesorean. Serta 2 titik lainnya masuk belakangan. Wisnu sepakat mengantarkan 4 paket tertunda esok hari.
“Hari ini paling besar pengeluaranya. Hampir Rp1 juta,” ujarnya kepada reporter Tirto, Rabu (14/7/2021).
Pengeluaran terbesar diperuntukan bagi seorang bayi berusia 1 bulan setengah yang terinfeksi COVID-19. Ia menjalani perawatan di RSUD Cimacan dengan ditemani sang ibu. Mulanya si ibu hanya mengabarkan Wisnu untuk kebutuhan popok bayi, sebab si bayi menceret melulu. Setelah didesak Wisnu, kebutuhan si ibu bertambah susu formula 400 gram seharga Rp448 ribu. Sisanya diperuntukan untuk 3 penerima bantuan lainnya.
“Dia sebetulnya butuh susu, tapi mahal harganya dan nggak enak sama saya katanya,” ujar pria 25 tahun itu.
Ketika PPKM Darurat diberlakukan, Wisnu kaget melihat Cipanas mendadak sepi. Banyak ruko elektronik, ruko penjual sandang, dan pasar tradisional banyak yang tutup.
Ia juga mendengar dari kawannya yang menjadi tenaga kesehatan di Cipanas, tenaga kesehatan sudah mulai tumbang satu per satu, imbas kapasitas rumah sakit membludak. Dari data Siranap 3.0 Kemenkes yang diakses 16 Juli 2021 pukul 14.00 WIB, 2 (RS Umum Daerah Sayang dan RS Umum Dr. Hafiz) dari 3 rumah sakit di Cianjur penuh. Tersisa 14 tempat tidur kosong di IGD RSUD Cimacan.
Saat yang bersamaan Wisnu melihat gerakan warga bantu warga di beberapa kota. Ketimbang menunggu orang lain berbuat hal serupa di kotanya, Wisnu lekas angkat pantat.
Ia menyebarkan poster penggalangan donasi di Twitter pada 8 Juli 2021. Fokus Wisnu untuk menjangkau kawan-kawan yang sedang menjalani isolasi mandiri dan membutuhkan makanan, susu bayi, dan popok. Unggahan Wisnu ramai, per naskah ini diketik sudah dicuit ulang 7,4 ribu akun dan disukai 7,2 akun.
“Saya resah banget dan kaget ada [pasien] isoman meninggal karena kebutuhannya tidak tercukupi. Ini artinya pemerintah tidak memerhatikan dan menjamin,” ujarnya.
Hingga naskah ini ditulis, Wisnu sudah berupaya mencukupi kebutuhan 20 orang. Jumlah tersebut ia yakini masih akan terus bertambah. Meski dengan segala keterbatasan yang ada.
Pasalnya ia tidak memiliki tim, pendistribusian kadang hanya dilakukan berdua dengan temannya dan melibatkan bantuan sukarela dari kelompok masyarakat yang ada. Namun lebih sering ia lakukan sendiri.
“Kendala saya juga di jarak. Ada yang chat dari Cianjur Selatan, butuh 4 jam dari Cipanas, belum saya bantu, karena nggak ada relawan,” tukasnya.
PPKM Darurat menumbuhkan empati yang kuat antarwarga. Tagar #SalingJaga dan #WargaBantuWarga memiliki arti penting saat ini. Energi baik ini mengembus hingga ke lingkaran warga yang lebih spesifik, semisal kelurahan.
Di Kelurahan Kukusan, Beji, Depok, sekelompok anak muda tergerak untuk meringankan warga yang sedang isolasi mandiri di rumah. Mereka menamai inisiatif tersebut sebagai Pemuda Peduli Kukusan (PPK)—kelompok di luar Satgas COVID-19 Kukusan dan perangkat kelurahan.
Setiap sore, mereka berkeliling dari rumah ke rumah warga yang isolasi mandiri. Mereka membagikan satu paket makanan yang mereka peroleh dari hasil sumbangan penderma.
Koordinator PPK Aldila Ramadhan mencatat, sebanyak 120 warga menjadi target penerima mereka sejak 5 Juli 2021. “Kami mengutamakan yang ngontrak [rumah], berpenghasilan tidak tetap. Terus mereka yang mampu, tapi satu keluarga isolasi,” ujar Aldi kepada reporter Tirto, Kamis (15/7/2021).
Mereka bekerja sama dengan perangkat RT dan satgas setempat untuk perihal data warga. Bagi warga yang sudah menjalani masa isolasi minimal 10 hari, maka haknya akan dialihkan ke warga lain.
Kelompok PPK tidak memasak makanan sendiri. Mereka memanfaatkan para pengusaha kuliner yang tersebar di Kukusan. Secara bergilir, mereka membeli makanan dari pedagang berbeda setiap hari. Dalam satu hari mereka mampu menyiapkan 60 paket makanan.
“Karena yang terdampak, kan, ekonomi juga. Ini salah satu movement untuk bergiliran kebagian order,” ujar Aldi.
