tirto.id - Puputan Bayu di Banyuwangi adalah perang paling menegangkan, paling mengerikan, paling kejam, dan paling banyak memakan korban dalam sejarah pertempuran yang pernah dialami VOC atau Belanda di Nusantara, begitu tulis Cornelis Lekkerkerker dalam Balambangan: Indische Gids II (1923).
Perang yang berkecamuk di ujung timur Pulau Jawa dan berpuncak pada 18 Desember 1771, hari ini tepat 247 tahun silam, ini memang sangat kejam dan meninggalkan trauma yang mendalam. Puputan Bayu mengakibatkan puluhan ribu jiwa melayang.
Seorang pejabat Belanda di Bondowoso, J.C. Bosch, dikutip Benedict Anderson lewat tulisan “Sembah Sumpah, Politik Bahasa, dan Kebudayaan Jawa” dalam Prisma (1982), berkomentar miris: ”Daerah inilah (Blambangan) barangkali satu-satunya di seluruh Jawa yang pernah berpenduduk padat dan telah dibinasakan sama sekali.”
Puputan Bayu di Banyuwangi merupakan efek dari perjanjian antara penguasa Mataram, Pakubuwana (PB) II, dengan pihak VOC. Intinya, sang raja harus menyerahkan sejumlah wilayah kekuasaan Mataram di timur, termasuk Blambangan. Imbalannya, PB II menerima uang sebesar 20 real saban tahun dari VOC.
Berikut ini rangkaian peristiwa yang terjadi dalam Puputan Bayu:
1743
Awal Mula
PB II menyerahkan sejumlah wilayah Mataram di Jawa bagian timur, termasuk Blambangan (Banyuwangi), kepada VOC. Dua tahun kemudian, PB II diakui VOC sebagai pemimpin Kasunanan Surakarta yang pertama.
__________________________
1766
Klaim Mengwi
Lepasnya Blambangan dari Mataram membuat Kerajaan Mengwi di Bali mengklaim kepemilikan wilayah itu. Mengwi kemudian memberikan izin kepada Inggris untuk mendirikan kantor dagang di daerah yang pernah dikuasainya itu.
__________________________
1767
VOC vs Blambangan
Belanda atau VOC jelas tidak terima, lantas menggasak Inggris. Setelah itu, VOC berupaya menguasai Blambangan namun mendapat perlawanan dari rakyat di bawah pimpinan Wong Agung Wilis dan Pangeran Jagapati. Wong Agung Wilis tertangkap dan dibuang ke Maluku. Sementara Pangeran Jagapati terus melanjutkan perjuangan.
Ekspedisi militer VOC ke Blambangan terdiri dari ratusan serdadu Eropa, ditambah bantuan 3.000 prajurit dari Madura dan Pasuruan. VOC juga mengirimkan 25 kapal besar dan kapal-kapal lainnya yang berukuran lebih kecil.
__________________________
1771
Puputan Bayu
Terjadi serangkaian pertempuran. Puncaknya pada 18 Desember 1771, Pangeran Jagapati beserta rakyat Blambangan berperang habis-habisan dalam pertempuran yang dikenal dengan nama Puputan Bayu. Puluhan ribu orang Banyuwangi tewas akibat pertempuran ini, belum termasuk mereka yang luka-luka atau hilang.
Adapun VOC kehilangan ratusan orang yang tewas atau terluka, tidak hanya serdadu, tetapi juga perwira militer dan pejabat penting, serta mengalami kerugian besar lantaran dana yang harus dikeluarkan untuk membiayai perang ini tidak sedikit.
__________________________
1772
Pangeran Jagapati Gugur
Laskar-laskar rakyat yang masih tersisa terus melawan VOC. Tanggal 7 November 1772, tentara VOC menangkapi warga Blambangan. Ribuan orang ditangkap dan banyak yang dihukum mati, belum termasuk mereka yang tewas karena kelaparan. Tanggal 18 Desember 1771, Pangeran Jagapati gugur. Hari wafatnya pemimpin rakyat Blambangan ini kemudian diperingati sebagai hari jadi Banyuwangi.
__________________________
1773
Akhir Pertempuran
Benteng pertahanan terakhir Blambangan jatuh ke tangan VOC pada 1773. Pertempuran pun berakhir, Blambangan sepenuhnya dikuasai VOC. Kompeni membangun kota baru di Banyuwangi yang sebelumnya merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Blambangan.
__________________________
1881
Dampak Perang
Menurut Thomas Stamford Raffles dalam The History of Java yang diterbitkan pertamakali pada 1817, warga Blambangan sebelum Puputan Bayu berjumlah lebih dari 80 ribu jiwa. Lebih dari satu dekade setelah perang besar itu, tahun 1881, Banyuwangi ditinggali oleh 8 ribu orang saja.
__________________________
Editor: Iswara N Raditya