Menuju konten utama

Wapres Ma'ruf Prediksi Masa Depan Keuangan Syariah Menjanjikan

Ma’ruf Amin memprediksi masa depan ekonomi dan keuangan syariah menjanjikan.

Wapres Ma'ruf Prediksi Masa Depan Keuangan Syariah Menjanjikan
Wakil Presiden Ma’ruf Amin dalam acara Seminar Internasional yang bertajuk The Sharia Economy and Finance: Policies for the Prabowo’s Government, bersamaan dengan peresmian Center for Sharia Economic Development INDEF, di Jakarta, Selasa (3/9/2024). (Tirto.id/Nabila Ramadhanty Putri Darmadi)

tirto.id - Wakil Presiden, Ma’ruf Amin, memprediksi masa depan ekonomi dan keuangan syariah menjanjikan. Hal ini disampaikan dalam acara Seminar Internasional yang bertajuk The Sharia Economy and Finance: Policies for the Prabowo’s Government, bersamaan dengan peresmian Center for Sharia Economic Development INDEF, di Jakarta, Selasa (3/9/2024).

“Pada tahun 2030, kontribusi ekonomi syariah terhadap PDB nasional diperkirakan akan mencapai 10 miliar dolar, atau setara dengan 1,5 persen PDB nasional,” ungkapnya.

Ma’ruf menilai ekonomi dan keuangan syariah menjadi arus baru pertumbuhan ekonomi nasional dan pertumbuhan ekonomi yang inklusif, karena prinsip-prinsipnya yang mengedepankan keadilan dan pemerataan kesejahteraan dapat diterima oleh kalangan manapun.

“Bahkan, sektor ini pun mampu menopang hampir 23 persen ekonomi nasional,” ujarnya.

Selain itu, Ma’ruf mengatakan, perkembangan keuangan syariah juga ditandai dengan meningkatnya aset dan diversifikasi lembaga keuangan syariah. Aset pasar modal syariah pun mencapai hampir 20 persen dari total aset pasar modal nasional.

Ma’ruf menyebut dalam lima tahun terakhir, peringkat ekonomi dan keuangan syariah Indonesia di tingkat global terus melaju tinggi dari posisi ke-10 menjadi posisi ke-3. Katanya juga, Indonesia berhasil mempertahankan posisi ke-2 di sektor makanan halal dan posisi ke-3 di sektor fesyen muslim.

Bahkan, lanjutnya, Indonesia meraih peringkat pertama pada Global Muslim Travel Index (GMTI). Adanya kemajuan ekonomi syariah ini, katanya, terlihat semakin bervariasi dengan ditandai adanya produk-produk keuangan berbasis syariah.

Ma’ruf menilai, hal ini dikarenakan pemerintah sangat menyadari pentingnya pengembangan ekonomi syariah dengan terus memacu pertumbuhannya melalui penguatan infrastruktur dan ekosistem.

“Yang dapat dinikmati masyarakat, seperti asuransi syariah, bahkan pembiayaan usaha berbasis syariah,” lanjut Ma’ruf.

Lebih lanjut, ia mengatakan, sejak 2020 fokus pengembangan ekonomi syariah yang semula hanya pada sektor keuangan, kini dikembangkan menjadi 4 fokus lainnya, yakni industri keuangan, industri halal, sosial syariah seperti infak, zakat, wakaf, dan yang keempat yang dinilainya paling strategis adalah pengembangan para pengusaha pengusaha.

“Karena itu menjadi fokus yang perlu dikuatkan adalah menemukan pengusaha syariah baik melalui inkubasi pengusaha di daerah, penguatan para pengusaha yang ada maupun penghijrahan dari pengusaha konvensional menjadi pengusaha syariah,” ucapnya.

Ma’ruf menilai ekonomi syariah di masa mendatang akan melaju kencang seiring perkembangan digitalisasi dan selaras dengan konsep ekonomi hijau yang mengutamakan keberlanjutan dan kelestarian lingkungan.

Ia juga melihat Indonesia saat ini memiliki visi besar untuk menjadi pemain utama ekonomi dan keuangan syariah di tingkat global, yang tentunya juga akan diikuti berbagai tantangan. Namun secara umum, Ma’ruf melihat masih ada beberapa tantangan ekonomi syariah, salah satunya rendahnya tingkat literasi dan pemahaman masyarakat tentang ekonomi dan keuangan syariah.

“Selain itu, kita masih menghadapi belum memadainya kerangka regulasi, minimnya insentif bagi pelaku industri halal dan kewirausahaan syariah, hingga masih belum optimalnya sinergi dan integrasi industri halal, keuangan syariah, dan dana sosial syariah,” jelasnya.

Ma’ruf menambahkan, tantangan lainnya yakni kelola dan penyaluran dana sosial syariah juga perlu terus ditingkatkan demi mendorong upaya pemberantasan kemiskinan.

“Untuk itu, ke depan, strategi pengembangan ekonomi dan keuangan syariah akan difokuskan pada upaya mensinergikan empat pilar utama, dan ditopang penguatan regulasi dan kelembagaan, inovasi iptek dan digitalisasi, dan peningkatan literasi,” jelasnya.

Ma’ruf menambahkan, upaya ini tentunya membutuhkan dukungan dari semua pihak terutama dalam membantu penyusunan rencana strategis pengembangan ekonomi dan keuangan syariah.

“Di sinilah peran dan kontribusi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) untuk memberikan pandangan mendalam dan identifikasi peluang, serta memberikan masukan dan rekomendasi untuk mengatasi tantangan dan kekurangan yang masih ada,” terangnya.

Pemerintah terus memastikan dan mengawal keberlanjutan perkembangan ekonomi dan keuangan syariah dengan pengintegrasian ekonomi dan keuangan syariah dalam RPJPN 2025-2045 dan RPJMN 2025-2029 sebagai program utama pada transformasi ekonomi berbasis produktivitas.

“Saya harap hal ini menjadi landasan kuat bagi keberlanjutan pengembangan ekonomi dan keuangan syariah pada masa kepemimpinan yang akan datang,” ungkap Ma'ruf.

Baca juga artikel terkait EKONOMI SYARIAH atau tulisan lainnya dari Nabila Ramadhanty

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Nabila Ramadhanty
Penulis: Nabila Ramadhanty
Editor: Anggun P Situmorang