Namun aktivitas warga bantu warga tak melulu melibatkan kerja-kerja fisik, seperti yang dilakukan Wisnu ataupun PPK. Lody Andrian, Ivy Vania, Rheza Boge, dan Elham Arrazag membidani platform subsidi silang, bagirata.id.
Mereka fokus terhadap pekerja yang terdampak secara finansial akibat pandemi. Khususnya mereka yang bekerja di sektor industri media, penerbangan, perhotelan, kesehatan dan farmasi, jasa kebersihan, jasa makanan dan minuman, tekstil, dan seni pertunjukan; mereka yang menjadi korban cuti tak berbayar, PHK, atau usaha bangkrut.
Platform ini ada sejak Maret 2020. Namun saat PPKM Darurat Jawa-Bali, mereka kebanjiran pendaftar bantuan. Sebelum kebijakan tersebut, jumlah pendaftar mereka statis di angka 3.000 dengan kisaran 1-3 pendaftar per hari.
Semenjak 3 Juli, pendaftar mereka bertambah sebanyak 2.013. Bahkan dalam satu hari mereka kedatangan 1.000 pendaftar. Hal ini membuat mereka mesti ekstra kerja keras untuk melakukan penyortiran data.
“Lumayan banyak juga yang isunya karena isoman nggak bisa masuk kerja dan nggak dilanjut,” ujar Lody kepada reporter Tirto, Kamis (15/7/2021).
Konsep donasi bagirata terbilang tidak umum. Jika biasanya setiap platform menyediakan rekening bank sentral dan penderma mengirimkan sejumlah uang ke sana, kemudian terdistribusikan ke penerima.
Bagirata justru tidak punya rekening sentral. Tugas mereka hanya menjembatani penderma bertemu dengan penerima yang sesuai kriterianya. Penderma bisa memilih sendiri calon penerima dari database yang bagirata sajikan.
Untuk menjamin kesetaraan pendapatan, bagirata memberlakukan sistem acak; penerima yang jarang mendapatkan derma akan lebih sering muncul di hadapan penderma. Uang pun akan langsung masuk ke nomor dompet digital penerima.
Sampai saat ini bagirata sudah memiliki 5.570 pendaftar, namun baru 2.112 yang lolos verifikasi data dan sisanya menyusul. Total dana mereka yang terkumpul mencapai Rp762 juta.
“Mereka yang masih berpenghasilan menyisikan sedikit penghasilan untuk mereka yang kehilangan penghasilan,” ujar Lody.
Kasus Kematian Pasien Isolasi Mandiri Tinggi
LaporCovid-19 mencatat jumlah kasus kematian pada pasien isolasi mandiri dan di luar rumah sakit (mereka yang belum mendapatkan tindakan medis dari rumah sakit) meningkat. Data pada 13 Juli 2021 tercatat 490 kematian, tapi pada 14 Juli 2021 bertambah menjadi 617 kematian.
Angka 617 merupakan hasil lacak sejak Juni hingga 14 Juli 2021. Berasal dari 14 provinsi dan 69 kabupaten kota. Jawa Barat menjadi provinsi terbanyak dengan 224 kasus kematian. Bekasi menjadi kota terbanyak dengan 84 kasus kematian. Sementara Sleman menjadi kabupaten terbanyak 65 kasus kematian.
"Kebanyakan karena mereka sebelumnya isoman dan tak terpantau, lalu saat ke fasilitas kesehatan kondisi berat dan kondisi rumah sakit penuh," ujar Co-Inisiator Lapor COVID-19 Ahmad Arif kepada Tirto, Kamis (15/7/2021).
Guna menekan tingginya angka kematian pasien saat isolasi mandiri, pemerintah perlu mengatur strategi khusus, sebab tidak bisa semuanya diserahkan kepada masyarakat.
“Solusi lainnya harus ada pusat-pusat isolasi mandiri yang terpantau. Terutama di kampung padat akan sulit isoman. Misalnya memanfaatkan kantor-kantor pemerintah dan sekolah sebagai tempat isolasi terpusat,” kata Arif.
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito saat menyampaikan perkembangan penanganan COVID-19 per 15 Juli 2021 melalui daring mengatakan bahwa tidak semua kasus positif COVID-19 dapat melakukan isolasi mandiri.
“Perlu ditekankan bahwa syarat kasus positif yang dapat melakukan isolasi mandiri ialah jika tidak ada isolasi terpusat yang tersedia dan diperuntukkan hanya untuk kasus-kasus yang tidak menunjukkan gejala atau gejala ringan,” kata Wiku.
Wiku bilang satgas atau posko di tingkat desa dan RT atau RW menjadi unsur penting yang membantu warga yang suspek atau terkonfirmasi positif COVID-19. Oleh karena itu ia meminta agar pemerintah daerah memahami pentingnya posko tersebut.
“Posko harus memastikan RT atau RW mendata dan memantau warganya yang melakukan isolasi mandiri serta berkoordinasi dengan puskesmas dalam tracing dan testing untuk kontak erat , serta rujukan warga ke isolasi terpusat atau rumah sakit,” ujarnya.
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Abdul Aziz