Menuju konten utama
Sejarah Indonesia

Sejarah Agresi Militer Belanda I, Latar Belakang, dan Dampaknya

Ingin tahu awal mula Sejarah Agresi Militer Belanda I? Artikel ini mengulas lengkap latar belakang, kronologi, dan dampaknya. Baca sekarang!

Sejarah Agresi Militer Belanda I, Latar Belakang, dan Dampaknya
Sejarah Agresi Militer Belanda I | Wikimedia Commons

tirto.id - Sejarah Agresi Militer Belanda I merupakan bagian penting dalam sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Serangan militer ini berlangsung dari 21 Juli hingga 5 Agustus 1947. Tindakan tersebut menunjukkan bahwa Belanda telah melanggar isi Perjanjian Linggarjati.

Tak lama setelah Proklamasi 17 Agustus 1945, Belanda kembali ke Indonesia bersama pasukan Sekutu. Tujuannya adalah untuk merebut kembali kekuasaan atas wilayah Indonesia. Hal ini memicu penolakan keras dari pihak Republik Indonesia.

Sebagai respons, Perjanjian Linggarjati pun disepakati pada 25 Maret 1947. Isinya antara lain: Belanda mengakui Jawa dan Madura sebagai bagian RI secara de facto, dan akan meninggalkan wilayah RI paling lambat 1 Januari 1949. Selain itu, kedua pihak sepakat membentuk Republik Indonesia Serikat yang berada dalam persemakmuran Belanda.

Latar Belakang Agresi Militer Belanda I

Ditandatanganinya Perjanjian Linggarjati ternyata belum mampu menyudahi perselisihan antara Indonesia dan Belanda. Latar belakang Agresi Militer Belanda I pun mulai terbentuk, ditandai dengan silang pendapat dari masing-masing pihak yang membuat masalah kembali muncul.

Pihak Indonesia meyakini, berdasarkan proklamasi kemerdekaan yang sudah dideklarasikan, Indonesia sudah menjadi negara berdaulat dan berhak mempertahankan kedaulatannya atas seluruh wilayah bekas wilayah Hindia Belanda.

Di sisi lain, Belanda tetap memegang teguh isi pidato Ratu Wilhelmina tanggal 7 Desember 1942 yang menyatakan bahwa di kemudian hari akan dibentuk sebuah persemakmuran (Commonwealth) antara Kerajaan Belanda dan Hindia (Indonesia) di bawah naungan Kerajaan Belanda.

Dikutip dari buku Mohamad Roem: Karier Politik dan Perjuangannya 1924-1968 (2002) karya Iin Nur Insaniwati, Belanda menganggap bahwa mereka adalah pemegang kedaulatan de jure.

Belanda merasa bahwa yang berhak membentuk RIS adalah mereka sendiri. Sedangkan Indonesia menilai bahwa pembentukan RIS dilakukan secara bersama-sama.

Perundingan Linggarjati dilangsungkan selama 3 hari, yakni hingga tanggal 15 November 1946 yang membuahkan kesepakatan bersama.

A.B Lafian melalui buku Menelusuri Jalur Linggarjati Diplomasi dalam Perspektif Sejarah (1992) memaparkan, perjanjian tersebut disepakati pada rapat penutup pukul 13.30.

Adapun isi dari Perjanjian Linggarjati adalah sebagai berikut:

  1. Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan yang meliputi Sumatera, Jawa, dan Madura.
  2. Belanda sudah harus meninggalkan daerah de facto paling lambat tanggal 1 Januari 1949.
  3. Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk Negeri Indonesia Serikat, dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS), yang salah satu negara bagiannya adalah Republik Indonesia (RI).
  4. RIS dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia-Belanda dengan Ratu Belanda selaku ketuanya.
Karta Sasmita dalam buku 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1960 (1995) menyebutkan bahwa isi Perjanjian Linggarjati masih menimbulkan polemik di kalangan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).

Hal tersebut menyebabkan penandatanganan Perjanjian Linggarjati baru terlaksana pada 25 Maret 1947 di Istana Merdeka, Jakarta.

