Menuju konten utama

Sumur Resapan Era Anies Dinilai Asal-asalan: Bisa Cegah Banjir?

Elisa sebut sumur resapan membantu mengurangi beban. Namun perlu kontekstual karena sekitar 35% Jakarta adalah lapisan aluvial.

Sumur resapan di Cijantung, Jakarta Timur. tirto.id/Riyan Setiawan

tirto.id - Rizky Rahmat (35), saban hari usai pulang bekerja, sekitar pukul 19.00 WIB melintasi sumur resapan yang berada di Jalan Raya Bogor, kawasan Ciracas. Tepatnya di seberang Mall Graha Cijantung, Jakarta Timur.

Ia melintas dari arah Pasar Rebo menuju ke kediaman di daerah Ciracas, Jakarta Timur. Ketika turun dari fly over, pemandangan sumur resapan sudah terlihat.

Namun kata dia, saat memasuki musim hujan, lokasi di sekitar sumur resapan tetap terjadi banjir sekitar 30-40 cm.

“Kalau hujan itu pasti ada genangan. Genangan bisa seharian, itu bergantung intensitas hujan. Kalau deras dan lama, tergenang itu cukup menutup jalan raya Bogor dari fly over," kata Rizky kepada reporter Tirto di lokasi pada Selasa (27/9/2022).

Saat banjir terjadi, kata Rizky, selama ia melintas kawasan tersebut belum pernah melihat petugas yang langsung menangani banjir.

“Yang saya lihat malah ada petugas yang memperbaiki jalanan yang rusak akibat banjir. Seminggu ada ngebongkar saluran,” ucapnya.

Dia menuturkan, aspal jalan di daerah itu memang sering sekali terjadi kerusakan. Sehingga petugas sering kali membongkar dan memperbaiki jalan tersebut. Akibatnya, jalanan dari arah Pasar Rebo menuju kawasan Ciracas terjadi kemacetan.

“Gara-gara banjir dan perbaikan jalan, akhirnya motong jalan muter untuk hindari macet karena banjir. Soalnya kalau jalanan yang rusak panjang, macetnya makin panjang juga,” kata dia.

Kontur jalan di daerah tersebut yang terdapat sumur resapan memang terlihat bergelombang seperti bekas sering ditambal.

Saat ini, kata dia, khususnya di Jakarta telah memasuki musim hujan. Dia khawatir banjir akan melanda jalan yang sehari-hari dilintasinya itu.

Dengan kondisi tersebut, dia berharap agar Pemprov DKI segera memperbaiki jalan tersebut, termasuk sumur resapan. “Harusnya dibeton deh, karena sudah berapa lama diperbaiki, diaspal lagi, masih saja rusak. Ya satu-satunya solusi dibeton,” kata dia.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi, awal musim hujan di Indonesia akan terjadi pada September hingga November 2022 dengan puncak musim penghujan diprakirakan terjadi di Desember 2022 dan Januari 2023.

Sumur resapan di Cilandak

Sumur resapan di Cilandak, Jakarta Selatan. tirto.id/Riyan Setiawan

Cerita serupa diungkapkan Melia (24 tahun), warga yang biasa pengendara motor. Ia mengaku saat berangkat kerja pernah terjadi genangan ketika melintas di kawasan Intan, Cilandak, Jakarta Selatan yang terdapat sumur resapan.

Genangan itu muncul ketika memasuki musim hujan terjadi dengan intensitas tinggi. “Kalau sudah masuk musim hujan, akhir tahun atau awal tahun, biasanya ada genangan pas lewat kerja," kata Melia kepada Tirto di lokasi, Selasa (27/9/2022).

Selain itu, dia menilai sumur resapan di lokasi tersebut malah merusak kontur jalan. Sebab memakan pinggir jalan dan malah berpotensi terjadi kemacetan.

Lokasi sumur resapan di kawasan Intan, Cilandak berada di pinggiran jalan, berdekatan dengan saluran pembuangan air (got). Ketika keluar jalan kawasan Intan, Cilandak merupakan Jalan TB. Simatupang yang merupakan jalur macet.

