tirto.id - Kerajaan Majapahit tercatat dalam sejarah pernah menjadi kemaharajaan besar di Nusantara sejak akhir abad ke-13 hingga abad ke-16 Masehi. Kerajaan Hindu-Buddha di Jawa Timur ini memiliki struktur pemerintahan dan pembagian wilayah atau area dengan masing-masing pemimpinnya.
Berdirinya Kerajaan Majapahit diprakarsai Raden Wijaya, menantu Raja Kertanegara dari Kerajaan Singasari. Dalam Majapahit: Batas Kota dan Jejak Kejayaan di Luar Kota (2012:30), Inajati Adrisijanti mengungkapkan, kerajaan yang juga disebut Wilwatikta ini berawal dari pembukaan hutan di Sungai Brantas pada 1293.
Desa tersebut diberi nama Majapahit hingga kemudian menjadi kerajaan. Menurut Robert Cribb dan Audrey Kahin dalam Historical Dictionary of Indonesia (2012), Majapahit mengalami masa kejayaan ketika Hayam Wuruk memerintah (1350-1389). Hayam Wuruk adalah raja ketiga Majapahit atau cucu dari Raden Wijaya.
Selain itu, keberhasilan di era Hayam Wuruk juga tidak luput dari peran Mahapatih Gajah Mada yang terkenal dengan Sumpah Amukti Palapa untuk menyatukan wilayah-wilayah di Nusantara di bawa naungan Imperium Majapahit.
Berkat duet Hayam Wuruk dan Gajah Mada, wilayah Majapahit semakin meluas hingga mencapai luar wilayah Nusantara. Hal tersebut tentu tidak bisa terjadi tanpa adanya kontribusi dari komponen struktur pemerintahan Majapahit serta pembagian wilayah untuk memudahkan koordinasi wilayah yang amat luas.
Choirul Fuad Yusuf dalam Dinamika Islam Filipina, Burma, dan Thailand (2013) menyebutkan, pada masa jayanya, menurut kitab Nagarakertagama, Majapahit membawahi tidak kurang dari 98 kerajaan di Nusantara.
Wilayah kekuasaan Imperium Majapahit mencakup Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, hingga sebagian wilayah Asia Tenggara.
Struktur Pemerintahan Majapahit
Dikutip dari Sejarah Nasional Indonesia (1990) yang disusun oleh Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Majapahit punya struktur pemerintahan serta hierarki birokrasi ketika Hayam Wuruk bertakhta.
Kala itu, Hayam Wuruk sebagai raja dipercaya sebagai penjelmaan dewa yang hadir di bumi sehingga memiliki otoritas tertinggi dalam sistem pemerintahan Kerajaan Majapahit. Dalam menjalankan roda pemerintahan, raja dibantu oleh susunan birokrasi.
Berikut ini pembagian susunan pemerintahan Majapahit:
- Rakryan Mahamantri Katrini (diisi oleh para putra raja)
- Rakryan Mantri ri Pakira-Kiran (para menteri yang ikut andil membuat kebijakan pemerintahan)
- Dharmmadhyaksa (para pejabat terkait hukum keagamaan)
- Dharmma-upapatti (pemangku keagamaan)
- Bhattara Saptaprabhu (dewan pertimbangan kerajaan)
Pembagian Wilayah Majapahit
Majapahit pada masa pemerintahan Hayam Wuruk beribukota di Trowulan, dekat Mojokerto, Jawa Timur. Luasnya area kekuasaan kerajaan membuat diperlukan pembagian wilayah yang masing-masing dikepalai oleh bangsawan tinggi dengan sebutan Bhre.
Menurut Slamet Muljana dalam Menuju Puncak Kemegahan (2005), pejabat berstatus tinggi yang rata-rata kerabat dekat raja itu ditugaskan mengelola kerajaan-kerajaan bawahan Majapahit, memungut pajak, mengirim upeti, serta menjaga pertahanan masing-masing perbatasan.
Terdapat 12 wilayah di bawah naungan Majapahit dengan klasifikasi hirerarki sebagai berikut:
1. Kahuripan
Terletak di Janggala (sekarang Sidoarjo). Dipimpin Bhre Kahuripan yang dijabat oleh Tribhuwanatunggadewi atau ibunda Raja Hayam Wuruk.