Nantinya, Belanda mengingkari kesepakatan dalam Perjanjian Linggarjati tersebut dengan melancarkan Agresi Militer pertama pada 21 Juli 1947, yang dikenal dengan Agresi Militer Belanda I, dengan tujuan agresi militer Belanda 1 yaitu untuk merebut kembali wilayah-wilayah yang sebelumnya telah diserahkan kepada Republik Indonesia.

    Kronologi Agresi Militer Belanda I

    Kronologi Agresi Militer Belanda 1 ditengahar bermula pada tanggal 3 Juni 1947, Belanda mengeluarkan ultimatum yang sangat membatasi Indonesia sebagai negara yang seharusnya sudah merdeka. Indonesia merespons dengan membuat nota jawaban atas ultimatum Belanda pada 8 Juni 1947.

    Isinya adalah penolakan terhadap ultimatum Belanda. Indonesia menuntut tetap diberikan kebebasan dalam menjalankan pemerintahan sembari berusaha menjalankan isi Perjanjian Linggarjati.

    Nota jawaban tersebut ditolak oleh Komisi Jenderal Belanda. Perselisihan kedua pihak mencapai puncaknya ketika pada 21 Juli 1947 Belanda melancarkan agresi militer.

    Karta Sasmita dalam buku 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1960 (1995) menuliskan, Agresi Militer Belanda I yang dimulai tanggal 21 Juli 1947 dilakukan secara serentak ke seluruh wilayah milik RI.

    Belanda menyebut gerakan militer mereka sebagai aksi polisinil untuk mengembalikan ketertiban umum. Belanda mengabaikan seruan masyarakat internasional agar mentaati isi perjanjian Linggarjati dan menghentikan pertikaian dengan Indonesia.

    Dengan kekuatan militer yang dibantu peralatan modern, pasukan Belanda dengan cepat menguasai Jawa dan Sumatera.

    Dinukil dari buku Agresi Militer Belanda Memperebutkan Pending Zamrud Sepanjang Khatulistiwa 1945-1949 (1998) karya Pieere Heijboer, dua pertiga bagian Pulau Jawa diduduki hanya dalam waktu dua pekan.

    Dampak Agresi Militer Belanda I

    Abdul Majid dalam riset bertajuk "Perjuangan Jalur Diplomasi: Sejarah Perundingan Linggarjati 1946-1949 (2019)" menyatakan bahwa serangan Belanda itu menimbulkan reaksi keras dari dunia internasional.

    Tanggal 1 Agustus 1947, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meminta agar kedua pihak untuk menghentikan aksi tembak menembak.

    Belanda menyadari bahwa mereka harus menaati imbauan PBB agar terhindar dari sanksi internasional. Tanggal 5 Agustus 1947, Agresi Militer Belanda I dihentikan untuk kemudian kembali membicarakan masalah ini melalui meja perundingan.

    Dampak peristiwa Agresi Militer Belanda 1 menimbulkan pengaruh yang merugikan bagi Indonesia. Dampak negatifnya antara lain:

    1. Kekuatan militer Indonesia semakin lemah.

    2. Wilayah Indonesia semakin sempit.

    3. Banyak korban dari pihak Indonesia, baik tentara maupun rakyat.

    4. Mempengaruhi perekonomian negara.

    5. Menganggu stabilitas politik.

    Sedangkan dampak positifnya adalah sebagai berikut:

    1. Dukungan dunia internasional kepada Belanda merosot.

    2. Beberapa negara lain mengakui kemerdekaan RI secara de jure.

    3. Indonesia menerima dukungan dan simpati dari dunia internasional.

    4. Memperkuat posisi Indonesia dalam perjanjian internasional.

    Pembaca yang ingin mengetahui informasi seputar Agresi Militer dapat klik tautan di bawah ini.

    Kumpulan Artikel tentang Agresi Militer

    Baca juga artikel terkait AGRESI MILITER BELANDA I atau tulisan lainnya dari Alhidayath Parinduri

    tirto.id - Edusains
    Kontributor: Alhidayath Parinduri
    Penulis: Alhidayath Parinduri
    Editor: Iswara N Raditya
    Penyelaras: Yulaika Ramadhani & Satrio Dwi Haryono