Menuju konten utama

Siapa Arsitek Istana Negara Jakarta & Bogor di Era Kolonial?

Sejarah serta nama-nama arsitektur Istana Negara Jakarta dan Istana Bogor yang dibangun sejak era kolonial.

Siapa Arsitek Istana Negara Jakarta & Bogor di Era Kolonial?
sejumlah pekerja menghias pagar di depan istana merdeka dengan aksesoris merah putih, jakarta, kamis (4/8). kegiatan tersebut untuk menyambut peringatan kemerdekaan ri pada 17 agustus mendatang. antara foto/rosa panggabean/aww/16.

tirto.id - Istana Negara DKI Jakarta dan Istana Bogor merupakan bangunan bersejarah yang berdiri sejak era kolonial Belanda. Siapa arsitek Istana Negara Jakarta dan Bogor di era kolonial?

Arsitek Istana Negara Jakarta dan Bogor sama-sama bukan seorang pribumi, melainkan orang Belanda dan Inggris. Sosok arsitek Istana Negara dan Istana Bogor belakangan ini menjadi pembicaraan publik.

Hal ini menyusul pernyataan Presiden Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menyebut kedua istana tersebut “bau kolonial”.

Presiden Jokowi menyampaikan hal tersebut ketika memberikan pengarahan kepada kepala daerah seluruh Indonesia di Ibu Kota Nusantara (IKN). Menurutnya, hal ini dikarenakan kedua istana negara tersebut merupakan warisan dari kolonialisme Belanda.

"Saya hanya ingin menyampaikan bahwa itu sekali lagi, Belanda bekas gubernur jenderal Belanda. Dan sudah kita tempati 79 tahun, ini bau-bau kolonial selalu saya rasakan setiap hari dibayang-bayangi," ucap Jokowi dalam siaran, di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (13/8/2024).

Berkaitan dengan hal tersebut, Jokowi merasa bangga karena pemerintahannya mampu membangun istana sendiri di IKN.

"Dan sekali lagi kita ingin menunjukkan bahwa kita punya kemampuan untuk juga membangun ibu kota sesuai dengan keinginan kita, sesuai dengan desain kita," ujar Presiden Jokowi.

Terlepas dari Istana Negara dan Istana Bogor dinilai bau kolonial, keduanya termasuk bangunan bersejarah di Indonesia.

Arsitek dan Sejarah Istana Negara Jakarta

Istana Negara Jakarta merupakan Istana Kepresidenan Indonesia yang terletak di Jalan Veteran, Jakarta Pusat. Melansir dari situs Kementerian Sekretariat Istana Negara RI, Istana Negara Jakarta dirancang oleh seorang arsitek bernama Drossaers.

Istana Negara juga dikenal sebagai Istana Merdeka. Pembangunan Istana Negara dimulai pada 1796. Pembangunan Istana Negara diperintahkan oleh seorang warga negara Belanda bernama J.A. van Braam.

Proses pembangunan ini berlangsung hingga tahun 1804, pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Johannes Sieberg. Pada tahun 1816, bangunan ini diambil alih oleh pemerintah Hindia-Belanda.

Bangunan ini lantas digunakan sebagai pusat kegiatan pemerintahan serta kediaman para Gubernur Jenderal Belanda. Oleh karena itu, istana ini dijuluki “Hotel Gubernur Jenderal”.

Istana Negara menyaksikan banyak peristiwa penting dalam sejarah. Salah satu peristiwa sejarah itu adalah ketika Jenderal de Kock menjelaskan rencananya untuk menindas pemberontakan Pangeran Diponegoro.

Ia juga merumuskan strateginya menghadapi Tuanku Imam Bonjol di hadapan Gubernur Jenderal Baron van der Capellen. Selain itu, Istana Negara Jakarta juga menjadi tempat penandatanganan naskah Perjanjian Linggajati, pada 25 Maret 1947.

Setahun kemudian, istana ini menjadi tempat pertemuan empat mata antara Wakil Presiden Mohammad Hatta dan Letnan Gubernur Jendral Dr. Hubertus J. van Mook. Pertemuan itu berlangsung pada 13 Maret 1948.

Saat ini, Istana Negara berfungsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan negara. Istana ini menjadi tempat penyelenggaraan acara-acara kenegaraan.

Kegiatan seperti pelantikan pejabat-pejabat tinggi negara, rapat kerja nasional, dan tempat jamuan kenegaraan sering dilakukan di Istana Negara. Istana Negara juga digunakan untuk upacara Hari Kemerdekaan 17 Agustus dan acara resmi jamuan makan malam kenegaraan.

Arsitek dan Sejarah Istana Bogor

Berdasarkan buku Mengulas yang Terbatas, Menafsir yang Silam (2018), disebutkan bahwa pembangunan Istana Bogor melibatkan arsitek yang bernama John Rach.

Sementara itu, masih mengutip dari situs Kementerian Sekretariat Istana Negara RI, Istana Bogor dirancang oleh Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron Van Imhoff. Van Imhoff sendiri yang membuat sketsa dan membangun Istana Bogor dari tahun 1745 hingga 1750.

Rancangan bangunan Istana Bogor didasarkan pada arsitektur Blenheim Palace, kediaman Duke Malborough di dekat kota Oxford, Inggris.

Istana Bogor dibangun pada bulan Agustus 1744. Awalnya, Istana Bogor dirancang agar berbentuk tingkat tiga.

Setelah berdiri, bangunan ini digunakan sebagai rumah peristirahatan bagi Gubernur Jenderal Belanda. Van Imhoff memilih lokasi di Kampung Baru, Bogor, karena keindahan dan kedamaian wilayah tersebut.

Seiring berjalannya waktu, Istana Bogor mengalami beberapa perubahan fungsi dan bentuk. Perombakan ini salah satunya dilakukan pada masa Gubernur Jenderal Willem Daendels (1801-1811).

Gedung tersebut diperluas dengan menambah lebar di kedua sisi, baik kiri maupun kanan. Selain itu, gedung utama ditingkatkan menjadi dua lantai.

Adapun pada tahun 1870, bangunan ini ditetapkan menjadi tempat kediaman resmi Gubernur Jenderal Belanda. Tercatat, 44 gubernur Jenderal Belanda pernah menghuni Istana Kepresidenan Bogor.

Setelah Indonesia merdeka, pemerintah mulai menggunakan Istana Kepresidenan Bogor pada Januari 1950. Seiring waktu, istana ini mengalami berbagai perubahan.

Mulai 1952, ada penambahan pilar, perubahan tangga berbentuk setengah lingkaran menjadi lurus hingga jembatan kayu melengkung untuk menghubungkan gedung utama diubah menjadi koridor.

Istana Bogor berada di pusat kota Bogor, dengan luas lahan mencapai 28,86 hektare di ketinggian 290 meter dari permukaan laut. Bangunan induk istana memiliki sayap kiri dan kanan, dengan total luas bangunan mencapai 14.892 m².

Baca juga artikel terkait PROFIL atau tulisan lainnya dari Umi Zuhriyah

tirto.id - Aktual dan Tren
Kontributor: Umi Zuhriyah
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Yonada Nancy & Iswara N Raditya