Tribhuwanatunggadewi bersama suaminya, Kertawardhana, pernah menjadi penguasa Kerajaan Majapahit periode 1328-1350 sebelum dilimpahkan kepada Hayam Wuruk.
2. Daha
Daha saat ini termasuk wilayah Kediri yang pernah dijadikan pusat pemerintahan Kerajaan Majapahit setelah pindah dari Trowulan. Daha dipimpin oleh Rajadewi Maharajasa atau Bhre Daha yang merupakan bibi sekaligus mertua Raja Hayam Wuruk.
3. Tumapel
Wilayahnya diperkirakan terletak di Supit Urang, yakni lahan di sekitar pertemuan antara Sungai Brantas dan Sungai Bango, di Malang, atau bekas ibu kota Kerajaan Singasari. Daerah ini memiliki pemimpin bernama Kertawardhana yang merupakan ayah Hayam Wuruk atau suami Tribhuwanatunggadewi.
4. Wengker
Saat ini, bekas wilayah Wengker terletak di Ponorogo. Pemimpinnya disebut Bhre Wengker dengan nama asli Wijayarajasa. Ia adalah paman sekaligus mertua Hayam Wuruk.
5. Matahun
Kini wilayahnya bernama Bojonegoro. Pemimpinnya menyandang gelar Bhre Matahun. Nama aslinya adalah Rajasawardhana dan merupakan suami dari sepupu Raja Hayam Wuruk.
6. Wirabhumi
Lokasinya kini berada di Blambangan, Banyuwangi, dan dipimpin oleh Bhre Wirabhumi yang merupakan salah satu pangeran Majapahit atau putra Hayam Wuruk.
7. Paguhan
Lokasinya berada di sekitar Blitar sekarang. Pemimpinnya adalah Bhre Paguhan bernama asli Singhawardhana. Ia merupakan saudara ipar Raja Hayam Wuruk.
8. Kabalan
Dipimpin oleh Bhre Kabalan atau Kusumawardhani, anak perempuan dari Raja Hayam Wuruk. Lokasi Kabalan di masa sekarang termasuk dalam wilayah Kota Malang.
9. Pawanuan
Letaknya belum diketahui secara jelas, tetapi wilayah ini dipimpin oleh Surawardhani selaku Bhre Pawanuan yang merupakan keponakan Raja Hayam Wuruk.
10. Lasem
Dijelaskan bahwa letaknya berada di pesisir utara Jawa Tengah, yakni Rembang. Sepupu Raja Hayam Wuruk yang bernama Rajasaduhita Indudewi adalah pemimpin wilayah ini dengan gelar Bhre Lasem.
11. Pajang
Sekarang, Pajang termasuk wilayah Surakarta atau Solo, Jawa Tengah. Yang bertindak sebagai Bhre Pajang adalah Rajasaduhita Iswari, saudara perempuan Raja Hayam Wuruk.
12. Mataram
Lokasi tepatnya kini disebut Yogyakarta. Pemimpinnya adalah Wikramawardhana atau Bhre Mataram yang merupakan salah satu keponakan Raja Hayam Wuruk.
Daftar Penguasa Kerajaan Majapahit
- Raden Wijaya/Kertarajasa Jayawardhana (1293-1309)
- Kalagamet/Sri Jayanagara (1309-1328)
- Sri Gitarja/Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328-1350)
- Hayam Wuruk/Sri Rajasanagara (1350-1389)
- Wikramawardhana (1389-1429)
- Suhita /Dyah Ayu Kencana Wungu (1429-1447)
- Kertawijaya/Brawijaya I (1447-1451)
- Rajasawardhana/Brawijaya II (1451-1453)
- Purwawisesa /Girishawardhana/Brawijaya III (1456-1466)
- Bhre Pandansalas/Suraprabhawa/Brawijaya IV (1466-1468)
- Bhre Kertabumi/Brawijaya V (1468 -1478)
- Girindrawardhana/Brawijaya VI (1478-1489)
- Patih Udara/Brawijaya VII (1489-1527)
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Iswara N Raditya