Menuju konten utama

Tata Cara dan Niat Mandi Wiladah Bagi Wanita

Berikut penjelasan tentang mandi wiladah, niat mandi wiladah, tata cara, serta kapan waktu tepat melaksanakannya.

Tata Cara dan Niat Mandi Wiladah Bagi Wanita
Ilustrasi Mandi. Tata Cara dan Niat Mandi Wiladah Bagi Wanita. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Tata cara mandi wiladah tidak jauh berbeda dengan mandi janabah atau junub. Perbedaan mandi wiladah dan mandi janabah di antaranya terletak pada sebab, waktu, dan bacaan niat. Berikut ini niat dan tata cara mandi wiladah yang harus diketahui para ibu hamil.

Mandi wiladah adalah mandi yang harus dilakukan seorang wanita yang telah melahirkan atau keguguran. Mandi wiladah hukumnya fardu, karena bayi merupakan hasil pencampuran dari air mani lelaki dan perempuan. Imam Nawawi Al-Bantani dalam kitab Nihayatuz Zain menjelaskan alasan diwajibkan mandi wiladah sebagai berikut:

لِأنّ الغسْلَ يجبُ بِخرُوج الْماء الذِي يخلق منه الولدُ، فَبِخروجِ الولدِ أوْلَى

"Karena, sungguh mandi itu wajib dengan sebab keluarnya air [sperma] yang bayi tercipta darinya, maka dengan kelahiran anak [kewajiban mandi] itu lebih utama." (Syekh M Nawawi Banten, Nihayatuz Zain, [Surabaya, Al-Hidayah: tanpa tahun], halaman 29).

Kewajiban mandi wiladah berlaku baik untuk wanita yang melahirkan dengan atau tanpa disertai keluarnya darah nifas. Meskipun darah nifas datang terlambat, seorang wanita tetap dikenakan kewajiban melakukan mandi wiladah setelah masa nifas selesai.

Doa Niat Mandi Wiladah dengan Bahasa Arab dan Latin

Salah satu rukun dalam pelaksanaan mandi wiladah adalah membaca niat. Pelaksanaan mandi wiladah tanpa adanya niat hukumnya tidak sah, dan harus diulang. Oleh sebab itu, membaca niat untuk mandi wiladah harus dilakukan.

Pembacaan niat mandi wiladah dapat dilakukan dengan lisan, hati, atau gabungan dari keduanya. Berikut ini bacaan niat mandi wiladah bahasa Arab, Arab-Latin, beserta artinya:

نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ حَدَثِ النِّفَاسِ وَ الوِلاَدَةِ ِللهِ تَعَالَى

Arab Latinnya:

Nawaitul ghusla liraf'i hadatsi nafaasi wal wilaadati lillaahi ta'aala.

Artinya:

“Aku niat mandi wajib untuk menyucikan hadas besar dari nifas dan melahirkan karena Allah Taala.”

Tata Cara Mandi Wiladah

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, mandi wiladah tidak berbeda jauh dengan mandi junub, janabah, atau mandi wajib selepas seseorang melakukan hubungan badan bersama istri atau suami sah. Hal yang membedakan antara tata cara mandi wiladah dengan mandi besar adalah bacaan niat yang dibaca.

Di sisi lain, terdapat perkara penting yang harus diketahui dalam pelaksanaan mandi wiladah ialah rukunnya. Selain membaca niat, satu rukun lain dari pelaksanaan mandi wiladah adalah mengguyur seluruh tubuh dengan air. Berikut ini tata cara mandi wiladah lengkap dengan beberapa kesunahannya:

  • Ambil air di kamar mandi, lalu basuh tangan sebanyak tiga kali.
  • Bersihkan najis atau kotoran yang menempel pada tubuh.
  • Berwudu seperti hendak melakukan salat.
  • Ketika berwudu, pastikan aurat dalam keadaan tertutup.
  • Guyur kepala sebanyak tiga kali, bersama dengan mengucap niat (rambut boleh digelung).
  • Siramkan air ke seluruh badan, dimulai dari bagian kanan, lalu kiri.
  • Gosok seluruh tubuh sebanyak tiga kali, baik depan maupun belakang.
  • Pastikan air membasuh semua bagian kulit.
  • Menyela rambut dan bulu tebal agar kulit terbasuh air.
  • Disunahkan untuk berkumur.
  • Jika menyentuh kemaluan saat mandi, berwudu kembali di akhir mandi junub.

Kapan Waktu yang tepat untuk Mandi Wiladah?

Waktu yang tepat untuk mandi wiladah di setiap wanita yang melahirkan dapat berbeda-beda. Oleh sebab itu, berikut ini akan dijabarkan waktu tepat untuk mandi wiladah berdasarkan beberapa keadaan yang mungkin terjadi:

1. Mendekati atau Memasuki Waktu Salat Wajib

Mandi wiladah pada waktu ini berlaku untuk wanita yang melahirkan tanpa disertai darah nifas.

2. Setelah Selesai Masa Nifas

Mandi wiladah pada waktu ini berlaku untuk wanita yang melahirkan, kemudian darah nifas keluar. Maka mandi wiladah dapat dilakukan setelah masa nifas selesai.

Dalam beberapa kasus, seorang wanita melihat tanpa keluarnya darah nifas. Namun, sebelum melakukan mandi wiladah, tiba-tiba darah nifas keluar. Menghadapi keadaan ini, mandi wiladah dapat dilakukan setelah masa nifas selesai. Imam Syafi'i dalam kitab Al-Umm menjelaskan perkara tersebut sebagai berikut:

قال الشافعي- رحمه الله- في كتاب الأم: إذا أصابت المرأة جنابة، ثم حاضت قبل أن تغتسل من الجنابة، لم يكن عليها غسل الجنابة وهي حائض؛ لأنها إنما تغتسل فتطهر بالغسل، وهي لا تطهر بالغسل من الجنابة وهي حائض، فإذا ذهب الحيض عنها أجزأها غسل واحد

“Asy-Syafi'i Ra. Berkata dalam kitab Al-Umm: 'Apabila seorang perempuan janabah kemudian dia haid sebelum mandi janabah, maka dia tidak boleh mandi janabah. Apabila darah haid sudah berhenti maka boleh baginya mandi satu kali.'"

Baca juga artikel terkait HUKUM ISLAM atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Edusains
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Dhita Koesno