Sumur resapan di kawasan tersebut juga pernah dikeluhkan oleh komika Soleh Solihun. Melalui akun Twitter-nya @solehsolihun, dia mengeluhkan kondisi jebolnya penutup sumur resapan pada akhir 2021.

“Dear @DinasSDAJakarta ini galian drainase vertikal di jalan intan, belum ada sebulan usianya, udah hancur bahkan berlubang. membahayakan pengendara, nih,” tulis Soleh sambil membagikan foto penutup sumur resapan yang jebol itu.

Sumur resapan di Jakarta memang menjadi sorotan lantaran pembangunannya dinilai bermasalah. Pada November 2021, publik sempat dihebohkan dengan adanya galian lubang di trotoar pinggir Jalan Raden Said Soekanto di dekat Banjir Kanal Timur (BKT), Jakarta Timur.

Dalam video yang beredar, perekam menyebut "Pemprov DKI Jakarta Bodoh" karena membangun sumur resapan lebih tinggi daripada permukaan jalan. “Terus air apa yang akan meresap ke dalam? Ini Pemprov DKI Jakarta betul-betul akalnya enggak jalan,” kata perekam video.

Selain itu, sumur resapan juga membuat kecelakaan penggunaan jalan, seperti yang terjadi di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan pada November 2021. Saat itu, terjadi kecelakaan lantaran penggunaan jalan coba menghindari tutup sumur resapan yang rusak, sehingga mereka kehilangan keseimbangan dan terjatuh.

Proyek Asal-asalan

Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta dari Fraksi Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Justin Adrian menilai, proyek sumur resapan di era Anies terkesan asal-asalan karena kenyataannya tak efektif menangani banjir di ibu kota.

Sebab, kata Justin, menilik dari sumur resapan yang telah dikerjakan oleh Pemprov DKI tahun lalu, di mana kedalamannya hanya 3 meter, lebar 1,2 meter dengan anggaran triliunan rupiah.

“Menurut saya ini lebih condong ke arah boros, bobroknya dibanding manfaatnya,” kata Justin saat dihubungi reporter Tirto, Selasa (27/9/2022)

Selain itu, kata Justin, sumur resapan juga membahayakan pengendara jalan. Misalnya kasus mobil Ketua DPP PSI, Isyana Bagoes Oka yang amblas ketika melintas di kawasan Bona Indah, Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan beberapa waktu lalu.

Menurut Justin, menanggulangi banjir tidak sesederhana pengadaan sumur resapan. Sebab, banjir di Jakarta merupakan jenis banjir lokal, banjir kiriman, dan banjir rob.

Metodologi pengendalian air dengan sumur resapan jelas tidak dapat dijadikan media atau proyek utama pengendalian banjir, karena yang utama adalah rehabilitasi, dan perluasan fasilitas tampung-alir air.

Hal tersebut mencakup normalisasi sungai-sungai besar, perluasan jaringan mikro (sistem drainase) yang terhubung ke sungai-sungai besar guna secepat mungkin mengalirkan air ke sungai utama.

“Untuk dapat melakukan hal tersebut, Pak Gubernur semestinya fokus melakukan pembebasan lahan pinggiran sungai guna normalisasi dan menegakan ketentuan spatial atau tata ruang dengan penertiban bangunan-bangunan yang tidak sesuai dengan fungsi wilayahnya,” ucapnya.

Kemudian, Justin mengatakan, pengendalian banjir juga perlu mengembangkan pipanisasi air bersih ke sekitar 40% wilayah DKI yang belum terjangkau.

“Pipanisasi air bersih untuk mencegah eksploitasi air tanah dalam secara masif yang dapat mengakibatkan penurunan permukaan tanah,” kata dia.

Oleh karena itu, kata dia, sudah pantas program sumur resapan dicoret dari Badan Anggaran (Banggar). Pasalnya, saat ini Gubernur Anies memasukkan sumur resapan pengendali banjir ke dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR).

Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI mengusulkan anggaran pembangunan sumur resapan sebesar Rp330 miliar kepada DPRD DKI pada Kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS) 2022.

