Menuju konten utama

Siapa Raja Pendiri Kerajaan Majapahit dan Kapan Masa Kejayaannya?

Sejarah Kerajaan Majapahit tidak bisa dilepaskan dari Raden Wijaya sebagai raja pertama sekaligus pendirinya.

Siapa Raja Pendiri Kerajaan Majapahit dan Kapan Masa Kejayaannya?
Gapura Bajang Ratu di Mojokerto, Jawa Timur. FOTO/Istimewa

tirto.id - Kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya, sekitar tahun 1293. Adapun Raden Wijaya semula adalah menantu dari Raja Kertanegara, penguasa terakhir Kerajaan Singhasari.

Raden Wijaya dinobatkan sebagai Raja Majapahit pertama dengan gelar Kertarajasa Jaya Wardana. Ia memusatkan pemerintahan Majapahit di area bekas hutan Tarik, Mojokerto, Jawa Timur. Raden Wijaya bertakhta hingga meninggal dunia pada tahun 1309.

Raja selanjutnya yang memerintah Majapahit adalah Jayanegara yang bertakhta selama 1309-1328. Pada masa Jayanegara, pusat kerajaan Majaphit dipindahkan ke Trowulan, Mojokerto.

Setelah melewati krisis politik dan berbagai pemberontakan pada masa Jayanegara dan selepas ia mangkat, Majapahit berkembang mencapai masa kejayaannya ketika dipimpin Raja Hayam Wuruk yang bergelar Rajasanagara.

Hayam Wuruk memerintah dalam periode panjang, yakni sejak tahun 1350 sampai 1389. Kejayaan Majapahit pada masa Hayam Wuruk berkuasa tidak terlepas dari pengaruh Gajah Mada yang telah dilantik menjadi Mahapatih pada tahun 1336, atau saat pemeritahan Ratu Tribhuwana Tunggadewi. Nama terakhir adalah ibunda Hayam Wuruk.

Ketika dilantik menjadi Mahapatih Majapahit, Gajah Mada mengucap sumpah Amukti Palapa, yang menjadi janjinya untuk menyatukan kerajaan-kerajaan di nusantara di bawah kekuasaan kerajaan Majapahit.

Dikutip dari buku Menuju Puncak Kemegahan: Sejarah Kerajaan Majapahit (2005) karya Slamet Muljana, Sumpah Amukti Palapa yang diikrarkan Gajah Mada itu kelak mengantarkan Majapahit ke gerbang kejayaan untuk pertamakalinya dalam sejarah.

Wilayah kekuasaan Majapahit, seperti tercatat dalam kitab Nagarakertagama, meliputi Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, hingga Indonesia bagian timur, termasuk Nusa Tenggara, Sulawesi, hingga sebagian Maluku.

Dalam Negarakertagama, seperti dikutip dari buku Dinamika Islam Filipina, Burma, dan Thailand karya Choirul Fuad Yusuf (2013), disebutkan ada tidak kurang dari 98 kerajaan yang bernaung di bawah kuasa Majapahit pada era pemerintahan Hayam Wuruk bersama Gajah Mada.

Pengaruh Majapahit bahkan sampai ke negeri-negeri seberang, dari Semenanjung Malaya (saat ini wilayah Malaysia dan Brunei), Tumasik (Singapura), hingga sebagian Thailand dan Filipina.

Pada masa kejayaannya, angkatan laut Majapahit dikisahkan begitu digdaya sehingga kerajaan ini disebut sebagai Talasokrasi atau Kemaharajaan Bahari. Majapahit digambarkan sebagai Mandala Raksasa yang terbentang dari Sumatera hingga timur Nusantara, yakni Papua bagian barat.

M.C. Ricklefs dalam buku Sejarah Indonesia Modern (1991) menulis bahwa Majapahit merupakan kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan termasuk salah satu negara yang terbesar dalam sejarah Indonesia (hlm. 19).

Infografik Majapahit

Infografik Majapahit. tirto.id/Fuad

Dalam kitab Nagarakertagama dan Pararaton, yang merupakan 2 sumber tertulis utama mengenai jejak Majapahit di sejarah, kerajaan ini diceritakan telah memiliki peradaban yang maju. Bukti dari hal itu adalah keberadaan banyak candi di Jawa Timur dan sisa-sisa tata kota Trowulan yang masih bisa dilihat pada masa sekarang. Banyak bukti-bukti kejayaan Majapahit lainnya yang masih dapat disaksikan pada era modern.

Namun, pengaruh besar Majapahit kemudian berangsur meredup setelah Gajah Mada tutup usia pada 1364. Hayam Wuruk yang sangat menghormati penasihatnya itu tidak menunjuk mahapatih baru. Baginya, Gajah Mada tak tergantikan.

Stabilitas wilayah yang amat luas mulai goyah. Beberapa negeri taklukan mulai berusaha melawan untuk melepaskan diri. Kejayaan Majapahit semakin merosot setelah pada Tahun 1389, Hayam Wuruk meninggal dunia.

Slamet Muljana dalam buku Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara (2005) menceritakan polemik dalam proses suksesi raja baru. Perselisihan keluarga untuk memperebutkan takhta kerajaan tak hanya memperlemah pengaruh Majapahit di nusantara dan negeri seberang, melainkan juga memicu krisis politik berkepanjangan.

Belum lama Hayam Wuruk mangkat, meletus Perang Paregreg. Perang saudara kali ini melibatkan Wikramawardhana yang mengklaim sebagai penerus takhta Majapahit melawan Bhre Wirabhumi.

Wikramawardhana adalah suami putri Hayam Wuruk dari permaisuri, Kusumawardhani, sementara Bhre Wirabhumi merupakan putra Hayam Wuruk dari istri selir.

Menurut Pranoedjoe Poespaningrat dalam Kisah Para Leluhur dan yang Diluhurkan: Dari Mataram Kuno sampai Mataram Baru (2008), Perang Paregreg jadi salah satu faktor kemunduran Majapahit, selain tidak adanya pemimpin yang kuat setelah Hayam Wuruk dan Gajah Mada.

Majapahit memang masih mampu bertahan cukup lama, bahkan nyaris bangkit saat dipimpin oleh Ratu Suhita (1429-1447), salah satu perempuan dengan pengaruh besar di Majapahit selain Ratu Tribhuwana Tunggadewi, dan ibu suri Gayatri Rajapatni. Namun, kejayaan Majapahit tidak pernah bisa pulih kembali seperti pada era Hayam Wuruk dan Gajah Mada, hingga akhirnya kerajaan ini musnah.

Baca juga artikel terkait KERAJAAN MAJAPAHIT atau tulisan lainnya dari Cicik Novita

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Cicik Novita
Penulis: Cicik Novita
Editor: Addi M Idhom