Sebelum dibawa ke rapat Banggar DPRD DKI, usulan anggaran itu kemudian diturunkan menjadi Rp120 miliar. Namun, saat pembahasan di Banggar, usulan tersebut dicoret alias dihapus karena program itu dinilai tidak efektif menekan banjir.

“Sumur resapan pantas dicoret di Banggar DPRD DKI karena progres dan outputnya yang kurang jelas,” kata dia.

Pemprov DKI per Desember 2021 mengklaim telah membangun sumur resapan di 19.042 titik atau 37.369 meter kubik di Jakarta. Namun pada 2022, anggaran untuk membangun sumur resapan dihentikan oleh DPRD DKI karena tak efektif.

Sementara itu, Direktur Rujak Center for Urban Studies, Elisa Sutanudjaja mengatakan, sumur resapan merupakan pembangunan dengan konsep zero run off atau water sensitive urban design (WSUD).

Konsep pembangunan tersebut memang cukup membantu untuk sedikit mengurangi banjir, kata dia. Sebab, kata Elisa, 89% daratan Jakarta sudah terbangun dan ditutup aspal.

Sementara ruang biru seperti kanal, sungai, danau, waduk, dan sebagainya hanya tersisa 2% saja di wilayah DKI, sehingga ruang biru dan saluran-saluran tidak akan pernah cukup untuk menampung air hujan, air permukaan seperti limpasan, dan air kiriman.

“Karena itu penting untuk menerapkan konsep water sensitive urban design atau zero run off. Menahan air sementara dan meresapkan air di persil lahan masing-masing demi mengurangi beban ruang biru dan saluran,” kata Elisa kepada Tirto.

Konsep zero run off, kata Elisa, tidak cuma di Jakarta. Bahkan, di kota-kota lain seperti Bangkok hingga Sydney sangat dibutuhkan untuk manajemen air permukaan yang akhirnya mengendalikan dampak banjir.

Selain itu, Elisa menuturkan, sumur resapan memang membantu untuk meresapkan dan mengurangi beban. Namun, perlu kontekstual, karena sekitar 35% Jakarta adalah lapisan aluvial. “Jadi agak percuma walau ada sumur resapan, karena akan susah meresap,” kata dia.

Respons Pemprov DKI

Menanggapi hal tersebut, Wakil Gubernur DKI, Ahmad Riza Patria mengatakan, menghargai pendapat dari DPRD DKI maupun pengamat yang menilai sumur resapan tidak efektif dan dibangun secara asal-asalan.

“Pendapat teman-teman di dewan itu harus kita hargai, kita hormati, silakan ya,” kata Riza di Balai Kota DKI, Jakarta Pusat, Rabu (28/9/2022).

Pria yang juga Ketua DPD Jakarta Partai Gerindra itu memastikan, sumur resapan efektif menangani banjir. Sebab, pembuatan sumur resapan sudah melalui proses penelitian dan kajian yang matang oleh para ahli untuk program pengendalian banjir di Jakarta.

“Masyarakat nanti yang mengetahui dan para pakar di bidangnya yang lebih tahu program apa saja yang dibuat Pemprov DKI yang betul-betul memberikan kontribusi signifikan tentang pengendalian banjir di ibu kota,” kata dia.

Sementara itu, Gubernur DKI Anies Baswedan meminta Penjabat Gubernur Jakarta penggantinya nanti meneruskan program pembangunan sumur resapan di ibu kota. Sebab, kata Anies, penanganan banjir Jakarta tidak lagi hanya membuat atau meluruskan aliran sungai-sungai dengan konstruksi beton atau sheetpile.

Hal tersebut tercantum dalam Peraturan Gubernur Nomor 25 Tahun 2022 tentang Rencana Pembangunan Daerah (RPD) DKI Jakarta tahun 2023-2026.

“Air yang mengalir dari selatan Jakarta ke muara utara Jakarta dapat ditahan lebih lama, melalui pembangunan waduk-waduk dan memperbanyak sumur resapan di daerah selatan Jakarta,” demikian Anies seperti tertuang dalam pergub, dikutip pada Jumat (23/9/2022).

Baca juga artikel terkait SUMUR RESAPAN atau tulisan lainnya dari Riyan Setiawan

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Riyan Setiawan
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Abdul Aziz
-->